Rintik hujan 33

15.6K 1K 87
                                    

Semenjak Rintik mengetahui bahwa ia tidak bisa berjalan, ia menjadi sosok yang pendiam. Tatapannya selalu kosong, jika ada yang bertanya. Dia hanya menjawab dengan anggukan ataupun gelengan kepala. Dia selalu murung, tidak mau makan, air matanya selalu turun ketika mendengar ketidaksempurnaannya. Billa, Vani dan Elang selalu menghela nafas melihat perubahan sifat Rintik. Tidak ada lagi Rintik yang ceria, tidak ada lagi Rintik yang bawel semuanya hilang karena sebuah kejadian yang menimpa Rintik.

"Rin, Lo tau nggak tadi Dhisya tuh di hukum sama Bu Ningsih karena ketahuan tidur pas jam pelajaran. Gue ngakak sendiri lihat ekspresinya pas di hukum." Vani tertawa garing. Rintik tidak menyahuti ucapan Vani, ia diam dengan tatapan kosong.

Vani menghela nafas, tapi ia berusaha senyum kembali." Oh ya? Lo mau nggak makan bareng gue? Sekalian kita nyari udara segar. Lo nggak bosen apa di ruangan ini terus?" Tanya Vani. Rintik menjawab dengan gelengan kepala.

Vani tersenyum paksa." Gue mau nyari makan, lo mau nitip nggak?" Tanya Vani. Lagi-lagi Rintik menjawab dengan gelengan kepala. Vani menghela nafas, ia tersenyum lalu melenggang pergi meninggalkan Rintik.

Saat Vani keluar dari ruangan Rintik, ia tidak sengaja berpapasan dengan Elang." Gimana?" Tanya Elang. Vani menggeleng lesu lalu berjalan pergi. Elang menghela nafas melihat jawaban Vani. Ia membuka kenop pintu ruangan Rintik, di sana ia dapat melihat Rintik yang sedang duduk di kursi roda depan tatapan kosong." Rin..." Panggil Elang.

Rintik tidak menjawab panggilan Elang. Elang berjalan dan berjongkok di depan Rintik." Gimana keadaan lo? Udah baikan?" Tanya Elang. Rintik diam tidak menjawab.

"Gimana kalo sekarang kita makan? Gue bakal traktir lo, lo boleh makan sepuasnya. Sepuluh piring juga nggak papa, atau lo mau gue traktir es krim?" Tanya Elang. Rintik menjawab dengan gelengan kepala.

Elang menghela nafas." Sampai kapan lo kayak gini? Rin?" Tanya Elang. Rintik diam tidak menjawab, dan tiba-tiba air matanya kembali menetes.

Elang menangkup wajah Rintik." Gue yakin lo bisa jalan lagi, lo harus yakin itu. Lo cuma lumpuh sementara bukan permanen. Ada harapan buat Lo jalan kembali." Ujar Elang.

Rintik menggelengkan kepalanya, ia menghempaskan tangan Elang dan memalingkan wajahnya." Gue nggak mungkin bisa jalan lagi, kaki gue lumpuh. Nggak ada harapan buat gue."

"Rin, dengerin gue. lo cuma lumpuh sementara. Lo pasti bakal bisa jalan lagi. Lo harus optimis, kaki lo pasti sembuh." Ujar Elang.

Rintik menggelengkan kepalanya." Gue nggak bisa jalan hikss... Gue lumpuh hikss..."

Elang langsung memeluk Rintik. Rintik menangis di pelukan Elang." Gue cacat El hiks... Gue udah nggak bisa jalan hiks... Gue nggak sempurna hikss..."

Elang mengelus-elus punggung Rintik." Ssttt... Lo nggak boleh ngomong kayak gitu, lo itu sempurna buat gue."

Elang melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Rintik." Jangan nangis lagi, sayang air mata lo. Gue akan bantu lo biar bisa jalan lagi. Lo harus kembali lagi kayak dulu lagi, kasian bunda lo, dia sedih lihat lo murung terus."

Rintik menganggukkan kepalanya. Sebuah senyum mengembang di bibir Elang." Sekarang kita makan?" Tanya Elang. Rintik tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Elang mendorong kursi roda Rintik.

🌿🌿🌿

Elang terus mendorong kursi roda Rintik. Rintik diam dengan tatapan yang lurus. Saat melewati ruangan Tania, ia tidak sengaja melihat Tania yang sedang tertawa lepas bersama dengan Langit, papahnya dan mamah nya." Bahagia banget ya hidupnya Tania, beda sama hidup gue." Batin Rintik.

Elang mengerutkan dahinya, ia mengikuti arah pandang Rintik." Nggak usah di lihat kalo nggak kuat." Ucap Elang. Rintik menolehkan kepalanya ke belakang lalu tersenyum.

"Lo harus yakin kalo suatu hari nanti lo juga bakal bahagia, semua tangisan Lo bakal di bayar sama ketawa lo." Ujar Elang.

Rintik tersenyum." Thanks El." Ucap Rintik.

"Buat?" Tanya Elang.

"Buat kebaikan lo selama ini, lo selalu ada di saat gue susah, lo selalu hibur gue. Gue beruntung punya sahabat kayak lo." Ucap Rintik.

"Cuma sahabat?" Batin Elang.

Elang menormalkan raut wajahnya. Ia tersenyum." Apapun gue lakuin buat lo." Ucap Elang.

🌿🌿🌿

Rintik tersenyum melihat bunga-bunga yang bermekaran. Setelah makan Elang mengajak Rintik ke taman yang ada di rumah sakit ini. Rintik hanya pasrah menurut.

"Mau nyanyi bareng nggak?" Tanya Elang dengan tangan yang sudah siap untuk memetik gitar. Rintik menggelengkan kepalanya.

"Oke, gue yang bakal nyanyiin buat lo." Ucap Elang. Rintik menganggukkan kepalanya. Elang mulai memetik gitarnya melantunkan nada-nada yang indah.

Bilur makin terhampar dalam rangkuman asa Kalimat hilang makna, logika tak berdaya
Di tepian nestapa, hasrat terbungkam sunyi
Entah aku pengecut, atau kau tidak peka

'Ku mendambakanmu mendambakanku

Bila kau butuh telinga 'tuk mendengar Bahu 'tuk bersandar, raga 'tuk berlindung Pasti kau temukan aku di garis terdepan Bertepuk dengan sebelah tangan

Kau membuatku yakin, malaikat tak selalu bersayap
Biar saja menanti tanpa batas, tanpa balas

Tetap menjelma cahaya di angkasa
Yang sulit tertampik dan sukar tergapai

'Ku mendambakanmu mendambakanku

Bila kau butuh telinga 'tuk mendengar Bahu 'tuk bersandar, raga 'tuk berlindung Akulah orang yang selalu ada untukmu Meski hanya sebatas teman

Yakin kau temukan aku di garis terdepan Bertepuk dengan sebelah tangan

Putar mulmed di bawah!

Petikan terakhir gitarnya membuat Rintik tersenyum lebar. Elang menatap Rintik lalu ia juga tersenyum." Tetap tersenyum, Rin." Batinnya.



Bersambung...

Kalian lebih setuju Rintik sama Elang atau Rintik sama Langit?

Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang