[26]

27.4K 1.7K 126
                                    

Naya diam sejenak berpikir baju apa yang akan di bawa nya kerumah Saka. Setelah berpikir panjang Naya sudah keluar dengan tas di gendong dan membawa totebag untuk buku.

Naya keluar kamar dan melihat Saka yang masih saja berdiri di sana. Apakah Saka tidak ada niatan untuk tunggu di bawah?

"Ayok cepet," ajak Naya membuyarkan halusinasi Saka.

"E-eh iya."

Naya dan Saka sudah berada di bawah yang sudah ada Papah nya, Kakak Niko dan Rico yang akan sangat di rindukan Naya nanti nya.

Naya memeluk erat Papah nya seolah dia akan pergi selama nya.

"Papah jaga kesehatan ya....," ucap Naya, Dirga memang sering sakit karna gila kerja.

Dirga mengantupkan kepala nya tanda setuju kepada putri nya itu.

Naya berjalan lalu tersenyum pada adik kecil nya ini. Rico sudah besar sebenarnya tapi, Naya selalu saja mengangap Rico masih kecil. Gamon Naya nih!

"Adek kakak tersayang, jangan bandel yaa," pinta Naya, menasihati Rico seolah adik nya itu selalu buat salah saja.

Rico melirik Saka, "Kak jangan ganas-ganas ya entar malam," bisik Rico, membuat Naya mendelikan mata nya.

Rico selalu saja bisa membuat Naya kesal. Itu memang keahlian nya!

Kak Niko berjalan kearah Saka, "Gue titip adik gue. Dia akan banyak ngerepotin lo. Tapi gue harap lo gak akan masalah akan hal itu. Dan hati-hati kalo malam tutup pintu kamar, kunci rapat dan pastikan jendela tidak terbuka," bisik Niko kepada Saka.

Walaupun kamar Naya berada di atas terkadang ketika malam hari dia suka berjalan lalu memasuki kamar siapa pun yang tidak terkunci.

Pernah waktu itu Niko sedang tidur dan tiba-tiba Naya tidur di samping nya. Pikir saja siapa yang tidak akan terkejut. Jika di tanya, Naya akan selalu menjawab 'tidak tau'.

Saka sedikit bingung apa maksud dari Niko ini. Mengapa dia harus antipasi seperti itu. Emangnya Naya maling?

"Udah ah kak jangan hasut Saka," cela Naya lalu Kakak nya itu terkekeh.

"Nay jangan suka di biasain tiba-tiba masuk kamar orang," kata Niko menasihati Naya. Saka mendelik kaget apakah Naya suka masuk kamar orang? Wahh bagaimana bisa.

Naya menganguk tanda paham.

Paling nanti juga sekamar

Acara pamit-pamit an selesai. Keluarga nya melepas Naya dengan hati lapang dan berharap Saka akan baik-baik saja selama hidup bersama Naya, setidak nya anggap saja latihan!

Selama di perjalanan tidak ada yang membuka suara. Naya tidak tahan sungguh. Perjalanan kerumah Saka tidak terlalu jauh dari rumah Naya. Tapi mengapa terasa sangat amat lama.

Naya hanya terus mengotak-ngatik ponsel nya yang tidak sama sekali mendapatkan notifikasi. Geser-geser menu dong. Sekali Naya melirik kearah Saka, berpikir apa yang ingin dia ucapkan saat ini. Ahh itu membuat nya berpikir keras.

Setelah perjalanan panjang akhirnya mobil itu sampai juga di kediaman Saka. Naya turun dari mobil, tapi tetep saja tidak ada yang membuka suara.

Decitan suara pintu terbuka, Saka langsung masuk begitu saja. Naya diam di luar. Bukankah dia tamu? Tapi apa-apa an ini dia sama sekali tidak di tawari masuk.

Saka yang sadar Naya tidak mengikutinya lalu menoleh, "Nay ngapain masih di situ, ayok masuk," ajak Saka

Dari tadi kek.

Naya diam bergeming melihat rumah yang minimalis dengan sedikit kamar.

"Di sini cuman ada 3 kamar," jelas Saka membuat Naya menganguk paham.

"Mana kamar gue?" tanya Naya melihat kondisi rumah Saka yang sepi, tidak seperti rumah Naya yang ramai oleh Rico dan Niko.

Saka menggeleng, "Enggak ada," jawab Saka.

"Terus?"

"Bentar gue telpon kakak gue," balas Saka lalu mengeluarkan ponsel dari saku celana nya.

Untuk pertama kali nya Saka menelpon ke Dinda.

"Halo,"

"Halo kak,"

"Kakak?" tanya Dinda yang ada disana. Siapa yang memangil nya dengan sebutan kakak. Dinda tidak tau nomor Saka. Mengapa? Karna tentu Saka sama sekali tidak pernah menghubungi Dinda, lalu untuk apa menyimpan nomor adik kurang ajar seperti Saka.

"Kak ini Saka," jelas Saka kepada Dinda yang ada disana.

"Saka siapa ya?" tanya Dinda. Dinda sungguh sedang tidak bercanda. Dia kira memang mungkin ada banyak nama Saka di dunia ini.

"Saka Armada," jelas Saka

"Saka Armada sia.... SAKA ARMADA! SAKA ADIK GUE? ADIK GUE SAKA ARMADA! INI BENER KAN? BUKAN PRANK KAN?" teriak Dinda dari sana, memekikan telinga. Ini sungguh keajaiban bagi nya, Saka Armada menelfon nya, waw. Seperti nya dia harus update story 'Adik dari Adinda menelfon hari ini' bagi Dinda atau bagi keluarga nya ini adalah hal luar biasa.

"Kak kenapa sampe teriak-teriak gitu?" tanya Saka dari sana.

"Ya gue kaget lah," jelas Dinda memekik.

"Ada apa nih?" tanya Dinda, Dinda memang suka blak-blak an dia tidak suka basa-basi jika sesorang menelfon nya tiba-tiba pasti ada apa-apa.

"Naya minjem kamar kakak ya," pinta Saka.

Dinda yang ada disana mengeryitkan dahi. Naya? Ada apa mengapa dia ada di rumah nya sekarang? Lalu apa kata Saka barusan? Minjem kamar?

Dinda teringat sesuatu yang telah di pesan oleh bunda nya. Wahh dia pikir itu hanya lelucon tidak di sangka rupanya bener terjadi.

Sebelumnya Nara memang sudah tau jika Naya pasti akan setuju untuk menginap di rumah nya. Jadilah dia memesan untuk tidak boleh meminjamkan kamar nya pada Naya. Bukan kejam tapi demi kebaikan bersama. Agar pendekatan antara Naya dan Saka lebih terasa.

"Enggak," tolak Dinda langsung mematikan sambungan telpon.

Saka sudah terlihat menurunkan ponsel nya itu.

"Gimana? Gue tidur dimana?" tanya Naya melirik sebuah kamar.

"Di kamar gue," jawab Saka dengan berat hati.

Naya awalnya masih diam. Disini ada 3 kamar lalu mengapa begitu sulit meminjamkan satu kamar saja. Tapi, Naya tetap lah Naya yang tidak akan gengsi ataupun salting hanya karna sekamar dengan laki-laki.

Naya menganguk lalu berjalan melewati Saka. Sedangkan Saka tercenga jika wanita-wanita akan menolak dengan seribu alasan atau memberikan jalan keluar. Misal dengan salah satu nya tidur di luar. Tapi tidak dengan Naya dia sungguh gadis yang berbeda tapi gila!

Naya merebahkan badan nya di kasur milik Saka.

"Mandi dulu," perintah Saka, mata Naya sudah sayup tanda dia akan tertidur sebelum mandi. Apakah gadis ini tidak risih satu hari dari sekolah keringatan bukannya bergegas mandi malah tidur.

"Mau mandi bareng?"




Tinggalkan banyak jejak.

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang