Rintik hujan 50

18K 1.1K 435
                                    

Langit mengetuk pintu rumah Rintik berkali-kali namun tidak ada jawabannya. Ia juga sesekali mengintip dari balik jendela. Tapi nampaknya tidak ada orang di sana.

"Lu mau ngapain?"

Langit langsung menolehkan kepalanya berharap jika orang tersebut adalah Rintik. Namun senyumnya luntur, ternyata dia adalah Vani.

"Lo tau Rintik ada di mana?" Tanya Langit.

"Rintik udah pergi sejam yang lalu, lo telat!" Jawab Vani sembari memakan cemilannya.

"Pergi kemana?" Tanya Langit.

"Lo pacarnya masak nggak tau Rintik pergi kemana? Pacar apaan lo?!" Sindir nya.

Langit terdiam sejenak." Gue beneran nggak tau, kasih tau gue!"

Vani memutarkan bola matanya malas." Susul aja dia ke bandara siapa tau dia masih di sana."

Langit mengerutkan dahinya." Bandara?"

🌿🌿🌿

Di dalam pesawat, Rintik mengalihkan pandangannya ke arah jendela yang menampilkan awan-awan putih. Matanya sembab karena sedari tadi ia terus menangis dan kita air matanya pun kembali terjatuh.

Billa menggenggam tangan Rintik untuk menyemangati putrinya. Rintik menolehkan kepalanya dan tersenyum." Putri Bunda pasti kuat." Ucap Billa.

Rintik tersenyum mengangguk." Rintik kuat kok Bunda. Rintik akan lupain semuanya yang pernah buat hati Rintik sakit." Ucap Rintik." Termasuk Langit." Lanjutnya dalam hati.

"Bagus, kita mulai semuanya dari awal. Lupain semua kenangan buruk kamu di Indonesia, kita akan bahagia berdua di Sidney." Ucap Billa.

Mata Rintik mengarah ke jam tangan yang kemarin lusa Langit belikan untuknya." Semoga gue bisa lupain lo, Lang. Gue doain semoga lo dapat pengganti gue yang lebih baik. Gue ikhlas kalo lo sama Tania balikan lagi."

"Makasih lo udah ngajarin gue apa artinya cinta yang sebenarnya. Bahagia selalu, Lang. Good bye."

🌿🌿🌿

Langit terduduk lemas di pinggir jalan yang sepi. Ia sudah seperti orang tidak berguna, penampilannya sangat buruk. Rambutnya berantakan. Ia sudah mendatangi bandara tersebut tetapi ia sudah terlambat. Rintik kini sudah pergi meninggalkannya.

Langit sungguh menyesali perbuatannya, kenapa ia bisa terjebak dalam permainan licik Tania. Ia tidak menyangka jika Tania tega melakukan hal tersebut. Untung saja ada mamah nya, kalau tidak. Entahlah apa yang terjadi selanjutnya.

Ia mengecek ponselnya, siapa tahu masih ada kesempatan untuknya. Ia mencoba menghubungi nomor telepon Rintik berkali-kali namun tidak ada jawaban, ia mengecek pesan terakhir dari Rintik yang bertuliskan.

Kita putus aja, Lang. Lo bebas balikan sama Tania, gue nggak papa kok. Gue bahagia kalo lo juga bahagia.
Gue bakal pergi jauh dari kehidupan Lo. Jangan nyari gue lagi, gue nggak mau lo capek-capek nyari hal yang nggak berguna kayak gue. Percuma juga lo teleponin nomor ini, karena gue udah ganti nomor. Byee, salam ya buat Rasi.

Pesan tersebut terkirim empat puluh lima menit yang lalu. Langit langsung membanting ponselnya." ARGHH! MAAFIN GUE RIN! GUE EMANG BRENGSEK! GUE NGGAK PANTES BUAT LO!" Teriaknya.

"Gue di jebak Rin... gue nggak sadar saat itu. Gue mohon lo kembali Rin... Gue nyesel!" Lirihnya.

Dan tak lama kemudian air matanya jatuh. Ia tidak pernah menangis selama ini. Tapi sekarang Langit menangis dan itu semua karena Rintik.

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang