[52] ~ END

44.9K 1.3K 164
                                    

"Naya, sudah tidak dapat di selamatkan," ucap Carin seraya menyesap kopi nya, masih dengan wajah santai.
 
Saka mengernyit, "Dokter sedang bercanda kan? Nyawa seseorang sedang di ambang batas. Dan bisa-bisa nya Dokter bercanda sekarang," sarkas Saka, mata nya memanas memikirkan nanti bagaimana dengan kondisi Naya.
 
Carin tersenyum, "Siapa yang bercanda? Naya sudah tidak dapat di selamat kan dengan pengobatan Radioterapi," jelas Carin, Saka menghembuskan nafas lega.
 
"Lalu?" tanya Saka, setidaknya sekarang Saka bisa bernafas.
 
"Operasi pengangkatan kanker adalah jawabannya. Tapi, dilihat dari keparahan kanker yang di derita oleh Naya menggunakan metode Operasi hampir mustahil," jawab Carin.
 
"Lakukan yang terbaik," balas Saka.
 
Naya sedang terbaring dengan lemah, bibir yang dulu nya merah sekarang putih, mata nya terus mengeryit seperti sedang menahan sakit.
 
"Nay....," panggil Saka, tangan nya bergerak mengelus puncak kepala Naya.
 
"Bisakah kamu tetap disini?" tanya Saka tidak terasa air mata nya turun dan menyentuh pipi Naya.
 
Saka memeluk tubuh Naya, "Nay, jangan pergi. Aku mohon terimakasih karena sudah bertahan sampai sini," Saka menyentuh tangan Naya.
 
"Saka, kami akan membawa Naya segera ke ruang Operasi," ucap Carin, dan beberapa orang mendorong ranjang Naya.
 
"Sayang, kamu harus bertahan ya. Jangan menyerah nanti," ucap Dirga lalu mencium kening Naya.
 
"Kak Nay, jangan menyerah. Nanti siapa yang akan Rico ganggu? Hmm? Kak Nay harus bertahan dan buktikan pada dunia bahwa Kak Nay bisa!" Rico menyentuh tangan Naya.
 
"Hai adik kakak tersayang, Carin udah janji sama Kakak akan berusaha yang terbaik, dan Naya sekarang adalah saat nya melakukan yang terbaik juga," Niko mencium kening Naya lamat.
 
"Kita do'a kan bersama, saya akan berusaha sebisa mungkin. Jangan khawatir Naya akan baik-baik saja," jelas Carin lalu ranjang dimana Naya sedang terbaring lemah di bawa ke ruang operasi.
 
"Selamatkan Naya, ini perintah!" tegas Carin pada seluruh dokter dan juga perawat dalam ruang operasi. lalu tersenyum pada Naya yang sedang terbaring di ranjang operasi.
 
Lampu Operasi berubah menjadi merah, artinya pengangkatan Kanker Otak sedang berlangsung.
 
"Bun, Saka mau gendong Raikha," ucap Saka lalu mengangkat tubuh bayi itu.
 
"Hai sayang, Bunda disana sedang berjuang. Papah mau Raikha berdoa untuk Bunda, semoga ia baik-baik saja," ucap Saka.
 
Di dalam ruangan Operasi, semua penuh dengan ketegangan.
 
"Panggil Saka dan Bayi nya, kondisi Naya tidak baik. Saya tidak bisa menjamin dia akan baik-baik saja," ucap Carin, ia adalah dokter utama yang bertanggung jawab dalam operasi ini.
 
"Bapak Saka?" tanya seorang Suster.
 
"Iya saya Dok," jawab Saka.
 
"Silahkan masuk ruangan Operasi, dan bawa bayi anda," perintah Suster tersebut.
 
Saka mengangguk lalu langsung berjalan dengan Raikha yang ada di gendongannya, "Apa kondisi Naya sudah baik-baik saja?" tanya Dirga yang sudah berdiri.
 
"Silahkan pakai baju ini," Suster itu memberika sebuah baju berwarna hijau.
 
Di dalam ruangan Operasi.
 
Semua orang sedang sibuk dengan tugas nya masing-masing.
 
"Kondisi Pasien tidak stabil," ucap salah satu Dokter yang disana, yang melihat monitor.
 
"LALU KALIAN SEDANG APA? MENGAPA BERHENTI?!" teriak Carin, bahkan dahi nya sudah di penuhi keringat.
 
"Pasien bisa meninggal di meja operasi, Dokter!" tegas salah satu partner Carin.
 
"Lalu, kalian akan membiarkan Pasien meninggal begitu saja? JANGAN SEBUT KALIAN DOKTER!" bentak Carin penuh penekanan.
 
Seluruh dokter menghela nafas gelisah, lalu mulai melakukan aktifitas nya lagi.
 
"Sak, andai hari ini Naya tidak bisa di selamatkan. Tolong jangan membeci dunia ini," ucap Carin kepada Saka yang berdiri jauh dari Carin.
 
5 Jam Kemudian, Lampu Operasi yang sudah berubah menjadi warna hijau menandakan bahwa Operasi telah selesai.
 
Carin keluar bersama Saka dan juga Raikha yang dalam gendongan Carin.
 
"Gimana keadaan putri saya?" tanya Dirga.
 
Raut wajah mereka tidak ada yang bisa di baca, Saka menangis lalu terduduk lemas. Berapa jam yang lalu dimana, diatas ranjang Naya sedang berjuang.
 
Carin menyerahkan Raikha pada Bunda Nara, "Saka....," panggil Carin yang ikut terduduk memegang bahu yang terus bergetar itu.
 
Tangisan yang tidak pernah usai, tangan yang terus bergetar, "N-Naya-" Saka menggantungkan ucapannya.
 
Carin tersenyum lalu menatap semua orang yang sedang menunggu jawaban, "Naya, selamat kita berhasil," ucap Carin seraya memeluk tubuh Saka dari samping.
 
Semua orang berhambur kepelukan Saka, "Sudah Papah tebak, Naya akan baik-baik saja," ucap Dirga memeluk hangat badan Saka.
 
Semua menangis bahagia, berapa jam lalu semua orang penuh dengan beribu pikiran. Tapi, di detik ini semua terbayar lunas.
 
Saka berdiri lalu memgang wajah mungil Raikha, "Terimakasih, mungkin Bunda masih ingin bertemu dengan putri nya. Terimakasih karena telah menjadi kekuatan Bunda," ucap Saka lalu mencium Raikha.
 
Kejadian berapa jam lalu, dimana monitor menujukan garis lurus dengan nyata. Yang artinya Naya sudah meninggal saat itu. Tapi, mungkin inilah yang dinamakan ikatan. Walaupun Raikha masih bayi, dan juga tidak tau apa-apa tapi seolah dia mengerti dengan rasa yang tidak pernah di rasakan. Ketika seluruh Dokter sedang berusaha untuk menghidupkan Naya kembali, Raikha menangis dengan lantang nya.
 
Garis lurus itu lama-lama berubah, menunjukan perkembangan kondisi Naya yang sudah kembali stabil. Ya, semuanya berkat Raikha...
 
Kanker sudah di angkat sepenuhnya dari dalam diri Naya, hanya saja belum ada kemajuan sejak 3 minggu yang lalu. Naya masih terbaring di atas ranjang dengan alat-alat yang terpasang di tubuh Naya.
 
Saka mengangkat tangan Naya, "Sayang, aku kangen. Sampai kapan mau tidur terus hmm? Kamu gak mau ketemu sama Raikha?" tanya Saka menatap wajah cantik itu yang terpejam dengan tenang.
 
Saka tersenyum lalu menyentuh lembut pipi Naya, "Aku akan tetap disini, jangan takut. Dan bangunlah," ucap Saka seraya meletakkan kepala nya di samping tubuh Naya.
 
Saka merasakan ada sebuah pergerakan walaupun kecil, "Naya, barusan-" Saka menggantungkan ucapannya lalu berlari mencari Dokter.
 
Carin datang, lalu memeriksa kondisi Naya, tidak lama mata indah Naya mulai membuka sedikit demi sedikir.
 
Saka tersenyum dengan air mata bahagia, "Terimakasih, karena sudah kembali," ucap Saka seraya memeluk tubuh lemah Naya.
 
Walaupun tidak terlihat jelas, tapi terlihat sudut bibir Naya yang sudah menaik membentuk sebuah senyuman, "S-Saka," ucap Naya dengan sedikit kesusahan.
 
"Ya?" tanya Saka, seraya menyentuh tangan dingin Naya.
 
"Mana Anak kita?" tanya Naya yang sudah melihat kanan, kiri mencari sosok bidadari kecil nya.
 
Seluruh keluarga masuk seraya tersenyum kearah dimana Naya masih terbaring lemas.
 
"Ini Anak aku kan?" tanya Naya saat melihat bidadari kecil yang sudah berada di gendongannya.
 
Saka menangguk mengiyakan.
 
"Terimakasih karena telah bertahan bersama Bunda,"
 
~THE END~
 
 

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang