"Aku tidak memiliki alasan untuk jatuh cinta, tapi bukan berarti cinta tidak butuh alasan. Hanya saja semenjak hadirnya dirimu, Aku mengenal apa itu cinta tanpa harus tau untuk apa aku mencintainya?"
~SAKA ARMADA~
.
.
.
.
.
.
"Pernikahan kalian akan di langsungkan setelah ujian" jelas Nara, yang di balas senyuman bahagia dari Naya. Ya, untuk mencapai titik itu bukan hal yang mudah sama sekali, penuh rintangan dan lika-liku. Pernikahan ini pun akan selalu Naya kenang selamanya, ahh bukan dimana masa-masa bahagia yang mereka jalani, tapi lebih tepat nya jalan yang Naya dan Saka lalui untuk tiba di titik ini, adalah jalan yang juram dan hanya mereka berdua yang lolos melewati jalan itu.
Saka keluar dari kamarnya, "Nay, pulang aja ya," pinta Saka. Bukankah alasan Naya berada disini untuk belajar?
Naya menatap Saka datar, "Kenapa, bukannya tadi mau belajar?" tanya Naya.
Saka menaikan sudut bibir nya, "Gue yakin nanti malah gak jadi belajar," ucap Saka, Naya yang mendengar nya pun hanya terkekeh. Apa yang di pikirkan oleh Saka?
"Kenapa? Jangan di tunda-tunda cepet sana," usir Nara.
Seringaian licik muncul di wajah cantik Naya, "Tuh jangan di tunda-tunda kata Bunda, ayok Saka otw buat anak," ajak Naya dengan seriusnya. Nara yang tidak percaya mendengar kata lugas itu dari seorang perempuan cantik, pun langsung mendaratkan tangan nya ke bokong Naya.
"Aduh....," jerit Naya, jangan kira kalo itu pukulan ringan saja, Nara sungguh-sungguh memukul Naya dengan kekuatan super.
"Hushh, pamali Nay. Jangan di ulangin ya, kalo Saka nya tergoda gimana? Terus jadi kan gak lucu Naya," kata Nara menasihati Naya, sebenarnya Nara sudah tau bagaimana Naya menjalani hari-hari nya selama ini. Tapi Nara juga berperan sebagai sosok Ibu untuk Naya, membiarkan mulut gadis cantik berkata seperti itu dengan lugasnya, tentu adalah tugas seorang Ibu untuk menasihati.
"Saka iman nya kuat Bun, Naya udah goda berkali-kali tapi tetep gak goyah," jawab Naya, seraya tersenyum manis kearah Saka berdiri.
"Sekuat-kuat nya iman cowok, tapi kalo di hadapin sama kamu, juga bakal goyah, Nay," balas Nara di sertai kekehan, agar keadaan nya juga tidak terlalu serius.
"Emang Bunda gak mau cucu dari Naya?" tanya Naya. Ya, sekarang Nara sungguh paham bahwa, Naya memang gadis yang gila!
"Mau sayang, bahkan Bunda mau nya yang banyak kok," jawab Nara dengan senyuman, sedangkan Saka hanya geleng-geleng tidak percaya dengan kedua wanita yang asik berbincang anak, anak dan anak.
"Makanya Bunda, di cicil dari sekarang!" balas Naya, tanpa rasa bersalah nya menunjukan deretan gigi-gigi yang putih.
"Kamu pikir kreditan baju," balas Nara seraya terkekeh, jika Naya dan Saka sudah menikah nanti nya, Nara berjanji untuk membelikan Rumah saja untuk mereka berdua, berhadapan dengan Naya setiap hari mungkin tidak akan mudah.
"Sejenis itu Bun, ayok Saka kita belajar," ajak Naya, yang sudah berjalan ke arah Saka yang sedari tadi berdiri, Hati-hati Saka.
"Kita?" tanya Saka, seraya menunjuk dirinya sendiri. Saka sudah pinter yaelah untuk apa lagi belajar!
"Kita lah, kalo sendirian gak bisa menghasilkan anak dongz" canda Naya, ingat canda!
"Dasar cewek gila!" hina Saka, eh gila-gila gitu pemilik hati Saka loh ya....
"Bentar kenapa harus belajar?" lanjut Saka, lihatlah tangan Naya sudah menyentuh tangan nya, siap untuk di tarik masuk kamar.
"Emang Saka udah bisa? Udah pernah?" tanya Naya dengan polosnya, Nara undur diri saja. Menyaksikan kelakuan Naya seperti itu bisa menambah kolestrol nya, dan dia juga sudah tidak muda lagi.
"Kalo gue jawab udah, terus lo mau apa?" tanya Saka dengan seringaian licik ke arah Naya.
"Yaudah lebih gampang dong, berarti langsung ke praktek nya," jawab Naya.
Sebuah tangan mendarat di jidat Naya, "Lucu banget sih Pacar acu...," jawab Saka. Sejak kapan Naya dan Saka pacaran?
"Pacar?" tanya Naya dengan bibir cemberutnya.
jadi pengen cium deh.
"Iya Pacar, semenjak malam itu dimana Nafanda Yakila menerima Saka," jelas Saka, yang langsung di aguki oleh Naya.
"Gak, kan Saka enggak ada nembak Naya," jawab Naya, mana ada pacaran kok tapi, gak ada acara tembak-tembakan.
"Nay, Pacaran itu bukan berarti gue harus nembak lo, terus lo jawab iya. Bagi gue pacar itu satu kata, 5 huruf beribu rasa," jelas Saka.
Ahh hantu buchen yang bertenger di tubuh Saka seperti nya belum keluar.
Naya tersenyum, "Saka Armada hari ini resmi menjadi Pacar dari Nafanda Yakila," ujar Naya, tentu hanya gadis ini saja yang bisa membuat pria batu itu tersenyum. Dan Saka berjanji hanya akan memperlihatkan senyum terbaiknya hanya, kepada pemilik dari hati nya saja!
"Dan di hari ini, Saka Armada selaku pacar dari Nafanda Yakila akan menjaga gadis ini, dan Saka Armada berjanji akan selalu memberikan tawa bahagia untuk satu wanita saja, yaitu Nafanda Yakila," jelas Saka lalu tersenyum. Naya pun membalas senyuman Saka tidak kalah manis.
"Moment ini seperti Takdir ya Sak?" tanya Naya.
Saka mengambil tangan Naya lalu menyentuh lembut, "Gue janji Nay, karna cuman satu yang dapat gue janjiin. Yaitu Perasaan ini tidak akan berakhir cepat," jelas Saka.
"Maunya sampe berapa lama nih Mas?" tanya Naya.
"Selama-lama nya bisa enggak?" tanya Saka.
"Hanya waktu yang akan menjawab," jawab Naya, kalo lagi seperti nih anak kok jadi pinter ya....
"Dasar anak muda!" hina Dinda, sejak kapan Dinda ada disana? Sedari tadi dimana Naya menerima Saka sebagai pacar nya.
Dinda memajukan langkah nya mendekati Saka, "Gak panas, tapi agak enget pantesan agak gila," ujar Dinda, menyentuh jidat Saka dengan telapak tangannya.
"Apaan sih Kak?" tanya Saka yang terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Dinda.
"Belajar dimana?" tanya Dinda, selama ini yang paling dekat dengan Saka adalah Dinda....
"Apanya?" tanya Saka, mode on! Karena senyuman itu hanya milik Naya seorang.
"Gombalan lah, bego amat sih lu Sak!" hina Dinda. Ya, Dinda memang seperti itu dia tidak akan sok-sokan baik, apalagi dengan Saka!
"Google banyak Kak," jawab Saka dengan muka datar nya, sedangkan Naya hanya terkekeh.
"Untung masih ada yang mau Sak," ejek Dinda, terkadang Saka suka berpikir apakah dia anak kandung? Mengapa dia selalu saja di bully?
"Udahlah Kakak mau ke kamar Bunda," pamit Dinda seraya melambaikan tangannya, Saka dan Naya yang melihat itu hanya geleng-geleng, Naya dan Dinda tidak boleh di satukan dalam satu rumah, kegilaan mereka hampir sama. Hanya saja Naya sudah lebih profesional!
"Ayok belajar," ajak Saka.
Naya menarik tangan kekar Saka, "Kenapa gak gerak? Ayok katanya mau belajar" ujar Naya yang menarik lengan Saka tapi tidak ada pergerakan sama sekali.
"Kata siapa di kamar? Tuh di Ruang Tamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPAKSA MENIKAH (End)
Fiksi RemajaCerita Berganti judul, Judul sebelumnya Saka Armada Menikah karena di jodohkan atau karena tragedi? Cerita lika-liku Saka dan Naya untuk mencapai ke titik itu, kehidupan kedua nya penuh dengan pelik dan seperti drama ala-ala sinetron indonesia. Saka...