Mentari pagi menampakkan sinarnya. Gadis yang tengah kini tidur terusik karena keberadaannya. Penampilannya tidak menggambarkan seperti manusia. Mata sembab, rambut acak-acakan, bajunya lusuh serta kamarnya yang seperti habis terkena gempa.
Rintik berjalan sempoyongan menuju cermin. Di sana terdapat pantulan dirinya. Rintik tertawa garing." Gini amat penampilan gue." Ricaunya.
Ia menghela nafas mengingat kejadian semalam, ia menangisi cowok yang brengsek. Mengingat itu Rintik tersenyum miring." Saatnya gue harus berubah!" Rintik berjalan ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan memakai seragam lengkap, ia kembali menatap dirinya di cermin." Harus ada yang di revisi dari penampilan gue." Gumam Rintik.
Ia tersenyum miring, tangannya mulai melepaskan ikat rambut Rintik. Rambut Rintik yang awalnya di kuncir kuda kini di biarkan digerai. Tangannya kembali membuka laci, lalu ia mengambil Lip Balm. Ia mulai memoleskan nya di bibirnya. Bibir yang awalnya pucat kini berubah sedikit kemerahan. Matanya melirik ke arah pergelangan tangannya yang terdapat gelang kesayangannya, yang ia sengaja pesan untuknya dan Langit saat mereka masih berpacaran. Dengan kasar ia melepaskan gelang tersebut lalu membuangnya ke sembarang tempat. Kedudukan gelang tersebut di ganti oleh jam tangan warna hitam. Ia melirik ke bawah, sepatunya yang menjadi saksi perjuangannya mendapatkan cinta Langit. Rintik melepaskan sepatunya lalu menggantinya dengan yang baru. Setelah merasa sudah selesai. Rintik kembali tersenyum." Begini lebih baik." Ucapannya.
Rintik berjalan keluar dari kamarnya. Ia mulai satu persatu menuruni tangga. Berjalan sedikit menuju pintu rumahnya lalu membukanya. Dahinya mengerut ketika mendapati tasnya dan sebuah kotak, mungkin itu kotak makanan? Pikir Rintik. Rintik berjongkok lalu mengambil secarik kertas yang bertuliskan.
Di makan ya Rintik, makanan ini khusus gue beliin buat lo. Awas kalo lo nggak makan!
Sahabat lo yang paling cantik - Vani♡
Rintik tersenyum kecil melihatnya, ia menatap kotak makanan yang diberikan oleh Vani." Sorry Van, gue nggak bisa makan makanan ini. Soalnya udah basi." Ucap Rintik. Rintik kembali melangkahkan kakinya.
🌿🌿🌿
Tok tok tok
Langit mengetuk pintu rumahnya Tania. Tak lama kemudian Tania keluar dan di ikuti oleh papahnya dari belakang. Tania tersenyum ke arah Langit. Tania membalikkan badannya menghadap papahnya." Pah, Tania berangkat dulu ya." Tania mencium punggung tangan papanya.
Sama halnya dengan Tania, langit pun mencium punggung tangan papahnya Tania." Kalian hati-hati ya." Ucap papahnya Tania.
Tania menganggukkan kepala." Iya pah."
"Tolong jagain anak om yah." Ucap papahnya Tania kepada Langit. Langit menganggukkan kepala." Siap om!" Jawab Langit.
"Kalo gitu Tania sama Langit berangkat dulu ya, assalamualaikum papah." Ucap Tania.
"Assalamualaikum om." Ujar Langit.
"Waalaikumsalam." Sahut papahnya Tania.
Tania dan Langit berjalan menghampiri motor Langit yang sudah stand by di pekarangan rumah Tania. Langit naik ke atas motornya lalu di ikuti dengan Tania. Tania mengerutkan keningnya ketika Langit tak juga menjalankan motornya." Kok nggak jalan?" Tanya Tania.
"Peluk dong, gue mau ngebut nih. Ntar kalo jatuh gimana. Kan kasian nanti bidadari gue terluka." Jawab Langit.
Tania tersenyum malu lalu melingkarkan tangannya di pinggang Langit. Langit tersenyum dan mulai menjalankan motornya meninggalkan pekarangan rumah Tania.
🌿🌿🌿
Sesampainya di sekolah Rintik menjadi pusat perhatian siswa-siswi. Rintik tidak mengerti dengan tatapan itu. Dan ada juga yang mulai bisik-bisik namun masih terdengar di telinga Rintik.
' eh kasian ya si Rintik di putusin sama langit.'
' iya ih. Tapi nggak papa sih, lagian juga masih baikan Tania daripada dia.'
' lihat deh penampilan dia, kayaknya sekarang dia mau berubah biar bisa balikan lagi sama langit.'
' mana mau sih Langit sama dia.'
Telinga Rintik terasa panas mendengar cibiran tentang dirinya. Ia melirik ke bawah ternyata terdapat sebuah bola yang entah datangnya dari mana. Lalu ia menendang bola itu mengarah ke segerombolan cewek yang membicarakannya. Bola tersebut mengenai salah satu dari mereka. Nampaknya cewek yang terkena itu meringis kesakitan.
Rintik tersenyum miring." Itu adalah balasan untuk orang yang suka ngomongin gue di belakang, masih mau ngomongin gue?!" Tanya Rintik.
Seketika segerombolan cewek itu nyalinya menciut mereka menundukkan kepalanya takut. Rintik berdecih." Jangan suka ngomongin orang sembarangan kalo nggak tau jelas gimana kejadiannya! Mulut lo pada mau gue tabok pakek golok?!" Tanya Rintik. Mereka semuanya dengan serentak menggelengkan kepala.
"Sampai gue denger kalo ada yang ngomongin gue di belakang, siap-siap nerima hukuman dari gue! Hidup itu untuk ngurusin diri sendiri bukan orang lain!" Setelah mengucapkan itu Rintik langsung berjalan menuju ruang kelasnya.
🌿🌿🌿
Langit dengan lembut membukakan helm yang menempel di kepala Tania. Setelah helm itu terlepas dari kepalanya, Tania sedikit merapikan rambutnya." Aku ke kelas ya." Ucap Tania.
"Gue anter!" Sahut Langit.
"Tapi nanti kalo orang pada ngelihat gimana? Aku nggak mau jadi bahan omongan." Ucap Tania.
"Nggak usah peduliin orang lain." Ucapan Langit di jeda, tangannya mulai menggenggam lembut tangan Tania." Gue mau mastiin supaya bidadari gue selamat sampai kelas." Ucap Langit.
Pipi Tania bersemu merah mendengar perkataan manis dari Langit." Ciee pipinya merah." Ejek Langit.
Tania memalingkan wajahnya malu." Apaan sih!" Ucap Tania antara sebal dan malu. Langit terkekeh pelan lalu mengacak-acak rambut Tania." Ayo ke kelas." Tania menganggukkan kepala mendengar ajakan langit. Mereka berdua mulai berjalan menuju kelas Tania.
Bersambung…
1. Mau ngomong apa nih sama Rintik?
2. Mau ngomong apa sama Langit?
3. Mau ngomong apa sama Tania?Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik hujan [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi malas merevisi, harap maklum jika ada typo!) Rintik hujan Capella itulah namanya, seorang gadis yang selalu berusaha mendapatkan cinta seoran...