[45]

23.9K 1.3K 172
                                    


"Ini bukan tentang kita, yang bertemu karena perjodohan gila. Tetapi, takdir yang membawa 'ku untuk mendatangi mu, karena sebuah alasan sederhana, alasan itu adalah rasa yang sudah ada sejak dulu,"
 
~SAKA ARMADA~
.
.
.
.
.
 
"Dan cewek itu adalah lo," ucap Saka.
 
Naya yang sedang dalam pelukan itu, membuka matanya konstan, "Gimana? Gue gak ngerti," timpal Naya, kondisi kamar yang gelap. Hanya kedua mata itu yang beradu tatap.
 
Saka tersenyum manis, membelai wajah Naya sensual, "Gadis kecil itu, lo Nay, masih inget dengan Pangeran dan Tuan Putri?" tanya Saka, tangan nya enggan beranjak dari wajah manis Naya.
 
"Pangeran dan Tuan Putri?" tanya Naya memicingkan bola matanya.
 
Belaian tangan Saka turun ke arah bibir ranum Naya, "Gue selalu suka sama bibir ini," ucap Saka seraya mengusap lembut bibir yang membuat nya candu.
 
Naya mendekatkan wajah nya, mengikis jarak dirinya dengan Saka, bahkan hanya hembusan nafas masing-masing yang terasa disini, seolah itu menemani mereka dalam pikirannya masih, "Mau, ngapain?" tanya Saka, seraya memegang jidat Naya dengan telunjuknya, agar gadis ini memundurkan wajah nya.
 
"Katanya suka, yaudah cium aja," ucap Naya. Gadis ini selalu saja bisa melakukan apa pun dengan caranya.
 
Saka mendekatkan wajahnya pada Naya, memiringkan kepala nya lalu, sebuah ciuman mendarat tepat di sudut bibir Naya, "Lo itu masih sakit, Nay. Kenapa sih pengen banget di cium?" tanya Saka. Naya sudah menunjukan wajah nya yang jutek, cemberut, dan tentunya menyeramkan.
 
Naya menangkup pipi Saka, lalu mencium bibir Saka lamat-lamat, "Gak sakit lagi Saka 'ku sayang," timpal Naya seraya tersenyum manis.
 
"Bukan badan lo Nay, tapi setiap sentuhan gue pasti buat lo sesak kan?" tanya Saka. Naya tersenyum lalu memegang lembut jari-jemari Saka, "Mau coba sentuh-sentuhan? Hmm? Gue udah gak ngerasain itu lagi. Kalo iya pun, pasti gue akan tersentak sama sentuhan lo tadi," jelas Naya. Sedangkan hati Saka menghangat mendengar itu.
 
"Iya deh iya, Istri 'ku," ucap Saka.
 
"Sak....," panggil Naya.
 
"Hmm,"
 
"Mau....," pinta Naya dengan manik mata berbinar.
 
Saka mendengar itu, dalam keadaan kamar gelap dan di luar kebetulan sedang hujan menjadi malu sendiri, "Mau apa? Hmm?" goda Saka. Naya terkekeh, "Aduh, pasti pikiran nya mesum nih," timpal Naya.
 
"Berada satu kamar sama lo Nay, gue was-was asli. Berbahaya banget....," sarkas Saka, "Lo kaya anak gadis, yang takut di perkosa sama om-om dah," timpal Naya. Saka hanya terkekeh lalu mengaitkan tangan nya dengan Naya, hingga terbentuk genggaman.
 
"Udah waktunya, gue jujur semuanya" ucap Saka.
 
"Jujur? Lo ada bohong sama gue?!" sarkas Naya, wanita paling tidak suka di bohongi seperti ini.
 
"Pangeran dan Tuan Putri tadi....," balas Saka, Naya pun menangguk, "Mereka siapa?" tanya Naya.
 
"Kita," jawab Saka, Naya terlihat berpikir keras, sejak kapan hubungan mereka ada nama panggilan alay seperti itu?
 
"Dulu, waktu kita masih kecil. Kita temenan Nay. Gak tau kenapa lo bisa ngelupain segalanya," tutur Saka.
 
"Temenan? Kok bisa!?" tanya Naya, dia sama sekali tidak mengingat apa pun.
 
"Kalo gue cerita sekarang kayaknya bakal panjang deh Nay," jawab Saka.
 
Naya mencebikkan bibir nya, "Udah gak malam pertama eh ralat kedua, terus sekarang lo juga gak mau cerita. Tidur di luar aja sono," kata Naya menggebu-gebu.
 
"Masa pengantin baru tidur di luar, terus nanti yang meluk lo siapa?" tanya Saka, jangan tanya bagaimana merah nya pipi Naya sekarang, sudah sangat merah merona kaya tomat busuk.
 
"Jadi? Gimana pertemuan itu?" tanya Naya, jika kali ini Saka tidak ingin cerita juga. Naya berjanji akan mendepak Saka dari kasur nya.
 
"Kalo gak salah umur kita masih 5 tahun, hari itu kita ketemu di taman," jelas Saka.
 
Flashback On.
 
"Hai...," sapa seorang anak kecil yang teramat imut, yaa siapa lagi kalo bukan Nafanda Yakila.
 
"Huaaa, Bunda....,"
Saka menangis seraya mengelap air matanya kasar.
 
"Loh kok malah nangis," tanya gadis mungil itu seraya memeluk tubuh Saka.
 
"Hiks... Caka mau di culik hiks... Tatutt," ucap Saka kecil.
 
Naya hanya terkekeh, "Mana ada, penculik cantik gini," ucap Naya. Jadi tingkat kepedean Naya sudah menjadi-jadi semenjak dari kecil.
 
"Iya, kamu cantik," ucap Saka seraya tersenyum..
 
"Ih ganteng deh,"
Naya mencubit erat pipi Saka.
 
"Namanya siapa?" tanya Saka.
 
"Rahasia, tapi aku Tuan Putri" jawab Naya, gadis ini sudah suka membual sejak kecil.
 
"Kalo gitu aku Pangeran nya," balas Saka.
 
Ke duanya bersahabat semenjak kejadian singkat di taman hari itu, semua terasa begitu menyenangkan bagi kedua nya, bermain tanpa beban. Tanpa berpikir apa yang akan terjadi hari esok nanti.
 
Sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, lalu-
 
Bruk!!
 
Seorang anak kecil, terdorong. Seharusnya Naya berada di sana. Dimana tempat Saka sekarang bersimpuh darah.
 
"Saka....," teriak Nara Bunda Saka, dari pinggir jalan, air mata nya tidak terbendung melihat badan kecil itu berlumuran darah.
 
Saka sempat koma, bahkan kata dokter tersebut bahwa Saka mungkin saja tidak akan selamat. Tapi, takdir berkata lain. Saka terbangun dengan sosok yang berbeda. Contohnya adalah Introvert, Saka tidak introvert sejak lahir, tapi sejak kecelakaan. Bukan karena otak nya yang geser. Melainkan Saka yang harus terpisahkan dari Naya. Membuat anak kecil ini menjadi sosok yang menutup diri.
 
Flashback Of.
 
"Selesai," ucap Saka, Naya kembali mengingat sosok menggemaskan itu.
 
"Gue inget sekarang," ucap Naya lalu memeluk Saka.
 
"Terimakasih," ucap Naya dengan senyuman dan air mata. Ada rasa bahagia karena bisa ketemu dengan sosok apangeran itu.
 
"Gak usah berterimakasih, kalo hari itu gue gak nyelamatin lo, mungkin aja hari ini kita gak bisa bersama," timpal Saka membalas senyuman manis Naya.
 
"Tapi, dari mana lo tau kalo itu gue?" tanya Naya.
 
Saka tersenyum, "Hari dimana gue ke rumah lo, hari itu gue sadar rencana orang tua kita. Karena foto masa kecil lo yang terpajang rapih di rumah," jawab Saka. Naya mengangguk, "Jadi, karena itu lo langsung pengen nikah ya?" tanya Naya dengan smirk.
 
"Iya sayang... Awalnya gue juga gak mau di jodohin. Tapi, ketika gue ke rumah lo hari itu. Gue sadar keluarga kita sudah merencanakan semua nya dengan rapih," jelas Saka.
 
"Andai gue tau dari dulu," timpal Naya dengan wajah tidak suka.
 
"Sebenernya di rumah ini banyak juga foto gue waktu masih kecil, tapi aneh nya lo enggak sadar," balas Saka. Membuat Naya membelakkan mata nya terkejut. Ahh, Naya sudah lupa.
 
"Lupa, suamiku," jawab Naya seraya memeluk Saka erat-erat.
 
"Nay..." panggil Saka.
 
"Hmm?"
 
"Kita udah gak bisa sekolah lagi," ucap Saka, ahh abis di terbangkan lalu di hempaskan.
 
"Kenapa?" tanya Naya.
 
"Karena kita udah nikah," jawab Saka. Naya mengangguk, "Terus makan nya dari mana? Olimpiade itu?" tanya Naya.
 
Saka tersenyum, "Lo udah lupa kalo punya suami genius? Dan untuk Olimpiade gue udah serahin seluruh nya sama Liana" jawab Saka.
 
Saka membawa tubuh Naya untuk berbaring di kasur, "Selamat malam..."
 
"Malam suami 'ku,"
 
 
 

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang