"Naya anak baru itu?" gumam Saka, yang tidak terdengar oleh siapapun. Saka hari itu hanya pura-pura tidur, bukan beneran tidur di kelas. Dengan jelas Ia mendengar celotehan Naya, lalu mengapa Naya tidak mengigat Saka?
Jika di ingat-ingat, betapa lucunya Naya memperkenalkan dirinya itu, dasar terlalu pede!Dinda melirik ke arah Saka, dan mengernyit heran, "Saka," bisik Dinda, membuat Saka sadar. Sedang apa dia barusan? Apakah ia sedang halusinasi?
Saka tersentak, "E-eh iya." Saka menatap bingung ke arah Dinda.
Dinda mendekatkan mulut nya di telinga Saka, "Lo gak kesambet kan?" bisik Dinda, seraya tersenyum simpul.
Saka menggeleng kuat, "Hmm? E-enggak," jawab Saka seraya menggaruk tengkuk nya, wajah nya memerah. Sungguh sangat lucu, terlihat seperti orang yang terciduk maling kutang tetangga.
"Lo itu kaya orang yang lagi jatuh cinta pada pandangan pertama," lanjut Dinda dengan smirk nya.
Saka memandang Naya dari kejauhan, pandangan nya selalu berfokus pada Naya. Menatap Naya dalam, bahkan berirama, dari atas kepala bahkan hingga ujung kaki. Semua menjadi perhatian Saka.
"Ekhem," Dirga membuyarkan dua insan, yang sedang saling bertatap mata.
Nara tersenyum simpul, lihatlah Saka sudah mulai berubah, walaupun sedikit demi sedikit, "Kayaknya mereka udah pada suka ya? Liat aja udah tatap-tatapan gitu," goda Nara, bahkan seluruh keluarga terlihat setuju, lihatlah mereka sampai mengangguk antusias.
"ENGGAK!" tegas Naya, sedikit melirik ke arah Saka, sedang apa Saka sekarang? Duduk termenung-menung?
Andin tersenyum hangat kepada Saka, "Jadi, Saka menurut kamu Naya gimana?" tanya Andin, Ia sedikit melirik ke arah Naya, sepertinya Naya juga sedang menunggu jawaban.
Saka memikirkan jawaban apa yang pantas. Jika, salah sedikit saja dia akan habis nanti saat tiba di rumah, "Gak gimana-gimana," jawab Saka, sebenarnya Saka tau dengan porsi sempurna Naya, haruskah Ia bilang Naya cantik? Saka tidak dapat berekspresi tentang hal itu, memuji karya tuhan, tidak hanya dengan cara mengucapkan dengan kata-kata bukan? Masih ada cara lain, contohnya mengagumi dari jauh.
Naya tertegun, mengkrucutkan bibir nya, seharusnya atau setidaknya bilang cantik saja cukup bagi Naya.
Andin dan Dirga hanya tersenyum hangat. Karena mereka tau dengan sangat baik, gimana kondisi Saka. Tapi, ekspresi Naya sepertinya menjawab semua. Jika, jawaban itu bukanlah yang di harapkannya"Gini, sekaranga gantian. Menurut Naya, Saka orang nya kaya gimana?" tanya Andin, lihatlah Saka juga menunggu jawaban itu.
Naya bingung, harus seperti apa dia berbicara, Ia belum mengenal Saka. Apalagi latar belakang pria itu, "Hmm, Saka kayaknya gak pinter mengekspresi kan sesuatu ya?" ucap Naya, bagaikan panan, tepat sasaran.
Keluarga Saka menunjukkan raut tegang, membuat Naya tersenyum kikuk, "Hehehe Naya salah ngomong ya? Maaf ya, Naya cuman ngeliat aja dari muka nya Saka kelihatan dia bukan tipe cowok romantis," lanjut Naya seraya menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Enggak kok, Naya," balas Nara dengan senyuman hangat. Menetralkan ekspresi terkejutnya dengan tatapan bahagia karena telah mendapatkan sosok wanita seperti Naya sekarang ini.
"Hm Sak mau ngomong berdua gak?" tanya Naya, ada sesuatu yang ingin Naya pastikan.
Ketiga kakak Saka itu, merasa cemas. Bagaimana, jika nanti Saka menunjukan sikap aslinya.
Saka mengangguk kepala, Ia bingung harus bagaimana. Di lain sisi, bertatap mata dengan Naya membuat nyali Saka ciut, tapi bukankah tidak baik menolak perintah orang.Saka dan Naya sudah berdiri, "Mah, Naya izin ya," ucap Naya melirik ke seluruh tamu yang sedang menatap tidak rela.
"Iya jangan lama-lama," jawab Andin membalas senyuman Naya.
Mereka berdua duduk dengan canggung dikursi taman, "Sak," panggil Naya yang sedang asik mengayunkan kaki nya di kursi taman.
Tidak direspon....
Oh kasihan....
Oh kasihan....
Aduh kasihan.....
Naya tersenyum kesal mengapa dia jadi mengingat teman sebangku nya itu, "Kalo diliat-liat lo itu agak mirip loh sama temen sebangku gue. Di kelas itu nama nya ya.... Siapa yaa.. hmm, Sa-" Naya menutup mulutnya terkejut, mentertawakan dirinya sendiri. Mengapa dia baru jngat, jima teman sebangku nya memiliki nama yang sama juga.
"L-lo Saka yang itu juga? Nama Saka kan banyak ah.... Gak mungkin itu lo, iya kan?" tanya Naya sedikit tertawa ringan mungkin mentertawakan kebodohannya yang mengira mereka adalah Saka yang sama, berharap dalam hati. Mereka adalah dua orang berbeda.
Saka mengangguk kepala, Ia tidak terlalu suka berbicara dengan orang asing, "Arti nganguk-ngagukin kepala lo itu apa!?" tanya Naya santai, tapi tetap terdengar tegas.
"I-ya," jawab Saka sekenanya saja. Dia berharap Naya akan langsung mengerti apa yang ia maksudkan, untuk itu sepertinya Saka tidak perlu berbohong.
Naya terlihat bingung. Ya, untuk Saka yang sama atau berbeda? Otak Naya lemot sangat lemot bahkan, mungkin ibarat kan hp itu kecepatannya hanya 2G jadi dia tidak bisa langsung menangkap yang baru saja diucapkan Saka, "Sama," lanjut Saka, Ia pinter membaca ekspresi orang lain. Karena itu Saka, tau dengan jelas bahwa Naya terlihat kebingungan.
Awalnya Naya terlihat biasa saja, tidak dalam hitungan detik ekspresi Naya berubah terkejut, tidak Ia tidak bisa menikahi tukang tidur di sekolahnya itu, mau makan apa nanti dia dan anak nya nanti.
Naya langsung berdiri lalu berjalan cepat memasuki rumah lagi dan segera disusul oleh Saka, "Kok cepet banget, udah selesai Nay ngomongnya sama Saka?" tanya Nara menatap bingung, raut wajah Naya mengatakan segala nya.
Ketiga kakak Saka menunggu bahkan hingga deg-degan apakah hasil setelah bicara berdua dengan Saka tadi?
"Naya gak mau dijodohin sama dia!" tegas Naya menegaskan setiap katanya.
"Kenapa sayang?" tanya Andin, sebenarnya Ia sudah menerka-nerka, tapi hanya sekedar untuk memastikan saja.
"Pokoknya Naya gak mau!" tegas Naya, Ia mendecih menatap Saka tidak suka.
Ketiga kakak Saka jangan ditanya mereka sudah melotot seperti ingin memakan Saka hidup-hidup benar bukan, pasti calon istri Saka akan menolak langsung.
"Aku mau nikah," ucap Saka membuat keluarga nya sendiri terkejut lagi. Apa katanya dia mau nikah? Sedangkan yang perempuan saja tidak mau!
Langkah kaki Naya berhenti didepan tangga lalu Naya berbalik kearah Saka, menatap nya datar, "Gue gak mau," jawab Naya, sekarang Naya sudah tidak ingin mendengar mode seribu bujukan lagi, melangkah kan kaki nya cepat menuju kamar.
"Gak papa yang penting Saka sudah siap nanti tinggal bujuk Naya aja," ucap Dirga yang sudah merasa tidak nyaman.
"Iya Dir kita ngerti kok," ucap Fadil dengan senyuman.
"Kami pamit dulu ya Andin terimakasih," ucap Nara memeluk teman nya hangat.
"Maaf atas segala ketidaksopanan Naya ya, sebenernya Naya anak nya baik kok," Andin tersenyum hangat
Nara tersenyum hangat membalas senyuman Andin, memang terlihat jika sosok Naya adalah anak yang baik dan berkepribadian kuat.
Setelah sampai rumah. Saka langsung di sidang oleh Ketiga kakak nya, Fadil dan juga Nara.
"Kenapa sampe Naya langsung nolak gitu?" tanya Nara masih dengan nada lembut, tapi jangan di tanya. Emosi nya sudah di ubun-ubun.
"Kan udah Dinda tebak pasti calon istri nya bakalan langsung nolak!" sarkas Dinda langsung.
"Kak Deni kan udah bilang Stay Cool aja susah banget dah Dek, liat tadi Naya udah hampir kelepek-lepek sama lo," cerca Deni.
"Seharusnya lo gak usah buat masalah, jadi malu-maluin diri sendiri kan dan juga keluarga!" ucap Dira.
"UDAH STOP!" bentak Fadil, untuk menghetikan cercaan dari kakak-kakak Saka ini berasa disini Saka adik tiri saja.
Saka hanya menunduk dia tidak merasa buat salah hanya saja sebelumnya Naya sudah bertemu dengan Saka dan 'tidak direspon' bagi Naya itu sudah sangat menjengkelkan.
"Dia sebangku sama Saka di kelas,"
Tinggalkan jejak ya....
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPAKSA MENIKAH (End)
Roman pour AdolescentsCerita Berganti judul, Judul sebelumnya Saka Armada Menikah karena di jodohkan atau karena tragedi? Cerita lika-liku Saka dan Naya untuk mencapai ke titik itu, kehidupan kedua nya penuh dengan pelik dan seperti drama ala-ala sinetron indonesia. Saka...