[37]

20.4K 1.1K 53
                                    

"Aku akan mengizinkan mu melihat sosok Bidadari itu, tapi tetaplah tersenyum seperti sekarang. Jika senyuman itu bisa aku simpan, kamu mau tau dimana aku akan menyimpan nya? Tentu di tempat yang sangat jauh agar hanya aku saja yang dapat melihatnya"
 
~NAFANDA YAKILA~
 
.
 
 
.
.
.
.
 
Kantin sangat ramai seperti biasanya...
 
Hanya saja laki-laki itu tidak terbiasa dengan suasana Kantin yang riuh, dan tentu juga sempit-sempitan. Tapi ini lah yang akan di rindukan saat nanti sudah lulus.
 
"Dion, main hp melulu dah lu mah, padahal jomblo," ujar Fajar pada Dion yang berada di sebelahnya duduk manis geser-geser menu, sedari tadi Dion tidak menyentuh siomay nya, tumben sekali!
 
"Gue lagi nyatet note di hp, monyet!" jawab Dion, lalu melahap satu siomay besar.
 
"Note apa?" tanya Naya membuka suara nya, mulut nya penuh dengan bakso yang panas dan pedas.
 
"Hari ini, Saka Armada makan di Kantin," ujar Fajar membaca note Dion.
 
Tawa terdengar keras dari Naya, sedangkan Saka hanya melototi Dion. Dion yang merasa terancam nilai nya, kok nilai sih? Iyalah selama ini Dion hanya akan mengandalkan otak Saka yang pinter. Dion pun mengangkat 2 jari nya seraya tersenyum kuda.
 
"Piss,"
 
"Ekhem,"
 
"Batuk Mas?" tanya Naya melihat sosok yang tidak di undang ini, sedang apa Gibran disini?
 
"Boleh ikutan?" tanya Gibran, tetapi tidak ada yang menjawab.
 
Gibran pun tersenyum seperti nya dia tidak di harapkan disini, Gibran pun menaruh mangkok penuh isi bakso di samping Naya.
 
Naya hanya menatap bakso itu lapar, seraya menelan ludah nya kasar. Tabahkan lah hati Naya!
 
Gibran pun terkekeh ringan, lalu menukarkan mangkok Naya yang sudah kosong dengan mangkok nya yang masih penuh dengan Bakso.
 
"Kenapa?" tanya Naya bingung, inget jual mahal dulu Nay!
 
"Makan aja, gue gak nafsu," jawab Gibran tersenyum.
 
"Gue udah kenyang," jawab Naya, sebenarnya mah masih lapar, tapi sebagai wanita yang ber budiman kita harus jual mahal dulu tentu nya!
 
"Beneran?" tanya Gibran memastikan. Mata Naya menatap Bakso itu lapar...
 
"Makan aku Naya..."
 
"Aku sangat enak..."
 
"Makan..."
 
"Makan..."
 
"Aku di buat dari daging yang sangat bagus"
 
"Makan..."
 
"Hushhh," ujar Naya tiba-tiba mengibas-ngibaskan tangan nya di samping telinga nya.
 
Saka masih memperhatikan belum aja nanti dia bertindak.
 
"Gibran, tuh cewek lu," ucap Saka menunjuk seorang gadis yang sedang melahap roti nya sendirian di pojokan kantin, Liana. kasihan....
 
"Nay, makan aja ya. Gue pergi," pamit Gibran yang langsung meninggalkan Naya masih dengan dilema nya, makan tidak ya?
 
"Jangan di makan," ujar Saka lalu menarik mangkok penuh bakso itu ke meja Fajar.
 
"Makan Jar" pinta Saka yang tentu Fajar tidak akan mensia-sia kan kesempatan emas ini, kan sayang di buang!
 
"Ah Saka, mau bakso," ujar Naya merengek manja, padahal juga Naya baru saja memakan bakso nya.
 
"Bakso gak sehat, kan udah makan satu mangkok tadi," balas Saka, gadis yang tidak mengharapkan mendengar itu, langsung cemberut.
 
Naya menghentak-hentak an kaki nya ke lantai, "Jadi gak boleh?" tanya Naya dengan mata berbinar, sejak kapan Naya makan harus dengan izin Saka?
 
Saka tersenyum, jangan senyum-senyum terus Sak!
 
"Boleh tapi jangan berlebihan sayang, sesuatu yang berlebihan pun tidak baik. Contohnya aku yang cinta sama kamu," jawab Saka.
 
Naya terlihat berpikir keras, "Jadi cinta lo pas-pas an yaa?" tanya Naya, bola mata nya sudah membulat besar.
 
"Iya" jawab Saka, Naya langsung mangap tidak percaya.
 
Naya pun langsung memukul tangan Saka.
 
"Kenapa jadi mukul sih Nay?" tanya Saka yang tidak mengerti mengapa dia terus menjadi sasaran pukulan Naya.
 
"Lo dari tadi di kelas sok gombal. Sekarang aja ngomong cinta nya pas-pas an emang yaa Cowok itu gak bisa di pegang omongan nya!" jelas Naya.
 
Saka menghela nafas nya, lalu menyentuh lembut tangan Naya, "Kalo gue ambil semua cinta nya, terus cinta lo untuk gue mau di taro dimana?" tanya Saka, ahh ngeles aja deh Saka.
 
Naya masih saja terus cemberut, "Gue belum cinta sama lo, jadi cintain gue seluruhnya" balas Naya, yang langsung di angguki oleh Saka.
 
"Eh Mas sama Mba nya jadi ngurangin nafsu makan saya aja" ucap Fajar yang di angguki juga oleh Dion, dasar gak liat-liat tempat!
 
Acara makan dan gombal-gombalan ala Saka pun sudah berakhir, dan Naya pun sudah pulang ke rumah Saka, loh kok ke rumah Saka? Kalian jangan lupa soal Olimpiade ya.
 
"Bunda," sapa Naya yang langsung memeluk Nara ketika memasuki rumah Saka itu...
 
"Naya, kesini mau belajar ya?" tanya Nara seraya membalas pelukan gadis kecil nya.
 
Nara jadi mengingat bagaimana Dinda dan Dira waktu kecil dulu, ketika pulang mereka juga selalu langsung memeluk seseorang yang melahirkan nya.
 
"Iya Bunda," jawab Naya yang sudah melepaskan pelukan hangat itu, bau badan seorang ibu selalu saja sama... Naya merindukan bau itu...
 
"Duduk dulu deh sini Nay," pinta Nara.
 
Naya pun tersenyum dan langsung duduk.
 
"Saka kamu gak masuk kamar?" tanya Nara, biasanya Saka tidak akan pernah basa-basi. Selalu saja masuk kandang, tapi sekarang Saka menyaksikan kedua wanita yang sangat berharga itu.
 
"Masuk dulu sana," pinta Nara, jangan diminta sebenarnya Saka sudah ingin masuk kedalam kamar nya.
 
"Gimana Saka di sekolah?" tanya Nara .
 
"Saka kemasukan hantu Bun," jawab Naya, Nara sedikit berpikir kemasukan? Kesurupan dong.
 
"Kemasukan hantu apa Nay?" tanya Nara.
 
"Hantu buchenn," jawab Naya jujur saja Naya pun masih tidak percaya dengan seribu rumus gombalan ala Saka.
 
Nara pun tertawa, "Kenapa? Saka gombal terus ya?" tanya Nara tepat sasaran. Naya mengangguk mengiyakan.
 
"Sebenernya dulu Saka itu pinter banget nge gombal sih Nay," lanjut Nara.
 
"Kapan Bun?" tanya Naya, dia penasaran siapa wanita yang di gombalin oleh Saka pertama kali.
 
"Waktu umur nya 5 tahun," jawab Nara, Naya tidak menyangka bocah umur 5 tahun sudah bisa buat gombalan?
 
"Dan wanita yang di gombalin pertama kali juga bukan Bunda loh" lanjut Nara, ah apakah bocah 5 tahun sudah punya pacar? Jika begitu kalian semua kalah dengan Saka...
 
"Kakaknya?" tanya Naya yang mengingat bahwa Saka memiliki dua kakak perempuan yang cantik-cantik.
 
"Bukan juga, tapi dia gadis yang cantik dan juga baik," jawab Nara, Naya pun mencebikkan bibir nya.
 
"Jangan cemburu Nay, lagian itu masa lalu," ujar Nara menjelaskan, melihat Naya cemberut pasti dia memikirkan siapa gadis itu?
 
"Enggak kok Bun, gombalan Saka juga pasaran," balas Naya, padahal dalam hati nya berbunga-bunga.
 
"Tapi yang harus kamu tahu Nay, saya Bunda nya pun tidak menyangka sekarang Saka sudah bisa tersenyum lagi," ucap Nara memegang lembut tangan putih Naya.
 
"Bukan nya Saka cuman Introvert ya Bun?" tanya Naya.
 
"Bukan hanya itu, Saka sudah lupa caranya berekspresi kami pun yang mengurus Saka bertahun-tahun sudah putus asa tapi hadirnya kamu dalam hidup Saka membawa cahaya yang terang untuk anak saya," ujar Nara, ini adalah salah satu alasan mengapa Nara lebih memilih Naya di banding Liana.
 
Naya memiliki aura positif yang tidak di miliki gadis-gadis di luaran sana.
 
Naya tersenyum, "Naya janji, akan menciptakan ribuan ekspresi di wajah datar itu," jelas Naya.
 
Nara pun menggelengkan kepala nya, "Tidak perlu, Naya sama seperti kamu yang kita butuhkan hanya senyum itu, senyum yang sudah lama mati karena tandus," jawab Nara.
 
"Pernikahan kalian akan di langsungkan setelah kalian ujian ya,"
 
 

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang