Chapter 1 -REVISI

143K 4K 225
                                    

Suara Alarm berdenting dengan keras nya bahkan  bisa membangunkan satu RT tapi lain halnya dengan gadis yang masih bergelut di dalam selimut tebal ini.
 
"Naya," panggil wanita paruh baya itu dari luar kamar. Ya, kebiasaan Naya adalah sangat sulit untuk bangun tidur.

Naya mengernyitkan dahinya, "Gila, gue telat." Naya memukul dahinya. Merutuki diri sendiri, karena kebiasaan yang tidak bisa berubah ini.
 
Naya berjalan dengan langkah kecil, menyusuri tangga, dengan senyum merekah, "Mah, Naya udah telat," ucap Naya seraya menyengir kuda. Ya seperti itulah kebiasaan Naya. Tanpa hari tanpa telat.
 
"Makanya kak jangan marathon Drama Korea," ucap adik Naya. Rico namanya.
 
Naya mendelikkan mata nya, percuma saja sogokan uangnya selama ini, jika hal tersebut masih saja bocor. Ah ingin sekali Naya membunuh adiknya itu.
 
"Bohong Mah malam tadi Naya gak nonton drama Korea kok." Naya tersenyum manis tentu jika Andin--Mamah Naya marah tentunya berdampak pada uang jajan Naya, tentu hal itu tidak boleh terjadi, bukan?
 
Nafanda Yakila, tidak seperti gadis pada umumnya. Sifat tengil, dihiasi oleh paras yang cantik tentu membuat siapapun akan terpana, ya hari ini adalah hari pertama Naya pindah sekolah.
 
Nilan Kafaran dia anak Pertama ya kakak Naya, kalo kakak Naya ini biasa dipanggil Niko entah keluarga Naya emang manggil dia Niko lahir. Padahal namanya keren gitu kan Nilan iya, kan? Heran kenapa gak Nika kok Niko itu pertanyaan Naya waktu kelas 4 sd. Pertanyaan nya gak berbobot! Dan jangan lupakan wajahnya yang tampan.
 
Rachel Nicholas ini adik Naya pas dia lahir Mamah sama Papah langsung namain itu. Dan keren juga sama kayak nama Kakak-kakak nya dan seperti biasa Mamah sama Papah Naya akan buat nama panggilan yaitu Rico ini adalah yang paling tidak nyambung dari mana Rico tersebut entahlah terserah orang tua nya ya mereka yang buat nama.
 
"Kak," panggil Naya dengan mata berbinar membuat Niko menghela nafas, pasti ada maunya. "Hmm," jawab singkat Niko, jika Naya sudah mode kucing seperti ini, sangat patut untuk di curigai.
 
Naya pun menyender pada bahu Niko, "Kak, anterin Naya ya." Naya tersenyum lebar membuat Niko bergidik ngeri.  "Gak!" tolak Niko, lebih baik melanjutkan acara rebahan. Dibanding, harus mengantar Naya ke sekolah.
 
Naya langsung melihat Dirga yang sedang menyesap kopinya, "Papah, liat Kak Niko gak mau anter Naya," gerutu Naya sambil menendang-nendang kakinya kesal.
 
"Nik," panggil Dirga dengan nada rendah. Ya, seperti itulah Dirga dalam mendidik anak-anaknya, dan mereka semua pun tumbuh menjadi anak yanh baik.
 
Jika sudah begini akan sulit. Baiklah coba tolak saja dulu, "Enggak ya Pah, Niko gak mau, males!" ucap Niko seraya tersenyum mengejek ke arah sang adiknya itu. Tentu ada alasanya mengapa Niko tidak mau mengantar Naya, ya jelas karena Niko tidak ada jam kuliah pagi, bahkan mandi saja belum.
 
"Yaudah Naya sama Papah aja, biar Papah yang anter," ucap Dirga yang mendapat senyuman dari Naya sebagai balasan bahagia.
 
Rico melotot tak percaya, lalu bagaimana dengannya? Bukankah sekolahnya berlainan arah, "Rico?" tanya Rico dengan mulut penuh roti.
 
Dirga tersenyum penuh arti, "Kamu sama Kak Niko ya," ucap Dirga, membuat Naya tertawa keras
 
"Loh kok Niko?" tanya Niko dengan wajah kesal. Acara rebahan menjadi tergangu hanya karena Naya.
 
Dirga hanya tersenyum, rencananya berhasil. "Naya udah telat jadi, Papah nganter Naya. Tapi, antar adik kamu ya," ucap Dirga seraya terkekeh melihat wajah kesal Niko.
 
Naya mengacungkan dua jempol, "Naya setuju Pah," ucap Naya antusias dengan senyum terikhlas milik Naya.
 
Naya pun berdiri bergegas untuk pergi, "Ayok Pah," lanjut Naya yang sudah menggandeng tangan Dirga tidak sabaran.
 
Niko menghela nafas frustasi, baiklah kali ini dia kalah. "Niko sama Naya aja," ucap Niko mengalah akhirnya.

Dirga tersenyum menang, "Gitu dong."
 
Sekolah SMA Naya lebih dekat dibanding SMP Rico tentu Niko mengalah dan lebih memilih mengantar Naya. Sebenarnya sama saja Dirga dan Kak Niko sama-sama pergi menggunakan mobil tentu karena mereka orang kaya hanya saja Niko memang tidak ada jam pagi karna itu dia menolak untuk mengantar.
 
Akhirnya Naya sampai di sekolah baru nya ini, Naya berjalan guntai. Hawa gugup pun mulai menyeruak saat melihat pintu yang bertuliskan, ruang guru itu, mengetok dengan perlahan, "Permisi." Naya menghela nafas gugup. Bahkan wajahnya hanya dihiasi senyuman canggung.
 
Seorang Guru berdiri dari tempat duduknya lalu tersenyum, "Naya ya? Ayok masuk dulu."
 
Naya pun langsung berjalan menghampiri guru tersebut, dia sedikit merasa tenang. "Kamu Nafanda Yakila?" ucap pria tua dengan pakaian khas guru olahraga, baju training.
 
Naya menjawab dengan anggukan, dan senyuman. Ya Naya adalah pribadi yang hangat yang mudah diterima oleh sosial. "Iya Pak." Naya merapihkan bajunya yang sedikit kusut.
 
"Ok baiklah ikut saya biar saya antar kamu ke kelas," ajak Guru tersebut mendahului Naya untuk menunjukkan jalan.
 
Naya pun mengikuti Guru tersebut dengan langkah kecil, tidak lupa ia selalu tersenyum sepanjang jalan. Mungkin aja kan ada yang nyangkut itu pikir Naya, tebar pesona itu diperbolehkan.
 
Liat liat gue cantik banget kan
 
Woy liat lipstik gue gak
 
Jreng jreng
 
Kau gadisku yang cantik
 
Keriuhan bagaikan pasar sudah terdengar jelas di telinga Naya saat memasuki kelas ini. Mata nya mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. "Anak-anak kembali ketempat duduk kalian!"
 
"Widih... Cantik banget Pak siapa tuh?" tanya salah satu anak murid dengan penampilan berantakan, sok ganteng, senyum-senyum tidak jelas padahal gigi nya kuning, Naya hanya bergidik ngeri melihatnya.
 
"Semuanyaa tolong diam," pinta laki-laki dengan pakaian rapi, kaca mata, pakaian di masukkan, duduk di depan, sudah dapat ditebak bukan? Ya, Ketua Kelas.
 
"Ok Nafa kenalan dulu ya," pinta Guru tersebut seraya pindah posisi.
 
"Baik pak," jawab Naya dengan senyum merekah, ahh semua orang akan tergila-gila dengan sosok Naya dalam hitungan detik saja.
 
Naya pun langsung berjalan ke depan papan tulis untuk kenalan seraya tersenyum manis, "Hai kenalin nama gue Nafanda Yakila," ucap Naya memperkenalkan diri, ia tidak pernah lupa untuk tersenyum.
 
Naya menghela nafas sebelum melanjutkan, "Saya biasa dipanggil Naya," jelas Naya lalu di angguki oleh semua teman di kelas tanda mereka mengerti.
 
Naya, itu sebenernya hanya panggilan di keluarga lnya saja. Tapi, karena Naya udah nyaman dipanggil dengan nama itu. Jadi, kemana pun juga Naya akan lebih suka di panggil dengan nama singkatan.
 
"Naya kamu duduk dibelakang samping cowok itu," ucap Guru itu sambil nunjuk seorang cowok yang lagi tidur.
 
"Baik pak," ucap Naya dan langsung berjalan anggun ke tempat duduk yang di suruh oleh pak guru tersebut.
 
"Ok anak-anak bapak keluar dulu tolong jaga anak baru ini ya," pinta Guru tersebut. Tidak butuh waktu lama, guru tadi sudah hilanh dari pandangan.
 
"Baik pak," ucap sekelas serempak dengan kompak.
 
Jiwa kepo Naya menjadi-jadi, sosok Pria yang mengusik dirinya selama pelajaran. Bagaiaman tidak? Siapa kira-kira yang akan terus tertidur seperti ini sepanjang pelajaran?
 
Naya pun nyentuh bahu nya agar bisa berkenalan,  "Hei," panggil Naya memasang smirk yang mungkin akan sukses menarik perhatian. Tapi, tidak dengan pria satu ini.
 
Tidak ada respon sama sekali, kasihan oh kasihan aduh kasihan....
 
Fajar yang duduk didepannya pun menoleh, "Biarin aja, dia emang begitu. Kenali gue Fajar." Fajar menjulurkan tanggannya dan disambut langsung oleh Naya.
 
"Gue Dion," sapa orang disebelah Fajar, Naya pun membalas dengan senyuman.
 
Naya menoleh, "Kalo ini?" tanya Naya seraya menunjuk pria yang tidak merubah posisi tidurnya itu.
 
"Dia? panggil aja Saka," ucap Dion. Ya, pria tak bernama itu adalah Saka Armada siswa yang tak terlihat. Bukan hantu ya! Tapi, dengan sosok Introvert, yang tidak suka keramaian.
 
Suara bel menggema ke seluruh penjuru kelas, mengusik seluruh murid di SMA ANDARA. Yang tadinya ngatuk menjadi melek, kalian juga seperti itu bukan?
 
"Sak oy bangun jajan ke kantin yok," ajak Dion teman nya itu menggugah sosok pria yang masih stay dengan posisi nya dari awal.
 
Bahkan Naya sampai sekarang gak tau bentuk tuh muka nya kaya apa, jangan-jangan borokan atau korengan lagi?
 
"Banyak orang," ucap nya tanpa menoleh. Kadang Naya heran apa itu kepala apa gak capek tidur selama pelajaran berlangsung, bahkan sampai sekarang. Hmm, apa jangan-jangan Saka punya peyakit menular di wajah nya?
 
"Apa katanya banyak orang? Namanya juga sekolah kalo mau sepi dikuburan sono"
 
"Gue boleh ikut?" tanya Naya dengan senyuman manis ke Fajar dan Dion yang hendak pergi ke kantin, jangan harap mereka akan terlena, tentu tidak! Sudah biasa menghadapi senyum seperti itu di sepanjang hidup mereka berdua.
 
"Lo sama yang lain aja gue sama Fajar mau pergi ke kantin sama cewek kita," tolak Dion, gila-gila emang pesona Naya gak semenarik itu apa? Seorang Naya ditolak, patut dijadikan sejarah.
 
"Hmm," jawab Naya dengan lesu nya.
 
"Padahal laper banget," ucap Naya bermonolog belum ada cewek satu pun yang temenan sama Naya. Cuman mereka berdua yang baru kenalan jadi tentunya Naya berani minta ikut bareng mereka ke kantin tapi ditolak, sad.
 
"Hei," panggil Naya, ke makhluk yang ada di samping nya ini, berharap ada sepercik harapan.
 
Tidak direspon lagi....
 
Oh kasihan...
 
Oh kasihan...
 
Aduh kasihan....
 
Naya meramal nih cowok pasti belum liat kecantikan Naya ya iyalah dia sama sekali gak ngangkat kepala dari awal pelajaran sampe istirahat. Kira-kira itu tidur apa mati ya?
 
"Kaki lo bisa diem gak!" ketus Saka tanpa menoleh, Naya memang terus nendang nendang meja karna bosen, entah apa yang harus ia lakukan saat ini.
 
Naya mendelikkan mata nya, "Gue?" tanya Naya sambil nunjuk diri sendiri. bingung apakah pria yang disampingnya ini baru saja berbicara padanya?
 
Naya pun tersenyum senang akhirnya Saka berbicara padanya, "Lo gak mau kenalan sama gue? Lo belum liat muka gue? Gue cantik loh sayang kalo dilewatkan," ucap Naya dengan kepercayaan super tinggi. Naya emang sadar memiliki paras wajah yang sangat cantik.
 
Tidak direspon....
 
Naya cuman bisa mengehela nafas nya gusar. Pelajaran sedang berlangsung tapi teman sebangku Naya masih enggan mengangkat kepala nya itu.
 
Naya mengernyit heran, Naya menyentuh bahu Dion pelan, "Kok dia gak ditegur guru?" bisik Naya agar tidak mengangu yang lainnya belajar.
 
"Udah biasa Nay."
 






Hai SAKA ARMADA hadir dalam versi REVISI. Isi cerita tetap sama, hanya tanda baca dan penggunaan kata saja yaa yang di revisi. Tinggalkan vots dan komen, terimakasih.

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang