Rintik dan Elang berjalan berdampingan keluar dari restoran." Thank you Elang udah traktir gue, sering-sering biar dapet pahala." Ucap Rintik dengan menyengir kuda.
"Dapet pahala kagak bangkrut iya."
Rintik mencebikan bibirnya." Lo mah gitu ama gue, karna lo udah buat gue badmood, lo harus traktir gue es krim." Ujar Rintik.
"Iya iya tapi yang murah aja." Ucap Elang, Rintik memicingkan matanya sembari tersenyum jahil." Duit lo udah habis ya? Kere banget Lo jadi cowok." Cibir Rintik.
"Enak aja, duit gue masih banyak. Kalo mau gue bisa beli se-gerobak es krim." Ujar Elang.
"Sombong!" Cibir Rintik.
Langkah mereka berhenti ketika tak sengaja berpapasan dengan Langit dan Tania. Elang dan Langit saling menatap tajam. Elang melingkarkan tangannya di pinggang Rintik. Rintik melototkan matanya ke Elang tetapi Elang malah menampilkan wajah polosnya. Tangan Langit terkepal ketika melihat Elang memeluk Rintik." Sial!" Umpat Langit dalam hati.
🌿🌿🌿
Langit beberapa kali menonjok samsak dengan penuh emosinya. Keringatnya bercucuran, matanya menyiratkan kemarahan. Entah kenapa tiba-tiba ia marah melihat kedekatan Elang dan Rintik. Pikirannya mengingat saat Elang mengusap pipi Rintik, saat Elang memeluk Rintik serta saat Rintik tertawa bersama Elang. Rahang Langit mengeras ketika mengingat itu semua.
"Ada masalah lo, Lang?" Tanya Zidan sembari membuka tutup botol minumannya.
Langit tidak menanggapinya ia terus menerus menonjok samsak. Zidan tersenyum miring." Tentang Rintik?" Tebak Zidan.
Tangan Langit berhenti memukuli samsak tersebut. Ia beralih menatap Zidan yang sedang tersenyum miring ke arahnya." Lo udah mulai ada rasa kan? Sama Rintik?" Tanya Zidan.
Langit diam tak bergeming. Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Di sisi lain ia sayang dengan Tania, tapi ia juga tidak terima jika ada seseorang mendekati Rintik.
"Gue yakin lo udah mulai cinta sama Rintik. Dari tatapan lo sama Rintik, udah jelas kalo Lo itu suka sama dia. Lo juga selalu marah kalo anak baru itu deket sama Rintik. Cinta lo itu udah terlambat bro, mungkin sekarang Rintik udah benci sama lo." Ujar Zidan lalu melenggang pergi.
Langit mematung mendengar perkataan Zidan." Apa gue udah terlambat menyadarinya?"
🌿🌿🌿
Tania duduk di balkon kamarnya. Menatap bintang-bintang yang bersinar meramaikan langit malam yang gelap. Telapak tangannya mengusap-usap lengannya untuk memberi sedikit kehangatan.
Tiba-tiba Alfa datang dengan membawakan paper bag. Alfa memberikan paper bag itu ke Tania." Boneka panda pesanan kamu."
Tania tersenyum senang menerimanya." Makasih pah." Ucap Tania antusias. Lalu memeluk boneka panda nya.
Alfa duduk di depan Tania." Papa boleh nanya sesuatu sama kamu?" Tanya Alfa.
Tania menganggukkan kepala." Boleh, papa mau nanya apa?"
"Temen kamu yang namanya Rintik itu anaknya kayak gimana?" Tanya Alfa.
"Rintik itu baik, dia itu tomboi dan dia itu satu-satunya siswi perempuan yang bisa silat dan taekwondo. Dia juga banyak nyumbangin piala di bidang silat dan taekwondo." Jelas Tania.
Alfa tersenyum mendengar penjelasan Tania tentang Rintik. Ia ingin sekali memeluk putrinya yang tidak pernah ia peluk dari lahir.
Tania mengerutkan keningnya." Papa kok tumben nanya tentang Rintik?" Tanya Tania.
"Nggak papa, papah cuma pengen tau aja. Papah lihat dia itu anaknya baik, apa kamu sama Rintik temenan?" Tanya Alfa.
Tania menggelengkan kepala." Tania nggak pernah temenan sama Rintik, kita cuma kenal aja. Lagipula Rintik itu nggak mau temenan sama siapa-siapa kecuali sama Vani." Ucap Tania.
Alfa tersenyum masam." Rintik itu kakak kamu, Tania." Batin Alfa.
🌿🌿🌿
Rintik menghentakkan kakinya kesal karena ia tidak bisa mengikuti pelajaran sekarang karena ia ketahuan tidur di kelas. Rintik sekarang bukan lah Rintik yang dulu, sekarang ia menjadi murid rajin. Meskipun sering membantah guru.
"Rintik."
Rintik menolehkan kepalanya ketika mendengar seseorang memanggil namanya." Ibu manggil saya?" Tanya Rintik dengan menunjuk dirinya sendiri.
"Ya iyalah kamu, siapa lagi kalo bukan kamu. Emang ada yang namanya Rintik selain kamu?" Tanya Bu Sari.
"Nggak ada sih Bu, kan nama saya langka." Ujar Rintik.
"Bukan langka tapi aneh!" Sahut Bu Sari. Rintik mengerucutkan bibirnya kesal.
"Kamu tolong bawain buku saya dan taruh di meja saya!" Bu Sari memberikan setumpuk buku kepada Rintik setelah itu ia melenggang pergi meninggalkan Rintik.
"Lah gue nggak tau mejanya Bu Sari yang mana." Batin Rintik.
Rintik berdecak sebal dengan terpaksa ia membawa setumpuk buku ini ke ruang guru. Soal mejanya Bu Sari ia bisa menanyakannya ke guru yang masih ada di ruang guru.
Rintik tidak menyadari jika tali sepatunya terlepas, ia terus berjalan dan pada akhirnya kakinya menginjak tali sepatunya dan membuat ia terjatuh dengan buku yang berserakan di lantai. Rintik meringis memegangi lututnya yang tergores.
Seseorang berjongkok di depan Rintik dan membantu Rintik membereskan buku-bukunya yang berserakan. Rintik mendongak kepalanya ternyata orang tersebut adalah Langit. Rintik dengan segera membereskan buku-bukunya lalu berdiri.
Langit pun ikut berdiri. Rintik merasa gugup jika ada di dekat Langit." Gu-gue duluan." Ucap Rintik lalu melangkah pergi.
"Rin!" Panggil Langit. Rintik memberhentikan langkahnya ia diam tidak membalikkan badannya, ia menunggu ucapan Langit selanjutnya.
Langit menghela nafas sejenak." Masih ada nggak nama gue di hati Lo?"
Deg!
Bersambung…
Hayoo masih ada nggak ya? Nama langit di hati Rintik?
Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik hujan [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi malas merevisi, harap maklum jika ada typo!) Rintik hujan Capella itulah namanya, seorang gadis yang selalu berusaha mendapatkan cinta seoran...