Rintik hujan 34

15.2K 1K 21
                                    

"Lo mau berangkat sekolah?" Tanya Rintik ketika melihat Elang sudah memakai seragam sekolah.

"Iya, lo nggak papa kan gue tinggal pergi sekolah?" Tanya Elang.

Rintik terkekeh pelan." Ya nggak papa lah, justru gue seneng lo sekolah. Jadi lo nggak ketinggalan pelajaran kayak gue." Ucap Rintik.

Elang tersenyum." Ya udah kalo gitu gue berangkat dulu." Ucap Elang dengan sedikit memajukan langkahnya mendekati Rintik lalu mencium kening Rintik.

Cup

Rintik membulatkan matanya. Elang tersenyum kecil lalu melenggang pergi meninggalkan Rintik yang masih mematung. Rintik memegangi jidatnya, lalu bibirnya membentuk sebuah lengkungan.

🌿🌿🌿

Billa berjalan menuju ruang inap Rintik, langkah terhenti ketika melihat Alfa keluar dari sebuah ruangan." Billa." Sapa Alfa.

"Kamu ada disini? Siapa yang sakit?" Tanya Alfa.

"Bukan siapa-siapa, lo sendiri ngapain ada di sini?" Tanya Billa.

"Tania sakit." Jawab Alfa.

Billa tersenyum masam."Kamu lebih peduli dengan keadaan Tania ketimbang Rintik." Batin Billa.

"Oh." Jawab Billa lalu melenggang pergi meninggalkan Alfa.

"Apa boleh aku ketemu sama anak aku?" Tanya Alfa.

Langkah Billa terhenti, Billa tersenyum miring." Bukannya anak lo cuma Tania?!" Tanya Billa. Ia tertawa sinis dan pergi meninggalkan Alfa.

🌿🌿🌿

"Nih." Elang menyodorkan buku tulis kepada Rintik. Rintik mengerutkan keningnya." Buku buat apa?" Tanya Rintik.

"Itu buku fisika lo, di sana udah ada rangkuman materi, gue ringkas itu buat lo. Sebagian mata pelajaran lainnya di ringkas sama Vani." Ucap Elang.

Rintik menundukkan kepalanya."Gue ngerepotin banyak orang ya?" Tanya Rintik lirih.

"Nggak! Lo nggak ngerepotin orang, justru gue seneng. Sekarang gue jadi murid rajin, berkat lo." Ucap Elang.

Rintik tersenyum hangat. Tangannya mulai membuka satu persatu lembar buku." Sorry, tulisan gue jelek." Elang menggaruk tengkuknya. Rintik terkekeh pelan.

"Mau belajar jalan?" Tanya Elang. Senyum Rintik seketika luntur. Ia menatap kedua kakinya yang masih utuh namun tidak bisa berfungsi secara normal." Gue nggak yakin, El." Lirih Rintik.

"Lo harus yakin, Rin. Kalo lo mau berusaha pasti bakal ada hasilnya. Bukannya lo pernah bilang gitu sama gue?" Tanya Elang. Rintik tersenyum lalu mengangguk.

Elang mengambil kursi roda Rintik. Ia menggendong Rintik dan mendudukkannya secara perlahan di kursi roda. Elang mendorong kursi roda Rintik keluar dari ruang inap Rintik. Di sepanjang koridor rumah sakit, mereka berdua saling diam. Rintik tidak sengaja berpapasan dengan Tania, Langit, Alfa dan Vina. Mungkin Tania sudah sembuh dan boleh pulang? Pikir Rintik.

Tania terkejut melihat Rintik." Rintik Lo sakit apa?" Tanya Tania.

Rintik diam tidak menjawab, ia menatap datar ke arah Tania. Rintik menyentuh tangan Elang." Ayo, El." Ucap Rintik. Elang mengangguk dan kembali mendorong kursi roda Rintik melewati mereka.

Rintik melirik Alfa, ia tersenyum kecut." Ayah memang nggak pernah peduli dengan keadaan Rintik." Batin Rintik.

🌿🌿🌿

Rintik menghela nafas jengah, ia merasa bosan di sini. Elang sedang membeli minuman untuk dirinya. Tiba-tiba seorang gadis datang menghampiri Rintik." Hai Rintik." Sapa nya.

Rintik menolehkan kepalanya." Dhisya!" Ucap Rintik terkejut.

"Kenapa? Lo kaget lihat gue disini? Seharusnya gue yang kaget, lo kok ada di sini? Terus lo kenapa pakek kursi roda?" Tanya Dhisya.

Rintik diam tidak menjawab, ia menunduk melihat kedua kakinya. Dhisya tersenyum miring." Lo lumpuh ya?"

Rintik kembali diam!

Dhisya tertawa mengejek." Kasian banget ya hidup lo, nggak pernah bahagia. Dan sekarang lo lumpuh lagi. Miris!" Ejek Dhisya.

"Sekarang lo udah nggak bisa jalan, lo cacat! Gimana tuh caranya lo bisa hidup dengan keterbatasan? Gue yakin lo nggak pernah bisa!" Ucap Dhisya.

Rintik memikirkan kata-kata Dhisya. Apa bisa ia hidup dengan kaki yang tak bisa di gunakan? Pasti dia akan merepotkan semua orang. Pikir Rintik.

"Oh ya? Ngomong-ngomong lo itu lumpuh sementara atau permanen. Kalo permanen, waduh! Kasian banget tuh! Kalo sementara, gue nggak yakin lo bisa jalan lagi. Daripada lo susah-susah belajar jalan mending lo meratapi nasib hidup lo!" Dhisya tertawa terbahak-bahak lalu melenggang pergi meninggalkan Rintik.

"Rintik..." Panggil Elang. Rintik menolehkan kepalanya.

Rintik menolehkan kepalanya." Gue nggak yakin, El. Kalo gue bisa sembuh." Ucap Rintik.

"Lo nggak boleh ngomong kayak gitu, kalo belum coba, lo mana bisa tau? Sekarang lo mulai belajar jalan ya?" Bujuk Elang. Rintik mengangguk ragu.

Elang meletakkan kaki Rintik ke tanah dengan perlahan. Rintik memegangi pundak Elang." Gue yakin lo bisa Rin." Ucap Elang menyemangati.

Rintik mengangguk. Rintik meringis, ia secara perlahan mulai berdiri tetapi ia kembali terjatuh." Argh!"

Elang menopang tubuh Rintik, ia mendudukkan Rintik kembali." Sekali lagi." Ucap Elang. Rintik hanya bisa mengangguk.

Rintik mencengkeram kuat lengan Elang. Elang sedikit merasa kesakitan namun ini semua ia lakukan agar Rintik bisa kembali berjalan. Rintik mulai berdiri secara perlahan. Ia mulai melangkah kakinya namun kembali terjatuh." Argh!"

"Kita coba lagi, pelan-pelan!" Ucap Elang. Rintik mengangguk lemah, pelipisnya sudah di banjiri oleh keringat.

Rintik mulai berdiri kembali. Ia meringis kesakitan dengan tangan kanan menggenggam erat tangan Elang dan tangan kiri mencengkeram tangan Elang. Rintik dengan perlahan melangkah kakinya.

1 langkah

2 langkah

Bruk!

Rintik kembali terjatuh, ia meringis kesakitan. Seketika ia ingat dengan kata-kata yang Dhisya ucapkan.

"Daripada lo susah-susah belajar jalan mending lo meratapi nasib hidup lo!"

Elang kembali mendudukkan Rintik di kursi roda." Kita coba lagi." Ucap Elang. Rintik menggelengkan kepalanya." Cukup! Gue nggak mau lagi! Ini udah jadi takdir gue, nggak bisa jalan lagi." Ucap Rintik.

"Nggak! Lo pasti bisa jalan lagi." Ucap Elang.

"Cukup! El, lo nggak usah kasih harapan buat gue, sampai kapan pun gue nggak bakal bisa jalan lagi. Percuma lo bantu gue." Lirih Rintik.

"Lo nggak boleh ngomong---."

"Stop! Gue nggak mau denger itu lagi! Gue nggak mungkin bisa jalan! Gue bakal lumpuh selamanya! Bener kata Dhisya! Gue itu cacat! Gue udah nggak bisa jalan! Gue lumpuh!" Pekik Rintik.

Elang langsung memeluk Rintik. Rintik memukuli dada bidang Elang." Gue cacat! Gue lumpuh!" Pekik Rintik terisak-isak.

Elang mengelus-elus rambut Rintik." Jangan kayak gini, Rin. Gue nggak mau lihat lo nangis." Ucap Elang.

Pukulan Rintik mulai melemah. Ia menangis terisak-isak di pelukan Elang." Kenapa hidup gue kayak gini, El hiks... Hiks..." Lirih Rintik.










Bersambung…

Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang