Rintik hujan 41

14.8K 932 126
                                    

Rintik menangis terisak-isak, matanya sembab karena kebanyakan menangis. Entah mengapa air matanya tak mau berhenti. Ia juga meluapkan tangisannya dengan melemparkan batu ke danau. Yah danau yang sering ia kunjungi bersama Elang.

"Rintik pengen meluk ayah hiks... Rintik pengen banget hiks... Tapi Rintik nggak mau bikin Tania sakit hati hiks..."

Rintik menghapus air matanya berkali-kali namun tetap saja air matanya tidak mau berhenti.

"Jangan nangis!"

Suara itu? Suara yang selama ini ia rindukan, suara yang selalu membuatnya bahagia. Rintik mendongakkan kepalanya menatap Elang, tanpa aba-aba Rintik langsung memeluk Elang dan menangis di pelukannya." Elang hiks... Hiks..."

Rintik semakin mengeratkan pelukannya." Lo kemana aja selama ini? Lo kenapa menjauh dari gue? Gue minta maaf hikss... Jangan jauhi gue lagi, gue mau lo terus ada sama gue hiks..."

Elang membalas pelukan Rintik tak kalah eratnya, ia mengecup pucuk rambut Rintik." Gue juga mau terus ada buat Lo, tapi Tuhan nggak ngijinin itu. Gue akan tetap pergi dari kehidupan lo, Rin."

Elang melepaskan pelukannya. Tangannya bergerak menghapus air mata Rintik." Kenapa nangis?" Tanya Elang.

Rintik menggeleng." Nggak papa." Rintik menggenggam tangan Elang." Janji sama gue, El. kalo lo nggak akan pernah tinggalin ataupun jauhi gue lagi. Kita bisa sahabatan kayak dulu lagi."

" Andai itu bisa terjadi, Rin." Batin Elang.

Rintik melambaikan tangannya di depan wajah Elang." Hei, kok lo ngalamun sih? Lo janji kan? Nggak akan ninggalin gue lagi?"

Elang diam sejenak lalu mengangguk." Iya gue janji." Ucapnya.

Rintik tersenyum senang dan kembali memeluk Elang. Elang menatap lurus seolah memikirkan sesuatu." Tapi maaf, janji itu bakal gue ingkari." Batinnya.

🌿🌿🌿

"Maafin Rintik, Al. Mungkin dia lagi banyak pikiran makanya dia bersikap kayak gitu, aku yakin Rintik pasti pengen banget ketemu sama kamu." Ucap Billa.

"Nggak papa, Bil. Aku juga sadar kok, kesalahanku nggak bakal bisa di maafin. Aku ayah yang buruk untuk Rintik." Lirih Alfa.

Billa menggeleng tidak setuju." Nggak, Al. Kamu ayah yang baik untuk Rintik, dia cuma masih kurang dewasa untuk memikirkan semua itu."

Alfa menanggapinya dengan senyuman, walaupun ia yakin jika putrinya sudah sangat dewasa dalam berfikir. Apa tidak ada kesempatan untuknya? Ia sangat ingin memeluk putrinya, putri yang selama ini ia rindukan.

Dari kejauhan Tania menatap sendu ke arah Alfa." Maafin Tania, pah. Tania yang udah minta Rintik buat berperilaku seperti itu. Tania cuman nggak mau papah ninggalin Tania dan mamah." Batinnya

🌿🌿🌿

Rintik tersenyum kala melihat mami Elang yang sedang membawakan nampan berisi makanan serta minuman. Rintik memang sudah sering kali bertamu ke rumah Elang, ia bahkan memanggil orang tua Elang dengan sebutan mami dan papi.

"Makasih, mi." Ucap Rintik.

Riana mengangguk tersenyum." Sama-sama, di minum gih tehnya."

Rintik mengangguk. Tangannya mengambil gelas dan menyeruput teh, rasanya enak seperti buatan Bundanya." Elang kalo mandi lama ya? Mi." Tanya Rintik.

"Iya, Elang dari kecil kalo mandi lama banget. Apalagi kalo ganti baju, duh bisa setengah jam." Jawab Riana.

Rintik terkekeh pelan mendengarnya.

"Papi Galaxi kemana mi? Kok tumben ngga kelihatan? Biasanya kan jam segini papi udah pulang." Tanya Rintik sembari menyeruput tehnya.

"Ada, papi lagi kasih makan burung-burung peliharaannya."

"Seneng banget sama burung, padahal kan masih lucuan kucing. Dari dulu Rintik pengen banget pelihara kucing, tapi Bunda nggak ngijinin." Ucap Rintik lesu.

"Kenapa?" Tanya Riana.

"Bunda alergi sama bulu kucing." Jawab Rintik. Riana mengangguk paham.

Terdengar setapak kaki, ternyata Elang sedang menuruni tangga dengan mengacak-acak rambutnya untuk mengurangi kadar air, karena ia baru selesai mandi.

Elang mengerutkan dahinya melihat Rintik yang tengah berbincang-bincang dengan maminya." Lo ngapain kesini?"

Rintik menolehkan kepalanya ke belakang menatap Elang." Lo kan udah janji mau nemenin gue beli buku."

Elang menepuk jidatnya pelan." Sorry gue lupa."

"It's okeyy, tapi sekarang anterin gue ya? Banyak banget buku yang harus gue beli." Pinta Rintik.

"Lo tunggu aja di depan, gue mau ambil kunci motor." Ucap Elang. Rintik mengangguk dan berjalan keluar.

Riana mencekal pergelangan tangan Elang ketika Elang akan menaiki tangga." Kamu udah kasih tau semuanya sama Rintik?"

"Belum, mi. Elang belum siap buat kasih tau semuanya, Elang juga udah janji sama Rintik." Ucap Elang.

"Janji apa?"

"Elang janji nggak bakal jauhi Rintik ataupun ninggalin Rintik."

Riana menghela nafas kasar." Kamu tau kan? Dengan janji seperti itu, kamu bakal buat dia tambah sedih."

"Elang tau, mi. Elang cuman pengen hibur dia waktu itu, Elang nggak tega lihat dia sedih."

"Apa kamu bakal batalin semuanya?" Tanya Riana.

Elang menggeleng." Elang bakal tetap pergi."

"Terus gimana sama Rintik?"

"Lama kelamaan dia bakal terbiasa tanpa kehadiran Elang, lagipula masih ada Langit yang bakal buat dia bahagia." Ucap Elang. Riana mengangguk walaupun ia tidak yakin dengan semua itu.

🌿🌿🌿

"Bang Langit mau ikut Fira beli buku apa tetep di mobil?" Tanya Fira.

"Di mobil." Jawab Langit. Langit malas harus keluar panas-panas begini, ia sebenarnya juga malas mengantar Fira untuk membeli buku tapi ia tidak tega melihat raut wajah Fira yang lesu, akhirnya ia menyetujuinya.

"Ya udah kalo gitu Fira mau beli buku dulu, Abang tunggu di mobil jangan kemana-mana. Nanti kalo ada cowok yang gandeng tangan Fira, Abang jangan marah. Karena dia itu pacar Fira." Ucap Fira was-was.

Langit selalu posesif terhadapnya. Ia selalu melarang Fira untuk berpacaran, begitupun dengan Fino. Untung saja kedua orang tua Fira mengijinkan Fira untuk berpacaran.

"Hmm."

Fira tersenyum lebar, akhirnya ia tidak di ceramahi panjang lebar oleh Langit. Fira langsung turun dari mobil Langit.

Langit melirik ke arah Fira yang ternyata sedang bergandengan tangan dengan seorang cowok, sejak kapan cowok itu ada di sana? Entahlah, Langit tidak terlalu memikirkannya. Yang ada di pikirannya hanya Rintik, Rintik dan Rintik.

Kata-kata Rintik terus terngiang-ngiang di kepalanya. Apa bisa ia menjauh dari Rintik? Ia sudah terlanjur juga cinta dengan Rintik dan sekarang ia harus melupakannya. Argh! Langit mengacak rambutnya frustasi.

Mata Langit tak sengaja menangkap ke arah dua sejoli yang baru saja keluar dari toko buku. Yah mereka adalah Rintik dan Elang. Langit terus mengamati keduanya, jujur hatinya sakit melihat orang yang di cintanya tengah tertawa lepas dengan orang lain.

Tapi ia sadar, Rintik lebih bahagia dengan Elang ketimbang dirinya. Elang selalu punya cara agar bisa membuat Rintik tersenyum sedangkan Langit selalu saja membuat Rintik menangis." Mungkin ini saatnya gue pergi dari kehidupan lo, Rin." Batinnya.








Bersambung...

Kalian lebih milih Elang atau Langit yang harus pergi?

Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang