Saat Rintik memasuki ruang kelasnya, semuanya mengalihkan pandangannya ke arah Rintik. Rintik yang di pandang seperti itu merasa risih."Apa lihat-lihat?! Ngefans sama gue?!" Bentak Rintik. Mereka terhenyak lalu kembali melanjutkan aktivitas masing-masing.
Vani menganga lebar melihat kehadiran Rintik, tak berfikir panjang ia langsung lari dan memeluk Rintik." Rintik kuuuuuuuhh! Gue rindu berat sama lo, melebihi rindunya Dilan ke Milea."
Rintik berusaha melepaskan pelukan Vani yang sangat erat dan membuatnya kesusahan bernafas."Va-ni le-pas-sin."
Sontak Vani melepaskan pelukannya. Rintik menatap datar ke arah Vani sedangkan Vani menyengir polos." Lo nggak papa kan, Rin? Oh ya? Makanan yang kemarin gue kasih, dah lu makan?" Tanya Vani.
"Gue nggak papa kok. Sorry makanan yang kemarin lo kasih nggak bisa gue makan. Soalnya udah basi." Jawab Rintik.
"Nggak papa, yang terpenting lo udah baikan. Soal kemarin lupain aja Rin, anggap aja itu nggak pernah terjadi." Ucap Vani hati-hati takut menyakiti hati Rintik.
Rintik menerawang kejadian kemarin. Bibirnya membentuk senyuman masam." Nggak mudah untuk gue ngelupain itu semua, Van. Satu tahun gue merjuangin dia, satu bulan gue jadian sama dia dan satu hari semuanya berakhir. Butuh berbulan-bulan bahkan bertahun supaya gue dapet tempat di hatinya tapi dia cuma butuh satu hari untuk mengakhiri semuanya." Rintik menghela nafas.
Vani tahu perasaan Rintik sekarang. Tidak mudah untuk menjadi seperti Rintik, dia rela melakukan apapun untuk mendapatkan hatinya langit. Tapi Langit... Ah sudahlah. Vani mengelus-elus punggung Rintik untuk memberi kekuatan." Sabar ya, Rin. Lo harus selalu terlihat kuat, gue tau ini berat buat lo. Tapi jangan pernah keluarin air mata lo buat cowok kayak dia. Dia nggak pantes buat lo tangisin."
Rintik tersenyum lalu memeluk Vani." Gue akan selalu kuat kok. Itukan yang selalu Bunda gue ajarin. Tapi soal nangis, gue nggak bisa. Air mata gue selalu turun kalo inget itu semua."
Vani melepaskan pelukannya lalu memegang kedua lengan Rintik." Gue nggak larang untuk air mata lo turun, gue bakal selalu hapus air mata itu." Rintik dan Vani saling tersenyum lalu berpelukan kembali.
🌿🌿🌿
Rintik berlari menaiki tangga, ia ingin pergi ke perpustakaan untuk mengambil bukunya yang tertinggal di sana. Saat di tengah-tengah anak tangga, Rintik tak sengaja berpapasan dengan Langit dan Tania. Langkah mereka bertiga berhenti. Rintik tak sengaja menatap tangan Tania dan Langit yang saling bergandengan. Tania mengikuti arah pandang Rintik. Tanpa mau berlama-lama Rintik kembali berlari menaiki tangga.
Tania melepaskan genggamannya. Langit mengerutkan dahinya." Kenapa di lepas?" Tanya Langit.
"Aku nggak enak sama Rintik, dia pasti sakit hati pas lihat kita gandengan tangan." Jawab Tania.
"Biarin lah, ngapain di pikirin." Ujar Langit.
Tania dengan kesal memukul lengan Langit." Kamu kok gitu sih? Bagaimana pun aku masih merasa bersalah sama Rintik." Ujar Rintik dengan mengerucutkan bibirnya.
"Ini bukan salah lo. Memang seharusnya ini terjadi, dari dulu gue nggak pernah ada rasa sama dia. Soal gue nembak dia, mungkin itu adalah kesalahan terbesar gue. Yang seharusnya nggak gue lakuin." Ucap Langit.
Tania menatap manik mata Langit dalam-dalam." Tapi aku tetap merasa bersalah, kalo aja aku nggak nyatain perasaan aku ke kamu. Pasti saat ini kamu masih bahagia sama Rintik."
Langit meletakkan jari telunjuknya di bibir Tania." Ssttt... Berhenti nyalahin diri lo sendiri, lo nggak salah apa-apa. Selama ini gue nggak pernah bahagia sama dia, kalaupun gue bahagia sama dia. Gue bakal tetep putusin dia, gue nembak dia karena gue kasian sama dia yang selalu ngejar-ngejar gue."
Langit menangkup wajah Tania." Dan gue mau lo berhenti nyalahin diri sendiri, ngerti?" Tania menganggukkan kepalanya mengerti. Mereka kembali melanjutkan langkahnya.
Tanpa mereka sadari, Rintik telah mendengarkan semuanya. Hatinya sakit bahkan lebih sakit dari sebelumnya. Menerima kenyataan bahwa selama ini Langit menerima cintanya karena sebuah rasa kasihan semata. Air matanya turun tanpa di minta. Tangannya memegangi dadanya yang terasa sakit." Lo nembak gue cuma karena kasian, Lang? Serendah itu ya gue di mata lo? Apa sih arti gue dalam hidup Lo?"
🌿🌿🌿
Rintik menatap kosong dengan tangan yang masih memegangi buku yang sudah ia ambil di perpustakaan. Kata-kata Langit masih tercetak jelas di pikirannya.
"Ini bukan salah lo. Memang seharusnya ini terjadi, dari dulu gue nggak pernah ada rasa sama dia. Soal gue nembak dia, mungkin itu adalah kesalahan terbesar gue. Yang seharusnya nggak gue lakuin."
Air mata Rintik kembali menetes, anggap saja Rintik lemah. Tetapi mengingat itu semua membuat air matanya selalu turun. Bibir Rintik kembali membentuk senyuman masam." Seharusnya gue sadar dari dulu kalo lo nggak pernah ada rasa sama gue. Gue emang cewek paling bodoh di dunia."
"Selama ini gue nggak pernah bahagia sama dia, kalaupun gue bahagia sama dia. Gue bakal tetep putusin dia, gue nembak dia karena gue kasian sama dia yang selalu ngejar-ngejar gue."
Rintik mendongakkan kepalanya menatap Langit yang berwarna biru cerah." Seharusnya gue juga sadar, selama ini lo nggak pernah bahagia sama gue. Lo nembak gue karna rasa kasian. Padahal gue pikir lo udah ada rasa sama gue." Rintik tiba-tiba tertawa getir." Mana mungkin lo ada rasa sama cewek bodoh ini! Haluan gue terlalu tinggi tentang lo."
Bersambung…
Langit enaknya kita apain ya gaes?
Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik hujan [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi malas merevisi, harap maklum jika ada typo!) Rintik hujan Capella itulah namanya, seorang gadis yang selalu berusaha mendapatkan cinta seoran...