Bugh!
Sebuah pukulan mendarat di rahang Gibran, membuat dirinya meringis kesakitan karena pukulan tersebut.
“Bego!” hina Saka lalu melayang kan pukulan lagi.
Gibran meringis, sudut bibir nya bahkan sudah sobek karena pukulan tersebut, “Kenapa? Saka Armada?” tanya Gibran seraya menyeringai tajam, lalu menghapus darah kering itu dengan kasar.
“Bran, gue udah nyari lo kemana-mana. Rupanya lo di markas, move on brehh,” Saka menampar pipi Gibran, beharap Gibran sadar terpuruk pada masa lalu bukan jalan keluar nya.
“Bacot! Ngapain lo kesini, dan-” ucap Gibran menggantungkan ucapannya, lalu melirik nyalang ke arah Liana.
“Kenapa? Kenapa kalo gue ngajak Liana ha?” tanya Saka penuh penekanan.
“Pergi!” bentak Gibran lalu mengambil batang rokok, dan mengesap nya dalam-dalam.
“Siapa lo yang nyuruh ketua nya pergi?!” Saka menatap nyalang. Liana adalah ketua nya. Ya, ia yang menggabungkan Saka dan Gibran membentuk sebuah tim bernama kan Persahabatan, tapi halah bacot!
“So? Gue yang akan pergi!” Gibran membuang rokok dengan kasar, lalu menginjak nya dengan kasar.
“Liana hamil!” ucap Saka, yang sepertinya mengusik pikiran Gibran, hamil? Anak siapa?
Anak lo bego!
Gibran membalik wajah nya, menatap ke arah perut rata itu, lalu sebuah senyum seringaian remeh terbit di wajah Gibran, “Terus? Kenapa lo malah lari ke gue?!” bentak Gibran. Ya, kebiasaan seorang Liana adalah keluar masuk club, siapa yang tidak tau? Bahkan beberapa kali Gibran sudah pernah mengantarkan Liana ke tempat terkutuk itu.
“Itu anak lo, bego!” bentak Saka, lalu berjalan ke arah Gibran dan dengan ringan nya tangan Saka terangkat lalu membogem rahang Gibran kembali.
Gibran mendudukan badannya, “Dari mana lo tau?!” bentak Gibran, seraya menggit kuku nya, hingga berdarah.
“Hari itu di hotel, goblok!” ucap Saka menendang badan Gibran yang sedang berada di bawah nya. Bukannya Gibran tidak ingin melawan, yang harus kalian ketahui Liana sudah seperti Adik bagi Saka, dan tidak akan lebih dari itu.
Seorang Kakak yang dingin, akan berubah menjadi jahat jika Adik nya di lukai, Saka terus mengingat bahwa Liana akan selalu menjadi Adik nya dan tidak boleh ada perasaan yang timbul karena itu.
Gibran menaikan sudut bibir nya, “Lo yakin sebelum itu, dia enggak ada tidur sama laki-laki lain?” tanya Gibran dengan tatapan nyalang ke arah sana, di mana Liana sedang berdiri dengan badan nya yang lemas.
“Gi-Gibran,” Liana sudah terduduk di hadapan Gibran sekarang, memegang tangan itu lembut.
“Lepas!” bentak Gibran yang menghempaskan tangan Liana kasar.
“Santai bro….,” ucap Saka yang sudah jongkok di samping Gibran, seraya menepuk pelan pipi Gibran.
“Siapa aja yang udah nyumbang sperma? Coba minta tanggung jawab juga sama mereka, paling juga anak lo gak jelas siapa bapak nya,” ucap Gibran datar.
Plak!
Sebuah tamparan melesat ke pipi Gibran. Ya, sebelum Saka yang melakukan nya, Liana sudah lebih dulu mengambil kesempatan itu.
Liana berdiri, “Gue pergi, Saka lo pulang aja. Gue bisa urus anak ini sendiri!” ucap Liana.
“STOP!” teriak Gibran yang sudah berdiri mengejar langkah kecil dari Liana.
“Lo suka sama gue?” tanya Gibran datar, mata Liana sudah sembab bahkan wajah nya pucat tercetak jelas di wajah cantik Liana.
“Pikir sendiri!” jawab Liana, lalu ia menghempas kan tangan Gibran seperti yang di lakukan tadi oleh Gibran.
“Lo suka sama Saka?” tanya Gibran, sedangkan Saka menghela nafas nya panjang.
“Kalo gue bilang nya, suka sama lo terus gimana?” tanya Liana, membuat Gibran sukses membulatkan matanya.
“Kenapa lo kaget?” lanjut Liana, ekspresi Gibran mengatakan segala nya, Gibran adalah sosok yang tidak pinter berbohong.
Gibran bukan anak orang kaya seperti Saka, dan juga bukan seorang yang Genius.
“Terus kenapa lo terobsesi sama dia?” tanya Gibran sekilas melirik kearah Saka. Bahkan Saka juga sedang membuka kuping nya lebar, karena ingin tau juga.
“Karena Saka sahabat gue, dulunya sebelum hadir nya lo. Saka yang lebih dulu hadir di kehidupan gue. Gue sayang sama Saka. Tapi, gue sadar sayang gue sekedar hanya ketakutan belaka, takut kehilangan Saka, takut di tinggal oleh Saka, dan takut Saka berubah. Selebihnya itu gue baru sadar, kalo Saka hanya seorang sahabat sekaligus Kakak yang tidak akan pernah berubah,” jelas Liana tersenyum miris, Saka membawa tubuh Liana ke dalam pelukannya.
“Maaf…” ucap Saka dalam, Liana menetskan air mata. Bahkan Liana tidak tau, apa ini air mata bahagia atau kesedihan.
Liana melepaskan pelukan hangat itu, “Gue pikir, saat gue datang ke rumah lo. Lo mau ngelupain gue dan seolah gak peduli lagi, tapi gue salah. Saka Armada akan selalu ada untuk Liana, tetapi hanya sebagai seorang Kakak yang peduli sama Adik nya,” balas Liana.
Saka mengacak rambut Liana pelan, “Jadi, sebenarnya yang lo suka itu-” ucap Saka menggantungkan ucapannya, lalu melirik ke arah Gibran, “Dia Gibran” lanjut Saka.
Gibran menyentuh lembut tangan Liana, "Dia anak siapa?" tanya Gibran, sekedar memastikan.
"Kalo gue bilang dia bukan anak lo, terus mau tanggung jawab?" tanya Liana, memicingkan matanya. Dia sungguh lelah. Setelah mencari Gibran hingga 2 minggu lamanya. Rupanya pria berengsek ini ada di markas!
Gibran melepaskan pegangan itu, Liana langsung tersenyum licik, "Keputusan yang bagus," ucap Liana menepuk-nepuk tangan. Ya, pegangan itu melepas, seperti melepas semua harapan yang ada. Liana merasa kehilangan mungkin hidup nya nanti menjadi hambar.
Gibran membawa Liana ke dalam pelukannya, "Kata siapa itu keputusannya? Gue siap tanggung jawab. Karena yang gue butuhin cuman cinta dari lo," ucap Gibran. Dalam pelukan itu, Liana tersenyum manis, "Terimakasih," Liana membalas pelukan itu.
"Dan gue bisa yakinin lo, kalo anak ini murni anak lo. Setelah dia lahir kita akan tau dia anak siapa," lanjut Liana.
Gibran melepaskan pelukan itu, lalu menghapus sisa air mata yang mengering, "Terimakasih....," ucap Gibran lalu mencium kening Liana dalam.
Saka bertepuk tangan, ikut merayakan hari bahagia ini. Tanpa tau apa yang tejadi disana. Disana kondisi Naya, yang sudah sangat melemah.
"Nay, ke rumah sakit aja ya," pinta Nara, melihat kondisi Naya yang makin memburuk. Mungkin Nara akan melanggar janji nya.
"K-kan Bunda u-dah janji," jawab Naya yang sedikit kesulitan, makin lama kondisi Naya semakin buruk, seperti kesusahan bicara, kehilangan kesadaran tiba-tiba, dan masih banyak lagi.
"Tapi-"
"Naya enggak papa, cuman karena hamil aja ini mah Bun," Naya memotong ucapan Nara.
"Bunda lebih berpengalaman Nay, kalo karena hamil kamu gak sampe kaya gini. Kanker otak nya pasti udah parah banget sayang," ucap Nara.
Naya menggelengkan kepala nya lemah, "Naya mau tetep ngelahirin anak ini dulu Bun," timpal Naya seraya tersenyum, Nara meringis melihat nya. Bagaimana dengan kondisi sakit ia masih tersenyum seolah meyakinkan semua orang bahwa dia baik-baik saja. Padahal sewaktu-waktu mungkin Naya bisa saja tiba-tiba kehilangan kesadaran dan mungkin bisa saja langsung meninggal.
"NAYA!" teriak Saka yang sudah berada di ambang pintu, dengan sigap Naya langsung menghapus sisa air mata.
"Kamu kok kaya hantu, tiba-tiba nongol aja," ucap Nara di sertai kekehan.
Setelah acara tepuk tangan, Saka langsung pergi dari tempat kejadian. Membelah keramaian kota. Berharap segera bertemu dengan Istri tercinta nya.
"Tadi, Saka udah ngetok pintu depan kok," jawab Saka, lalu tersenyum kearah Naya dan sedetik kemudian muncul tatapan bingung, "Naya lo nangis semaleman?" tanya Saka yang melihat mata Naya yang sembab.
Naya menelan ludah nya gugup, "Iya nungguin lo!" jawab Naya, seraya memukul perut Saka.
Saka langsung membawa Naya ke dalam pelukannya, "Maaf ya....,"
"Sak," panggil Naya.
"Hmm?"
"Lo utang penjelasan" jawab Naya yang menatap manik mata Saka dalam.
"Iya nanti, janji akan gue jelasin semuanya," jawab Saka seraya mencium kening Naya.
"Gue hamil,"
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPAKSA MENIKAH (End)
Teen FictionCerita Berganti judul, Judul sebelumnya Saka Armada Menikah karena di jodohkan atau karena tragedi? Cerita lika-liku Saka dan Naya untuk mencapai ke titik itu, kehidupan kedua nya penuh dengan pelik dan seperti drama ala-ala sinetron indonesia. Saka...