" kalo cewek lain sakit karena ditinggalin, kalo gue sakit karena di sia-siain."
~ Rintik hujan
Rintik mengerjapkan matanya menatap sekeliling. Pandangannya jatuh ke Langit yang menatapnya datar." Udah sadar?" Tanya Langit.
Rintik mengernyitkan keningnya." Emang Rintik kenapa Langit? Kok Rintik bisa ada di UKS?" Tanya Rintik.
"Pingsan." Jawab Langit singkat.
Rintik membentuk bibirnya menjadi huruf O." Pas Rintik pingsan, Langit yang bawa Rintik kesini?" Tanya Rintik.
"Hmm."
Mata Rintik berbinar-binar." Berarti Langit gendong Rintik dari lapangan kesini dong?!" Tanya Rintik antusias.
Langit memutarkan bola matanya malas." Hmm." Jawab Langit. Langit beranjak dari tempat duduknya.
Rintik mengerutkan dahinya." Langit mau kemana?" Tanya Rintik.
"Kelas." Jawab Langit singkat lalu berjalan pergi keluar UKS. Rintik menatap punggung Langit yang mulai menghilang."YEY!" Sorak Rintik.
"Langit gendong gue?! Ya ampun gue nggak ngebayangin gimana jantung gue tadi. Argh!! Gue seneng banget!" Pekik Rintik dengan menggerak-gerakkan tangannya.
🌿🌿🌿
"Gue udah jadian sama Vani." Ucap Dito dengan menaikkan kakinya di atas meja dan menyilangkan tangannya di dada.
"Serius lo?!" Tanya Zidan dan Fino serempak sedangkan Langit hanya menampilkan wajah datarnya.
"Hmm." Jawab Dito.
Fino dan Zidan saling melirik lalu kembali menatap Dito." Kok bisa?!" Tanya mereka berbarengan.
"Bisa lah, apa gue bilang? Kalo naklukin hati seorang Savania tuh kecil." Ucap Dito dengan menyentil ibu jarinya.
Fino dan Zidan mencebikan bibirnya." Hati-hati lo, kalo sampek Lo nyakitin Vani. Bisa habis lo sama Rintik." Ujar Zidan.
Dito menautkan kedua alisnya." Rintik? Emangnya dia bisa apa? Palingan juga bisanya ngejar-ngejar Langit." Sahut Dito meremehkan.
Zidan geleng-geleng kepala." Ck! Ck! Ck! Nih ni kalo anak kudet. Asal lo tau ya, Rintik itu pernah juara silat, taekwondo, sama apa lagi ya? Gue lupa. Tapi pokoknya, lo itu nggak boleh remehin cewek bro." Ucap Zidan.
"Karena cewek kalo udah di sakitin apalagi kalo hatinya tuh sakit gara-gara cowok. Dia itu bisa lakuin apa aja, bunuh lo juga bisa. Karna cewek dikit-dikit tuh pakek hati, coba aja kalo pakek logika. Nggak akan ada kata bucin dan ambyar di Indonesia." Timpal Fino.
"Lah ini gue setuju! Tos dulu dong sobat bijak ku." Sahut Zidan lalu bertos ria dengan Fino.
"Serah kalian lah, yang penting gue bahagia." Ujar Dito sedangkan temannya memutarkan bola matanya malas.
🌿🌿🌿
"ARGH! VANI! GUE BAHAGIA BANGET HARI INI!" Pekik Rintik lalu meloncat ke atas kasur milik Vani. Vani mendengus kesal ke arah Rintik yang mengganggunya saat mengerjakan tugas." Apa sih?!" Ketus Vani.
"Ya elan Van, ketus amat dah. Hari ini gue itu seneng pakek banget, pakek tempe, pakek sayur, pakek sambel. Etdah ngapain gue malah jadi pesen nasi bungkus?" Gumam Rintik yang kelewatan begonya.
Vani geleng-geleng kepala lalu mengambil ponselnya dan menyalakan kameranya." Hallo gaes, jangan dengerin ucapan dia yang kelewatan begonya. Mending dengerin suara aku yang merdunya ngalahin suara Jirayut." Ucap Vani.
Rintik mendengus kesal."IIHH VANI! GUE TUH MAU CERITA! NGAPAIN LO MALAH NGE-VLOGER?!" Pekik Rintik dengan merenggut paksa ponsel yang ada di tangan Vani.
"Balikin hp gue geblek!" Ucap Vani sembari berusaha mengambil ponselnya yang ada pada Rintik. Rintik terus menjauhkan ponsel itu agar Vani tidak bisa mengambilnya.
Rintik beranjak dari tempat tidurnya Vani." Gue nggak akan balikin hp Lo. Sebelum Lo beliin gue es krim se pabrik." Ucap Rintik lalu berlari keluar dari kamar Vani.
"WOY! RINTIK! BALIKIN HP GUE! NTAR GUE NGGAK BISA LIHAT WAJAHNYA COGAN LAGI!" Teriak Vani lalu mengejar Rintik.
"WOW TERNYATA HP LO ISINYA ABS COGAN SEMUA! GILA LO VANI! NGGAK TOBAT TOBAT DARI DULU!" Teriak Rintik yang berada di ruang tamu.
"HALAH! MENDINGAN JUGA GUE! DARI PADA LO, ISINYA MAINAN CACING SEMUA!" Balas Vani lalu merenggut ponselnya dari tangan Rintik.
Rintik meringis kuda." Van, gue laper deh. Boleh makan di sini nggak?" Tanya Rintik dengan mengeluarkan puppy eyes.
"Yee si kampret! Mukanya sok imut. Ya udah sono, lo di dapur masak ndiri." Jawab Vani.
"Lah emang mama nggak masak?" Tanya Rintik.
"Kagak, kan mama sama papa keluar negeri. Minggu depan baru balik." Jawab Vani dengan memakan cemilan yang ada di ruang tamu.
Rintik mengerucutkan bibirnya, ia menatap Vani yang tengah asik makan. Ide jahil terlintas di pikirannya. Rintik merenggut cemilan itu dari Vani." Makan ini juga nggak papa, makasih Vani. Byee." Rintik berlari menaiki tangga.
"WOI KAMPRET! MAIN AMBIL AMBIL AJA LAGI LO! SINI BALIKIN! NGGAK BERKAH TAU RASA LO, RINTIK HUJAN!" Teriak Vani.
"UDAH GUE BACAIN SURAT ALFATIHAH JADI DI JAMIN BERKAH! AMIN!" Sahut Rintik dari dalam kamar.
"EH ANJIR, MAIN BACA-BACA AJA LO. GUE JUGA MAU! TUNGGU GUE RINTIK HUJAN CAPELLA! AWAS KALO LO HABISIN!" Teriak Vani lalu berlari menyusul Rintik.
"YAH LO TELAT! MAKANANNYA UDAH HABIS! SABAR YA SAVANIA! HAHAHAHA!" Rintik tertawa terbahak-bahak di dalam kamar Vani.
"RINTIK KAMPRET!" Umpat Vani.
Bersambung…
Jangan lupa tinggalkan jejak
SEE YOU NEXT PART 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik hujan [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi malas merevisi, harap maklum jika ada typo!) Rintik hujan Capella itulah namanya, seorang gadis yang selalu berusaha mendapatkan cinta seoran...