" kamu menganggap ku tak lebih dari sekedar orang yang tak saling kenal, Haha... Miris!"
~ Rintik hujan
Langit sedari tadi tidak fokus mengerjakan soal-soal yang ada di depannya, pikirannya masih melayang saat ia melihat Rintik yang tengah berduaan dengan cowok di taman, tangan kanan Langit mengepal kuat, rahangnya mengeras." Anjing!"
"Kenapa gue bisa semarah ini?!"
Langit mengusap wajahnya frustasi. Ntah mengapa ia tidak terima jika ada cowok yang mendekati Rintik. Bahkan ia sendiri selalu mengusir Rintik." Gue nggak mungkin suka sama cewek murahan itu!" Batin Langit.
🌿🌿🌿
Awali pagi mu dengan secangkir kopi!
Itulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan kegiatan Rintik pagi ini. Rintik lebih suka minum kopi di bandingkan dengan susu. Baginya kopi memang tidak manis tapi kopi memiliki cita rasa tersendiri.
"Kamu berangkat sekolah kapan? Ini udah jam tujuh kurang lima belas menit loh."
Ucapan Bunda membuat Rintik tersedak, ia mengipasi bibirnya yang panas akibat kopi. Rintik melirik jam tangannya. Pupil matanya membesar." ADUH! KURANG LIMA BELAS MENIT LAGI! MASUK!" Pekiknya.
Rintik dengan buru-buru memakai tas di pundaknya lalu ia mencium punggung tangan bundanya." Rintik berangkat dulu, assalamualaikum." Pamit Rintik lalu berlari keluar rumah.
"Waalaikumsalam. RINTIK KAMU BERANGKAT PAKEK APA?! MOBIL KAMU KAN MASIH DI BENGKEL! UDAH KAMU PAKEK AJA MOBIL BUNDA!" Teriak Bunda.
"RINTIK BISA NAIK ANGKOT KOK BUN!" Sahut Rintik dari luar rumah. Bundanya geleng-geleng kepala." Keras kepala kayak ayahnya." Gumamnya.
🌿🌿🌿
Rintik menghela nafas kesal. Sudah sepuluh menit ia menunggu, tidak ada satupun angkutan umum yang lewat." Babi! Gajah! Monyet! Anjing! Kuda lumping! Mana sih nih angkot, lama-lama gue bisa jamuran nih!"
Tin tin tin
Rintik menolehkan kepala. Bola matanya melebar." Lo!" Pekik Rintik ketika melihat siapa pengemudi mobil tersebut. Sedangkan di dalam mobil orang tersebut cengar-cengir tidak jelas.
"Kenapa? Gue ganteng? Oh jelas, gue emang ganteng dari lahir." Ujar Elang yang kepedeannya tingkat akut.
"Dihh! Pede banget lu upil gajah! Muka kayak pantat panci aja bangga!" Cibir Rintik.
Elang mencebikan bibirnya." Ya udah kalo gitu, padahal niat gue baik mau nganterin lo. Gue cabut byee." Elang menyalakan mesinnya kembali.
"Eh!" Cegah Rintik. Rintik langsung membuka pintu mobil Elang dan menutupnya." Gue nebeng!" Ucap Rintik sembari memasang sabuk pengamannya. Sedangkan diam-diam tersenyum.
🌿🌿🌿
Elang menatap kesal ke arah Rintik yang sedang memainkan ponselnya. Sudah sedari tadi Elang di kacangin sama Rintik." Ada cowok ganteng kok di kacangin!" Sindir Elang.
Jari-jari rintik seketika berhenti ketika mendengar sindiran Elang. Rintik menatap Elang dengan mengangkat satu alisnya." Situ ganteng? Apaan! Buluk kayak gitu." Cibir Rintik di iringi tawanya.
"Ganteng gini di bilang buluk, situ rabun?" Sahut Elang.
"Ganteng dari mananya coba?! Coba buktiin ke gue kalo lo ganteng!" Tantang Rintik dengan melipatkan kedua tangannya di dada.
Elang memberhentikan mobilnya. Elang menatap Rintik lalu ia mendekatkan wajahnya ke arah Rintik. Rintik menahan nafasnya, jarak mereka begitu dekat bahkan hidung mereka saling bersentuhan. Elang tersenyum miring melihat wajah Rintik yang memerah. Dia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Rintik." Udah sampe, lo nggak mau turun?" Bisik Elang.
Kegugupan Rintik berubah menjadi kekesalan. Dengan kesal Rintik mendorong tubuh Elang." Dasar cowok modus!" Rintik dengan kesal keluar dari mobil Elang. Elang terkekeh pelan lalu kembali menjalankan mobilnya.
🌿🌿🌿
"RINTIK HUJAN CAPELLA!!!" Teriakan Bu Ningsih menggema keseluruhan ruangan. Rintik yang berdiri di depan Bu Ningsih menutup telinganya.
"Rintik! Sudah berapa kali ibu bilang?! Jangan telat! Apa kamu tidak mendengarkan ucapan ibu?!" Bentak Bu Ningsih.
Rintik menundukkan kepalanya." Maaf Bu..." Ucap Rintik.
Bu Ningsih menatap Rintik geram."Maaf! Maaf! Sudah berapa kali kamu bilang maaf?! Capek ibu nasehatin kamu terus! Sekarang kamu keluar kelas tidak usah ikut pelajaran saya!" Bu Ningsih menyodorkan sebuah kertas kepada Rintik." Nih! Hasil ulangan kamu dengan nilai yang paling rendah!"
Rintik menatap kertas ulangannya yang mendapatkan nilai 40. Rintik menghela nafas lalu mengambil kertas ulangannya dan berjalan keluar kelas. Rintik masih setia menatap nilainya yang jauh dari kata baik." Kapan gue dapet nilai 100?" Gumam Rintik.
Angin berlalu membuat kertas yang dipegang Rintik terbang. Rintik berusaha menggapai kertasnya tetapi tidak bisa. Kertas milik Rintik terjatuh di tanah. Rintik berlari ingin mengambil kertasnya namun larinya berhenti ketika melihat langit yang sedang memungut kertas ulangannya.
Langit menatap kertas ulangan Rintik lalu ia beralih menatap Rintik yang sedang menggigit bibir bawahnya." Nilai ulangan lo?" Tanya Langit yang di balas anggukan lemah oleh Rintik.
Langit mengangkat satu alisnya." Dapet 40?" Tanya Langit kembali. Rintik lagi-lagi menganggukkan kepala.
"Dengan nilai ulangan lo yang kayak gini, lo yakin bisa dapet peringkat satu?" Tanya Langit. Rintik bingung harus menjawab bagaimana? Sejujurnya ia juga tidak yakin jika ia bisa mendapatkan peringkat satu. Melihat nilai kesehariannya membuatnya minder.
Langit tersenyum miring." Gue nggak yakin lo bisa dapet peringkat satu." Ucap Langit lalu memberi kertas itu ke tangan Rintik. Langit berjalan pergi meninggalkan Rintik.
Rintik menatap nanar kertas ulangannya." Gue yakin bisa dapet peringkat satu, nggak ada perjuangan yang sia-sia." Batin Rintik.
Bersambung…
Jangan lupa vote and coment nya
SEE YOU NEXT PART 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik hujan [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi malas merevisi, harap maklum jika ada typo!) Rintik hujan Capella itulah namanya, seorang gadis yang selalu berusaha mendapatkan cinta seoran...