Rintik hujan 37

15.2K 951 81
                                    

Cerita ini boring nggak sih?

***

"Nih, teh manis anget spesial buat lo."

Vani menyodorkan secangkir teh hangat untuk Rintik. Rintik tersenyum." Gue mau minta pendapat sama lo, Van." Ucap Rintik.

"Minta pendapat apa?" Tanya Vani sembari memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya.

Rintik menghela nafas berat."Menurut lo, gue harus pilih Langit atau Elang?"  Tanya Rintik.

Uhukkk uhukkk

Vani tersedak karena ia terkejut mendengar penuturan Rintik. Tanpa sadar ia meminum teh hangat milik Rintik." Panas! Panas! Panas! Huh hah!" Vani mengibaskan tangannya di lidahnya.

"Makanya kalo minum tuh lihat-lihat, teh masih panas di minum. Kebakar deh tuh mulut." Sindir Rintik.

"Ya habisnya gue kan kaget, lo kenapa tiba-tiba ngomong kayak gitu. Trus bukannya lo dan Langit itu udah end? Lo masih ngarep ya sama langit?" Tuding Vani.

"Bukannya gue masih berharap sama Langit, cuman gue bingung aja. Kemarin Langit ngajak gue balikin, terus Elang bilang kalo dia suka sama gue. Gue bingung harus milih siapa, Van?!" Rintik mengusap wajahnya frustasi.

Vani membelalakkan matanya tidak percaya. Dia menggelengkan kepalanya." Ck! Ck! Ck! Wagelasehh, Lo di rebutin sama dua cowok. Gue juga mau Rin!"

Rintik memutarkan bola matanya malas." Inget! Lo udah punya Dito, jangan jadi Fakgirl lo."

"Ya nggak papa lah. Sekali-kali, biar nggak jadi sadgirl terus. Tapi enak ya jadi lo, di rebutin sama dua cowok, ganteng-ganteng pula." Ucap Vani.

"Enak sih tapi gue bingung. Kalo gue milih Langit, gue kasian sama Elang. Dia udah baik banget sama gue, dia selalu ada saat gue terpuruk. Tapi kalo gue milih Elang, gue takut ngecewain Langit. Gue masih cinta sama Langit." Ucap Rintik dengan memelankan kalimat terakhir.

"Pilih Elang aja."

"Alasannya?"

Vani menghela nafas." Dengerin gue ya, Rintik. Coba deh lo pikir, Elang itu baik banget sama lo. Dia selalu nemenin lo di rumah sakit, sedangkan Langit. Dia lebih milih nemenin Tania di banding lo, ya kan?"

Rintik menimbang-nimbang pendapat Vani." Apa gue harus milih Elang?"

🌿🌿🌿

"Billa, aku mau ngomong sama kamu." Ucap Alfa. Selama meeting berlangsung sampai selesai, Alfa selalu memperhatikan Billa yang kebetulan juga mengikuti meeting ini.

"Maaf pak, saya harus kembali ke ruangan saya." Ucap Billa.

"Sebentar aja bil. Aku mau kamu dengerin penjelasan aku, setelah itu terserah. Aku nggak akan ganggu kamu lagi." Ucap Alfa.

Billa menghela nafas." Oke!"

Alfa tersenyum mendengarnya. Ia menarik nafasnya." Sebenarnya aku menikahi Vina karena Permintaan Doni." Ucap Alfa terjeda, Billa diam menunggu kelanjutannya.

Flashback on

"Gue minta tolong sama lo, Fa." Ucap Doni lemah. Kini ia sedang berada di rumah sakit, setelah Alfa mendapat kabar jika Doni masuk rumah sakit karena kecelakaan. Ia langsung kesini.

"Minta tolong apa?" Tanya Alfa.

"Nikahin Vina!"

Deg!

Alfa membulatkan matanya." Lo gila?! Gue udah nikah sama Billa!"

"Gue tau, Fa. Gue minta tolong banget sama lo. Vina hamil anak gue, keluarga gue nggak pernah setuju hubungan gue sama Vina. Gue nggak mau anak gue lahir tanpa seorang ayah."

Alfa berfikir sejenak lalu ia menganggukkan kepalanya." Oke, gue bakal nikahin Vina. Ini semua gue lakuin buat lo." Jawab Alfa. Doni tersenyum mendengarnya.

Flashback off

Alfa menceritakan semuanya." Beri aku kesempatan sekali lagi, Bil. Aku mau memperbaiki semuanya."

Billa menarik nafasnya dalam-dalam agar air matanya tidak turun." Maaf, Al. Gue nggak bisa, luka yang lo berikan sama gue masih berbekas di hati gue."

"Aku tau bil, nggak mudah buat kamu maafin aku. Tolong beri aku kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya." Ucap Alfa memelas.

"Nggak ada yang perlu di perbaiki, lo bahagia aja sama Vina dan Tania. Gue sama Rintik udah biasa hidup tanpa lo. Gue yakin, Lo akan lebih bahagia sama Vina dan Tania ketimbang sama gue, nggak usah pikirin gue sama Rintik. Anggap aja kita nggak pernah saling kenal." Billa berlalu pergi meninggalkan Alfa.

🌿🌿🌿

Mata Rintik berbinar-binar melihat bunga di depannya. Ia memetik salah satu bunga yang ada di hadapannya. Ia tersenyum sembari menghirup aroma bunga.

"Non."

Rintik menolehkan kepalanya ke belakang menatap pembantunya yang baru bekerja di rumahnya. Selama ini Billa tidak pernah menggunakan pembantu, tetapi melihat keadaan Rintik sekarang. Ia tidak tega jika Rintik harus kesusahan melakukan kegiatan.

"Ada apa bi?"

"Ini non, ada surat buat no." Bi Minah memberikan surat untuk Rintik.

Rintik menerimanya." Makasih bi." Ucap Rintik. Bi Minah menganggukkan kepalanya dan berlalu pergi meninggalkan Rintik. Rintik membuka surat tersebut, ia mulai membaca satu persatu kata yang tertulis di dalamnya.

Hai anak ayah!

Rintik apa kabar? Rintik baik-baik aja kan sama Bunda? Ayah kangen sama Rintik, apa pantas ayah di sebut sebagai seorang ayah? Ayah nggak mencegah kamu buat benci sama ayah, ayah memang pantas untuk di benci. Ayah udah jahat banget sama kalian, maafin ayah, Rintik. Ayah nggak akan maksa Rintik buat maafin ayah. Ayah juga nggak akan maksa Rintik buat manggil Ayah dengan sebutan Ayah.

Rintik pasti nggak mau ya? Punya ayah seperti ayah. Maafin ayah, gara-gara ayah kamu harus hidup tanpa kasih sayang seorang ayah. Maafin ayah karena ayah nggak pernah adil antara kamu dan Tania. Ayah sayang sama Rintik, Rintik adalah alasan ayah untuk tersenyum.

Selama ini ayah selalu memperhatikan Rintik dari kejauhan. Ayah senang kamu tumbuh sebagai gadis yang tangguh, pasti Bunda kan? Yang mengajarkan kamu seperti itu? Ayah sangat berterimakasih sama Bunda. Jagain bunda, sayang. Jangan buat air mata bunda turun, Bunda terlalu tersakiti karena Ayah. Rintik bahagia terus ya sama Bunda, ayah sayang kalian, ayah sayang putri ayah.

Rintik membacanya dengan terisak-isak. Ia tidak dapat mencegah air matanya untuk tidak turun. Ia kembali menatap surat tersebut." Rintik juga sayang sama ayah hiks... Hiks..."

🌿🌿🌿

Rintik memijit pelipisnya pusing menghadapi Vani yang sedang beradu mulut dengan Elang. Mereka bertengkar hanya karena ingin mengajak Rintik jalan-jalan.

"Lo tuh bisa ngalah nggak sih sama cewek?! Gue sama Rintik mau di rumah aja! Lo nggak bisa maksa dong!." Ucap Vani.

"Nggak bisa! Rintik harus ikut gue pergi ke danau." Ucap Elang.

"Dih! Kurang kerjaan banget sih lo ke danau, Lo mau berenang di danau? Nggak usah repot-repot kali, rumahnya Rintik juga ada kolam renangnya!"

"Siapa yang mau berenang?" Tanya Elang.

"Elo lah, siapa lagi? Terus kalo nggak berenang lo mau ngapain di sana?" Tanya Vani.

"Kepo!"

"Kalian bisa nggak sih?! Nggak usah bertengkar. Gue cuma mau di rumah aja. Gue nggak mau kemana-mana." Ucap Rintik menengahi.

"Ah kasian Rintik nggak mau ikut sama Lo!" Cibir Vani dengan menjulurkan lidahnya. Hanya diam menatap datar ke arah Vani. Rintik terkekeh pelan.

Dari kejauhan ada seseorang yang menatap Rintik dengan tatapan tidak suka. Matanya memancarkan kebencian. Dia tersenyum miring." Hari ini lo boleh bahagia, tapi lihat aja. Gue bakal buat hidup lo jauh menderita dari yang sebelumnya, sampai lo lupa caranya buat tersenyum."







Bersambung…

Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang