Rintik hujan 28

15.5K 1K 55
                                    

Rintik berjalan menuju ke rooftop karena ia dapat informasi jika Langit sedang berada di sana, bukan apa-apa ia menemui Langit. Ia hanya ingin mengembalikan sapu tangan milik langit.

Langkah kaki Rintik berhenti ketika melihat Langit dan Tania berpelukan. Sesak! Itulah yang ia rasakan, tapi ia harus sadar. Ia bukan siapa-siapa dalam hidupnya Langit. Ia menarik nafas sejenak lalu kembali melanjutkan langkahnya menghampiri mereka.

"Ekhemm..."

Sontak Langit dan Tania melepaskan pelukannya, Langit menatap terkejut dengan kehadiran Rintik. Rintik menyodorkan sapu tangan milik Langit." Sorry gue ganggu, gue cuma mau ngembaliin sapu tangan milik lo."

Langit menerima sapu tangannya. Rintik tersenyum paksa." Gue duluan ya." Ucap Rintik lalu melenggang pergi meninggalkan Langit dan Tania.

Rintik berjalan menuruni anak tangga. Entah kenapa air matanya turun tanpa di minta. Dengan kasar Rintik menghapus air matanya." Inget Rin, lo bukan siapa-siapa nya Langit. Lo itu cuma mantan!"

🌿🌿🌿

Senyum Billa merekah ketika melihat dua garis biru di alat testpack." Aku nggak sabar buat nunjukin ini ke Alfa." Ucap Billa.

Ia mendengar suara mobil." Itu pasti Alfa!" Tebak Billa lalu ia berlari menghampiri Alfa.

Senyum Billa memudar ketika melihat Alfa bergandengan tangan dengan seorang perempuan dan itu adalah teman SMA nya." Alfa? Vina? Kalian kok?"

"Maafin aku, aku dan Vina udah menikah. Dan Vina udah mengandung anak aku." Ucap Alfa.

Deg!

Bagai tersambar petir. Billa menggelengkan kepalanya tidak percaya." Kamu pasti bohong kan?" Tanya Billa.

"Aku nggak bohong, sebentar lagi aku akan urus surat perceraian kita."

Air mata Billa menetes ketika mengingat memori yang sudah lama ia tutup rapat agar tidak akan ia ingat lagi, tapi kenapa memori itu kembali berputar.

"Bunda..."

Mendengar panggilan itu, Billa langsung menghapus air matanya. Ia menampilkan senyumnya ke arah Rintik." Eh kamu udah pulang?"

Rintik menganggukkan kepala." Bunda nggak ke kantor?" Tanya Rintik.

"Bunda cuti dua hari." Jawab Billa." Oh ya? Bunda udah masak makanan kesukaan kamu, yuk kita makan bareng." Ucap Billa.

Rintik duduk di kursi meja makan. Billa menyodorkan piring yang sudah terisi makanan kesukaan Rintik. Rintik mulai menyendok kan makanan ke mulutnya.

"Gimana? Enak?" Tanya Billa. Rintik menganggukkan kepalanya mengiyakan.

Rintik memperhatikan bundanya yang sedang makan." Bunda." Panggil Rintik." Bunda bisa nggak? Ceritakan tentang ayah ke Rintik?" Tanya Rintik.

Uhukkk uhukkk

Billa dengan segera meminum air di gelasnya." Kenapa kamu ungkit itu lagi?" Tanya Billa.

Rintik menghela nafas." Rintik berhak tau semuanya Bunda, Rintik udah besar bukan anak kecil lagi yang bisa Bunda bohongi tentang ayah." Lirih Rintik.

"Waktunya belum tepat untuk kamu mengetahui semuanya." Jawab Billa.

Rintik menatap sendu ke arah Billa."Kapan waktu yang tepat buat Rintik mengetahui semuanya? Enam belas tahun bunda nyembunyiin semuanya, Rintik harus nunggu berapa tahun lagi?" Bila diam tidak menjawab.

"Rintik juga pengen ngerasain kasih sayang seorang ayah, Rintik juga pengen kayak anak lainnya yang bisa di peluk oleh ayahnya. Kapan Rintik bisa merasakan itu semua?"

"Maafin Bunda, Bunda belum bisa--."

"Bunda belum bisa cerita semuanya? Rintik udah bisa tebak jawaban Bunda. Dari dulu Bunda selalu ngelak kalo Rintik tanya tentang ayah. Apa Rintik nggak berhak mengetahui semuanya?" Tanya Rintik. Billa kembali diam tidak menjawab. Rintik mendesah kecewa lalu mengambil tasnya dan melenggang pergi meninggalkan Billa.

🌿🌿🌿

Rintik melamun sembari melempar batu ke danau." Gue juga mau kayak Tania, gue mau di sayang sama ayah gue sendiri. Kenapa Tania lebih beruntung dari gue? Dia bisa merasakan kasih sayang ayah dan bisa dapat cintanya Langit." Batin Rintik.

"Lagi ada masalah?"

Rintik mendongakkan kepalanya mendengar suara itu." Elang!"

Elang duduk di samping Rintik." Lagi ada masalah apa?" Tanya Elang.

Rintik menggelengkan kepala." Gue nggak papa kok." Ujar Rintik dengan menunjukkan senyum palsunya.

Elang memutarkan bola matanya malas." Gue bukan anak kecil yang bisa lo bohongi." Ujar Elang.

Rintik mendengus kesal." Iya gue tau Lo bukan anak, lagipula lo juga nggak bakal ngerti apa yang gue rasain sekarang." Ucap Rintik.

"Ya gue emang nggak ngerti perasaan lo, tapi kalo lo selalu pendem masalah lo. Bisa-bisa lo terserang penyakit." Ujar Elang.

Rintik mengerutkan dahinya." Penyakit?"

"Penyakit gangguan jiwa." Jawab Elang di sertai tawanya.

"Garing." Cibir Rintik sembari tersenyum.

"Yang penting bisa bikin lo senyum." Ucap Elang. Rintik tersenyum menanggapinya.

Keadaan kembali hening, keduanya sama-sama menatap indahnya danau." El." Panggil Rintik.

"Hmm."

"Lo pernah nggak sih ngerasain patah hati?" Tanya Rintik.

"Nggak pernah."

"Serius lo nggak pernah? Enak ya jadi lo nggak pernah ngerasain yang namanya patah hati." Ucap Rintik.

"Kalo gue ngerasain patah hati nggak mungkin gue bisa hidup lagi."

Rintik menautkan kedua alisnya." Lah kok bisa?" Tanya Rintik.

"Bisa lah, gue kan manusia. Manusia mana bisa hidup kalo ada masalah di hatinya. Apalagi hatinya patah, gue bisa mati!" Jawab Elang.

Rintik mengerucutkan bibirnya." Bukan itu maksud gue." Kesal Rintik, Elang terkekeh pelan.

Rintik berdiri lalu menarik pergelangan tangan Elang." Temenin gue makan, gue laper." Rengek Rintik. Elang tersenyum lalu mengacak-acak rambut Rintik.










Bersambung…

Maaf part kali ini nggak jelas, nggak tau kenapa, pemikiran aku cuma sampai di situ.

Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang