Rintik hujan 43

15.5K 1K 64
                                    

Thanks 1k followers luv❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Double up nih😁✌️

***

Sesampainya di rumah, Rintik langsung berlari menuju kamarnya. Ia berlalu begitu saja melewati Bundanya, Billa bingung melihat sikap Rintik. Apakah putri nya itu sedang ada masalah?

Karena penasaran, Billa menghampiri Rintik. Saat membuka pintu kamar Rintik, pertama kali yang ia lihat adalah Rintik yang sedang menangis sembari memukul-mukul bantal.

"Argh! Gue benci, semua orang ninggalin gue! Nggak ada yang sayang sama gue! Kenapa lo juga ninggalin gue, El?!" Pekiknya.

Billa menghela nafas melihat sikap putrinya, ia berjalan mendekat lalu mengelus rambut Rintik dengan lembut." Ada masalah apa? Hmm?"

Rintik langsung memeluk Bundanya." Kenapa semua orang ninggalin Rintik sih Bunda? Elang juga ninggalin Rintik, Rintik ada salah ya?"

"Elang pergi bukan karena kamu ada salah sama dia, kamu udah tanyain kenapa Elang pergi?" Tanya Billa.

Rintik menggelengkan kepalanya." Elang nggak ngasih tau, ini nggak adil Bun. Orang yang deket sama Rintik, selalu ninggalin Rintik tanpa alasan yang jelas."

"Rintik pikir, Elang adalah satu-satunya cowok yang nggak akan pergi ninggalin Rintik. Tapi Rintik salah, Elang juga ninggalin Rintik. Rintik udah terlanjur nyaman sama Elang, Bun." Ujar Rintik.

"Ayah pergi ninggalin Rintik, Langit juga pergi ninggalin Rintik dan sekarang Elang yang pergi. Berapa orang lagi yang akan ninggalin Rintik?!"

"Ssttt... Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu, mereka semua pasti punya alasan yang jelas tapi, mereka nggak mau ngasih tau karena nggak mau bikin kamu sedih." Ucap Billa.

"Alasan yang jelas?! Itu semua omong kosong Bun! Buktinya ayah ninggalin kita karena ayah lebih milih Tania sama mamahnya, apa itu yang di sebut alasan?!"

"Kamu nggak ngerti Rintik! Ayah ninggalin kita karena terpaksa, Ayah udah terlanjur janji sama--"

Rintik langsung melepaskan pelukannya."Sama papah kandungnya Tania! Iya?! Kalo janji bisa di ingkari kenapa ayah nggak ingkari aja janji itu! Ayah tetep bisa jadi papah buat Tania tanpa harus ninggalin kita! Ya kan Bun?!"

"Kalo aja ayah nggak ninggalin kita, pasti Rintik bisa ngerasain rasanya punya ayah. Ayah egois! Ayah lebih milih Tania padahal anak kandungnya itu Rintik! Tania dari kecil selalu dapet kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tapi Rintik, Rintik cuman bisa dapet kasih sayang dari Bunda itupun kalo Bunda nggak lagi sibuk kerja."

"Rintik iri Bun, setiap acara kenaikan kelas. Semua teman Rintik selalu di dampingi sama orang tuanya. Tapi Rintik selalu di dampingi sama Tante Salsha karena Bunda lagi keluar kota, semua teman Rintik bisa cerita sama orang tuanya tapi Rintik cuma bisa cerita sama boneka."

Billa menatap sendu ke arah boneka beruang yang menjadi tempat curhat saat Rintik susah maupun senang, Billa merutuki dirinya sendiri kenapa ia tidak bisa menjadi tempat curhat untuk putrinya." Maafin Bunda, Rintik."

🌿🌿🌿

Rintik menatap malas sekumpulan murid-murid yang tengah melakukan pemanasan, ia merasa malas untuk melakukan pemanasan akhirnya ia memutuskan untuk duduk di pinggir lapangan, lagipula guru olahraganya sedang ada rapat sebentar.

"Woi Rintik! Enak bener hidup lo, pemanasan! Lo mau badan lo pegel pegel karena nggak pemanasan!" Teriak ketua kelasnya.

"Pemanasan pemanasan aja kali! Nggak usah ngajak ngajak gue. Ribet amat hidup lo!" Sahut Rintik.

"Lo ngomong enak! Lah gue ketua kelas njir! Bisa kena marah gue, pemanasan kagak lo?! Kalo nggak gue seret lo!" Ancamnya.

"Iya iya! Bawel banget lo, dasar markonah!" Gerutu Rintik. Dengan malas ia berjalan menghampiri teman-temannya tetapi karena tidak memperhatikan jalan, ia tersandung batu dan menyebabkan ia tersungkur dengan lutut serta siku yang berdarah.

Semua teman sekelasnya tertawa terbahak-bahak melihat Rintik terjatuh, bukan hanya teman sekelasnya tetapi juga kelas lain yang kebetulan jadwalnya sama dengan kelasnya. Berapa malunya Rintik saat ini.

Rintik meringis memegangi lututnya yang berdarah saat ia ingin berdiri tiba-tiba kakinya keseleo." Batu sialan!" Umpatnya.

Tawa mereka semua semakin pecah. Emang laknat mereka, bukanya membantu malah menertawakannya.

Seseorang berjongkok di depan Rintik. Ia menyentuh lutut Rintik." Sakit?" Tanyanya.

Rintik mendongakkan kepalanya menatap orang tersebut, alangkah terkejutnya ketika melihat wajah Langit yang begitu dekat dengannya. Ia meringis ketika Langit menekan lukanya." Jangan di teken, sakit." Ucapnya.

Langit langsung menjauhkan tangannya." Sorry." Ucapnya. Rintik mengangguk, ia meniup lukanya agar sedikit mengurangi sakitnya.

Tanpa aba-aba Langit tiba-tiba menggendong Rintik ala bridal style. Rintik memekik kaget, sontak ia langsung mengalungkan tangannya di leher Langit." Lo mau nga---."

"Gue mau bawa lo ke UKS." Jawab Langit.

Langit berjalan melewati siswa-siswi yang melongo melihatnya, adapun yang mengabadikan momen tersebut untuk di unggah ke media sosial.

Rintik menatap wajah Langit yang nampak tampan saat di tatap dekat seperti ini. Rintik akui jika Langit selalu tampan entah di tatap dari segi manapun.

Dari kejauhan ada seseorang yang menatapnya dengan hati yang sakit, matanya memanas melihatnya, tak lama butir-butir kristal mulai berjatuhan dari pelupuk matanya.

🌿🌿🌿

Langit membuka sepatu Rintik, pertama kali yang ia lihat adalah pergelangan kaki Rintik yang memar. Ia menatap Rintik." Sakit?"

Rintik mengangguk sembari meringis karena Langit terus saja menekan lukanya." Jangan di teken teken, sakit!"

Langit terkekeh, ia terus menekan lukanya Rintik." Nggak papa, gue suka."

Rintik menghela nafas jengah. Ia mengambil obat merah lalu meneteskannya lututnya yang tergores." Sshh..."

Mendengar ringisan tersebut, Langit berhenti menekan-nekan luka Rintik. Ia merenggut obat merah tersebut dan meneteskannya ke lutut Rintik. Rintik diam tidak membantah.

"Obatnya habis." Ucap Langit dengan membalikkan obat merah tersebut untuk melihat apa masih ada isinya.

"Terus gimana? Siku gue belum gue obatin." Tanya Rintik.

Langit memegang pergelangan tangan Rintik dengan perlahan ia memutarnya agar Rintik tidak kesakitan, di lihatnya siku Rintik yang memerah.

Cup

Langit mencium siku tangan Rintik." Tanpa obat merah juga bakal sembuh." Ucapnya. Rintik diam tidak bergeming, ia masih tidak percaya dengan kejadian tadi.






Bersambung…

Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang