[46]

21.6K 1.1K 101
                                    


"

Apa yang akan terjadi pada hari esok? Tidak akan ada yang tau,"
 
~NAFANDA YAKILA~
.
.
.
.
.
.
 
Sinar mentari pagi begitu cerah, seolah merayakan kebahagian yang sedang di rasakan oleh kedua orang yang masih tertidur bersama seraya berpelukan, “Hmm? Naya?” gumam Saka.
 
Naya menciumi wajah Saka yang masih tertidur, “Hmm? Kenapa?” tanya Naya seraya membuka kaos dengan smrik andalan Naya, mesum.
 
“STOP!” bentak Saka, yang sudah duduk dengan nafas terengah-engah, tidurnya sungguh merasa terganggu. Bagaimana tidak, wajah nya terus saja di cium, dan badan nya di garayangin oleh tangan Naya, kira-kira siapa yang tidak akan marah?
 
Naya tersenyum, “Saka, mau….,” pinta Naya dengan manik berbinar.
 
Saka menghela nafas, “Mau apa lagi Nay?” tanya Saka sensual.
 
“Mau di cium….,” pinta Naya seperti anak kecil yang meminta permen.
 
Saka mendekatkan wajahnya, lalu…
 
Huekkk
 
“Naya….,” panggi Saka.
 
“Nay, kenapa terus muntah-muntah gini?” tanya Saka yang sudah mendatangi Naya dalam kamar mandi.
 
“Pusing….,”
 
Brukk!
 
Saka terkejut karena tiba-tiba saja Naya terjatuh, “Nay….,” panggil Saka menepuk pelan pipi Naya.
 
Saka langsung saja menggendong Naya, “Nay….,” panggil Saka seraya mengelus wajah Naya dengan tenang.
 
Perlahan-lahan mata Naya mulai membuka dengan sayup-sayup, “Sak, mau di peluk… ,” pinta Naya.
 
Saka langsung memeluk badan mungil itu, dalam pelukan itu Naya menetesakan bulir-bulir air mata, “Saka….,” panggil Naya yang masih di dalam dada Saka.
 
“Hmm?”
 
“Pengen punya-” ucap Naya menggantungkan ucapannya.
 
Saka mudah peka, dia tau maksud dari Naya apa. Hanya saja mereka masih remaja Saka tidak siap untuk memiliki bayi, “Nanti Nay....,” jawab Saka.
 
Naya mendorong dada Saka, “Pergi!” bentak Naya.
 
Saka terkejut dengan respon dar Naya, “Nay, harus ada satu jawaban yang masuk logika, kenapa lo pengen punya anak?” tanya Saka seraya berkacak pinggang.
 
“Harus banget? Apa susah nya sih Sak!” sarkas Naya.
 
Saka menghela nafas nya lelah, “Buat nya gampang Nay, tapi kita masih SMA. Pikir-pikir lagi Nay. Punya anak gak segampang itu!” tegas Saka.
 
"Kan kita juga udah gak sekolah lagi," timpal Naya, dengan raut wajah kesal.
 
"Tetep gak bisa!" jawab Saka, memiliki anak cepat tidak pernah terlintas di pikiran Saka.
 
“Gue yang hamil, gue juga yang ngelahirin. Sebegitu susah nya untuk buat nya. Atau jangan-jangan lo homo?” tanya Naya memicingkan matanya.
 
Saka mengusap wajah nya frustasi, “Kemarin juga kan udah, tinggal tunggu aja Nay, oke?” ucap Saka perlahan mendekat kan badan kepada Naya.
 
“Hiks, itu gak jadi tadi pagi gue halangan” ucap Naya menangis seperti anak kecil yang tidak di berikan permen.
 
Saka sungguh tidak abis pikir dengan isi otak Naya, “Nay, jangan nangis….,” pinta Saka seraya mengusap pelan pipi Naya.
 
“Pergi!” bentak Naya.
 
“Kasih gue satu alasan, Nay….,” pinta Saka. Jika alasan nya tidak logis, lebih baik tidak. Mereka masih dalam masa labil, jika memiliki anak sekarang, bukan pilihan yang tepat tentunya.
 
“Gue pengen,” jawab Naya lugas tanpa pikir panjang.
 
“Pengen anak, atau buat nya?” tanya Saka.
 
“Pengen buat nya dulu, terus anak sebagai bonus,” jawab Naya seraya menatap manik mata Saka.
 
“GAK!” tolak Saka.
 
“Kasih gue alasan, kenapa lo enggak mau?” tanya Naya.
 
“Pertama, kita masih dalam masa labil. Kedua, gue belum pengen punya anak. Ketiga, gue belum bisa nyentuh lo,” jawab Saka.
 
“Yaudah,” timpal Naya, membuat Saka melongo tidak percaya, “Cuman yaudah?” tanya Saka.
 
“Gue bisa cari cowok lain, kalo punya suami tapi gak berkompeten, terus untuk apa?” balas Naya.
 
“Maksud lo apa? Gue homo? Atau gak bisa turn on lagi?” tanya Saka, dia sungguh sudah sangat marah.
 
“Mungkin, kita gak ada yang tau,” jawab Naya mengindikkan bahu nya.
 
“Terus malam itu? Nay kalo gue homo, gue gak akan berakhir sama lo!” tegas Saka, mata nya membara hati nya memanas.
 
“Itu obat perangsang Sak. Gue pernah baca, kalo homo akan bereaksi sama perempuan kalo di kasih obat,” timpal Naya, gadis ini begitu lugas dan terus terang.
 
“Terus maksud lo sekarang apa Nay?” tanya Saka nada bicara nya masih tetap sama. Tidak ada nada tinggi.
 
“Cerain gue aja!” jawab Naya.
 
Ok, stop! Saka bisa gila. Belum terhitung 1 hari tapi, gadis ini sudah minta cerai, seolah kata itu mudah untuk di ucapkan, hanya karena hal sepele. Bukan, Saka tidak homo. Hanya saja menyentuh Naya, semua rasa itu kembali berputar.
 
“NAYA!” bentak Saka, semua pertahanan itu hancur, rasa yang di tahan untuk tidak membentak Naya, hanya ucapan saja. Nyatanya dia dengan mudahnya kembali membentak Naya.
 
Naya mendelikkan mata nya, “Gak usah teriak-teriak, kenapa?” tanya Naya. Saka sudah terlalu cinta dan sayang dengan gadis ini. Dia tidak bisa melukai sosok Naya terlalu jauh.
 
“Lo lupa sama semuanya, sama yang sudah kita lalui?” tanya Saka.
 
“GAK! Gue masih ingat dengan baik Sak,” jawab Naya.
 
“Kasih gue satu alasan?” pinta Saka.
 
“Gue pengen punya bayi, bukan hanya karena gue pengen Sak. Suatu hari nanti lo bakal tau alasan kenapa gue sepengen ini. Tidak semuanya harus gue bicarain sekarang. Tapi, yang harus lo tau semuanya akan baik-baik saja, jika nanti ada Saka Junior dalam rahim gue,” jawab Naya, tidak seperti tadi yang menjawab dengan nada ketus, setiap nada itu terasa sangat berbeda, penuh dengan keputus-asaan.
 
Saka mendekatkan badannya, lalu membawa sosok Naya dalam pelukannya, “Oke, kita lakuin setelah lo selesai masa haid,” ucap Saka. Sebuah senyum bahagia itu terbit dalam wajah Naya.
 
“Janji?” tanya Naya seraya mengarahkan jari kelingking nya.
 
Tanpa menunggu lama, Saka mengaitkan jari kelingking nya dengan jari Naya, “Janji,” jawab Saka lalu mencium bibir Naya penih dengan nafsu, dalam dan sensual.
 
“Hm-hhh” ucap Naya yang sudah mulai kehabisan nafas nya, dan tentunya juga karena tangan Saka yang sudah melusup kedalam baju Naya.
 
Saka berusaha dengan keras untuk mengubur nafsu yang sudah membara, “Mau mandi bareng?” tanya Saka seraya mengedipkan sebelah mata nya.
 
“GAK!” tolak Naya dengan pipi yang bersemu merah.
 
“Kenapa hmm?” goda Saka.
 
“Malu Saka….,” jawab Naya.
 
Saka tertawa, “Lo ngajakin buat anak gak malu, terus di ajak mandi bareng jawabannya malu, dasar aneh!” timpal Saka mencubit pipi Naya gemas.
 
“Sana mandi, hustt bau,” Naya mengusir Saka.
 
“Nay….,” panggil Saka sebelum masuk ke kamar mandi.
 
“Hmm?”
 
“Jangan pernah bicara hal buruk,”
 
 

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang