" menggenggam mu itu sama seperti menggenggam air."
~ Rintik hujan
Upacara!
Satu kata yang paling tidak di sukai oleh semua murid di SMA Angkasa atau mungkin juga di semua sekolah di Indonesia. Panas? Memang, capek? Iya, bosen? Tentu, takut make up luntur? Mungkin, haus? Kadang. Itulah definisi tentang upacara dari semua murid yang ada di SMA Angkasa. Seperti saat ini, mereka tengah melakukan upacara di tambah lagi dengan panas matahari yang menyengat plus amanat dari pembina upacara yang teramat panjang membuat semua murid mendengus kesal. Sama halnya dengan Rintik, ia sesekali mengipasi badannya yang gerah dengan menggunakan tangan."Unfaedah banget tuh amanatnya, percuma amanat panjang kali lebar juga nggak bakal di perhatiin. Yang ada tuh murid malah pada ngegosip!" Gerutu Rintik dalam hati.
"Ssttt... Rin... Rin..." Bisik Vani. Rintik menolehkan kepalanya dengan mengangkat satu alisnya. Vani mendekatkan wajahnya ke telinga Rintik." Kita pura-pura sakit yuk, gue nggak betah sama panasnya." Bisik Vani.
Rintik berfikir sejenak. Lalu ia mengacungkan jari jempolnya. Vani tersenyum menyeringai, lalu ia berjalan dan melingkarkan tangannya di pundak Rintik, Rintik berjalan sempoyongan dengan pura-pura memijit pelipisnya. Pak Bondan yang melihat itu langsung menghampiri mereka berdua." Mau kemana kalian?!" Tanya pak Bondan.
Semua siswa-siswi yang mendengar itu langsung menolehkan kepalanya. Sekarang Rintik dan Vani menjadi pusat perhatian. Vani menggigit bibirnya." Anu pak itu Rintik lagi sakit jadi saya mau bawa dia ke UKS." Jawab Vani. Rintik mengintip sedikit lalu kembali menutup matanya.
"Biar anak PMR saja yang membawa Rintik ke UKS." Ujar Pak Bondan. Rintik dan Vani membulatkan matanya." Mampus!" Batin mereka.
"Eh nggak usah pak, biar saya aja. Saya juga sekalian mau ke toilet." Sahut Vani.
Pak Bondan memicingkan matanya." Serius kamu mau ke toilet? Bukan ke kantin?" Tanya pak Bondan. Sedangkan Rintik ingin sekali tertawa namun ia tahan.
"Ya enggak lah pak, masak saya mau ke kantin. Saya kan anak baik, percaya deh pak sama saya." Elak Vani.
Pak Bondan diam sejenak lalu menganggukkan kepalanya." Ya udah sana!" Jawab pak Bondan. Vani tersenyum senang dan langsung menuntun rintik menjauhi lapangan.
Mereka berjalan, karena merasa sudah jauh dari lapangan. Vani langsung menarik tangannya dan membuat Rintik terjatuh." Aduh pantat gue!" Ucap Rintik dengan memegangi pantatnya.
"Eh sorry sorry gue nggak sengaja eh maksudnya sengaja eh nggak sengaja Rin sumpah gue nggak sengaja." Ucap Vani terbelit belit.
Rintik mengerucutkan bibirnya." Ya udah cepetan bantu gue! Sakit tau nggak?!" Kesal Rintik. Vani menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu membantu Rintik berdiri. Rintik membersihkan debu-debu yang menempel di roknya.
Rintik menatap tajam ke arah Vani sedangkan Vani cengengesan dengan mengangkat dua jarinya. Rintik memutarkan bola matanya." Ya udah lah. kita ke kantin aja, haus gue." Ucap Rintik.
🌿🌿🌿
Sampai istirahat pun Rintik dan Vani belum beranjak dari kantin. Bolos pelajaran pertama, ngabisin duit di kantin, ghibah, dan ketawa-ketawa. Itulah yang mereka lakukan selama berjam-jam.
"Eh nggak kerasa ya kita udah empat jam di kantin. Pedes nih pantat gue, duit gue juga udah nipis." Ujar Vani dengan mengaduk-aduk minumannya yang kedua.
"Nggak papa lah. Gue juga belum ngerjain tugas tadi, itung-itung hari ini gue libur dari hukumannya para guru." Sahut Rintik.
Vani menoyor jidat Rintik." Yee si geblek!" Cibir Vani. Rintik mengerucutkan bibirnya sembari mengelus-elus jidatnya.
Rintik menolehkan kepalanya menatap sekeliling kantin yang sudah di penuh. Mata berhenti kala melihat dua orang lawan jenis yang sedang makan bersama sesekali tertawa. Rintik mengeratkan giginya dan menusuk-nusuk baksonya dengan menggunakan garpu.
Vani mengerutkan dahinya ketika melihat raut wajah Rintik yang menahan amarah, matanya mengikuti arah pandang Rintik. Vani menahan tawanya." Ada yang pecah tapi bukan kaca." Sindir Vani.
Rintik melirik sekilas ke arah Vani lalu kembali menatap ke arah Langit dan Tania. Vani tersenyum menyeringai." Ada yang wajahnya merah tapi bukan blushing." Sindir Vani.
Rintik menatap tajam ke arah Vani." Bisa diem nggak?!" Bentak Rintik. Vani malah tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya. Karena kesal Rintik langsung beranjak pergi meninggalkan Vani.
"WOI RINTIK TUNGGUIN GUE ELAH! LAKNAT LU!" Teriak Vani lalu menyusul Rintik tetapi sebelum itu Vani menghabiskan dahulu minumannya.
"Bodo amat!" Gumam Rintik lalu kembali melanjutkan langkahnya tetapi ia tidak sengaja menabrak seseorang dan bukunya berserakan. Rintik berjongkok dan membereskan buku yang jatuh." Sorry gue nggak sengaja tadi." Ucap Rintik tanpa melihat ke arah yang ia ajak berkomunikasi.
"Nggak papa." Jawabnya.
Rintik mengentikan kegiatannya. Tunggu dulu, sepertinya Rintik kenal dengan suara itu? Rintik mendongakkan kepalanya." Fino!" Ucap Rintik yang di balas senyuman oleh Fino.
"Sorry ya gue nggak sengaja tadi, nih buku Lo." Rintik menyerahkan setumpuk buku yang berjatuhan tadi." Nggak papa." Jawab Fino.
"Gue duluan Rin." Ujar Fino yang diberi anggukan oleh Rintik. Rintik menatap punggung Fino yang mulai menjauh." Andai aja Langit kayak Fino, pasti bakal gampang buat gue deketin." Batin Rintik.
Bersambung…
Jangan lupa tinggalkan jejak dan makasih ya untuk yang udah baca sequel Pelangi ini
SEE YOU NEXT PART 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik hujan [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi malas merevisi, harap maklum jika ada typo!) Rintik hujan Capella itulah namanya, seorang gadis yang selalu berusaha mendapatkan cinta seoran...