[44]

22.8K 1.3K 201
                                    

"Aku tidak dapat mengungkapkan betapa bahagianya diriku, saat dirimu mengucapkan sebuah janji. Ya, janji untuk di tepati, sebuah janji yang di dasari oleh sebuah rasa yang bernama Cinta,"
 
~NAFANDA YAKILA~
.
.
.
.
.
.
 
Perjuangan yang selama ini sudah di hadapi oleh mereka berdua, terbayar lunas dengan sebuah jawaban, yaitu pernikahan. Dengan beribu harapan bahwa pernikahan ini akan abadi.
 
Saka sudah selesai mengucapkan  janji suci. Kepada sang pemilik hati,  Nafanda Yakila. Saka hanya berharap satu, yaitu tolong abadikan kisah mereka.
 
Seluruh keluarga terharu, mereka pikir Saka tidak akan dapat mengucapkan ijab kabul dengan lantang, tapi Saka membuktikan bahwa dia bisa!
 
Lalu, bagaimana dengan Dirga? Jangan tanya tentang perasaannya, ketika mendengar sebuah kata yang begitu menyakitkan. Ya, pernyataan dari Saka seperti pisau yang menusuk hulu hati nya, membunuhnya perlahan. Tapi, nyatanya dia harus tetap menerima bahwa gadis yang sejak kecil itu yang selalu di jaganya, dengan kebahagian, beribu kasih sayang dan cinta. Tapi, di sakiti begitu saja. Siapa Bapak di dunia ini yang tidak akan sakit hati?
Siapa Kakak laki-laki yang tidak akan menderita ketika mendengar itu?
 
Sebuah Rasa yang tidak dapat di definisikan.
 
Saka hanya tinggal menunggu waktunya saja, dan sekarang lah waktu itu tiba, dimana dia harus berhadapan dengan Dirga dan Niko. Bagaimana Rico? Dia sedang menikmati kue-kue lezat. Tanpa tau apa yang terjadi.
 
Bughh!
 
Plakk!
 
"Pah, " ucap Naya nanar, baru saja ia melaksanakan Ijab Kabul, tapi pengantin Pria, sudah di pukuli seperti maling.
 
"Kamu masuk kamar!" perintah Dirga, tangan nya sudah di kepalkan, rasa kebencian itu terkumpul untuk membunuh seseorang yang baru saja berapa menit ini menjadi menantu nya. Tapi, Dirga tidak akan mungkin membiarkan Naya menjadi janda muda.
 
Naya ikut duduk di samping Saka dengan badan yang sudah di penuhi lebam, "Pah," ucap Naya nanar ke arah sana. Saka tau, dia cukup tau apa yang di rencanakan gadis ini.
 
"Naya....," ucap Niko, dia merasa sebagai Kakak yang tidak bertanggung jawab.
 
"Kenapa Kak? Gak liat muka Saka udah babak-belur gitu? Masih mau mukulin dia? Naya udah maafin Saka, lagian ini juga udah terjadi," ucap Naya. Saka hanya meringis mendengar semua kata itu. Tidak ada yang bisa ia ucapkan sekarang, cukup berterimakasih pada Tuhan, karena telah menitipkan sosok yang begitu hebat nya, tidak ada kata nya tepat untuk mendefinisikan, Naya.
 
"Nay, sakit ini gak akan pernah sepadan dengan yang hari itu," ucap Saka, dia cukup sadar siapa dirinya sekarang?
 
"Sakit? Sak sakit nya cuman sebentar kok. Abis itu enak kok!" ucap Naya ambigu, yang mendengar nya pun tidak abis pikir. Ini sedang kondisi tegang, bagaimana Naya bisa bercanda seolah memang pada hari itu dia menikmatinya.
 
Saka merutuki Naya dalam hati, "Ke kamar!" perintah Saka, jangan harap Naya akan mendengarkan itu. Dia membuang kata itu jauh-jauh.
 
Dirga menghela nafas nya, "Kamu beruntung itu Naya," ucap Dirga, tangan yang tadi mengepal dengan penuh kebencian, mulai merenggang dengan rasa kebencian yang mulai berkurang.
 
Naya tersenyum sekaligus bernafas lega, "Pah, Naya ke kamar ya... Mau malem pertama," ucap Naya dengan senyuman andalan nya, senyum tanpa beban seolah dia telah melupakan semuanya.
 
Saka menghela nafas nya, sungguh tidak abis pikir dengan pikiran Naya, "Nay....," gumam Saka, Naya hanya mengangkat sebelah alis nya, "Kenapa? Oh bukan malam pertama, tapi malam kedua ya....," ucap Naya yang di sertai kekehan di ujung ucapannya.
 
"Yaudah sana, Papah bisa gila lama-lama sama kamu. Untuk Saka, jangan main kasar, awas aja!" ucap Dirga, ahh dia tau dimana Naya mendapatkan sifatnya itu, rupanya dari Dirga.
 
"Kak Niko, cepetan nikah biar bisa ngerasain," ucap Naya yang sudah berdiri sekaligus memegang erat tangan Saka.
 
"Bacot! Sana pergi dah lo, sekalian sampe pagi, biar puas!" ucap Niko, keluarga yang gila inilah yang Saka simpulkan.
 
Naya membuka pintu kamar dengan perlaha, "Masuk," perintah Naya.
 
Malam Pertama mungkin sebuah kata yang terdengar biasa, tapi bisa membuat jantung dugem.
 
"Buka baju," pinta Naya, Saka mendelikkan matanya, "Naya?" ucap Saka datar.
 
Naya kembali berjalan ke arah pintu lalu mengunci, "Kenapa? Lo takut? Lagian gue udah liat semuanya kok," ucap Naya langsung. Ahh, terkadang Saka suka tidak abis pikir dengan isi pikiran Naya.
 
"Lo emang udah gak papa?" tanya Saka menatap teduh manik indah milik Naya.
 
"Kenapa emangnya? Kelamaan sini gue bukain aja," ucap Naya berjalan ke arah Saka. Tangan mungil itu sudah memegang kancing baju paling atas, "Naya, tidur aja ya....," pinta Saka. Bagaimana bisa sifat Naya kembali dengan cepatnya?
 
"Gak!" tolak Naya yang langsung melepas beberapa kancing Saka.
 
"Nay, beneran? Jangan gini," ucap Saka.
 
"Lo kaya gadis perawan aja yang mau di perkosa," ucap Naya di sertai kekehan. Saka tidak takut mana ada laki takut iya kan Saka? Hanya saja Saka belum tega, baru terhitung 24 jam lebih dia menyakiti gadis ini.
 
"Naya....," ucap Saka, sekarang baju nya sudah di buka seluruhnya.
 
"Apa? Dasar mesum!" hina Naya, lah gak salah ini? Siapa ngatain siapa?!
 
Naya mengambil sebuah P3K, "Gue cuman mau ngobatin luka lo," ucap Naya. Saka menghela nafas nya lega, "Tapi, kenapa pakek di buka baju segala?" tanya Saka, terkadang Naya tidak dapat di tebak.
 
"Kenapa gak suka? Seterah gue lah, lagian udah sah juga?!" tegas Naya, lah malah ngegas bu.
 
"Ayok jujur, kenapa harus buka baju?" tanya Saka. Walaupun dia juga mendapatkan pukulan di perut nya, tapi tidak membuat Perut nya berdarah atau sampai mengeluarkan isinya, keluarga Naya bukan psikopat!
 
"Kenapa? Merasa gak adil? Mau gue buka baju juga?" tanya Naya mengedipkan matanya sexy, Saka imannya kuat Nay!
 
"Gak usah, yaudah cepet obatin," ucap Saka, Naya pun mulai bergerak mengobati beberapa luka di wajah tampan Saka, "Jangan natep gue kaya gitu," pinta Naya, mata Saka terus saja mengikuti wajah Naya bergerak.
 
"Gue suka," ucap Saka tiba-tiba mengehentikan aktifitas Naya.
 
"Suka apa?" tanya Naya yang sudah melanjutkan aktifitas nya lagi.
 
Naya membelai lembut wajah Naya, "Wajah ini, tenang. Gue suka," ucap Saka. Pipi Naya bersemu merah, "Luka ini dapetnya dari mana?" tanya Naya menyentuh pelan luka bekas jahitan di bahu Saka.
 
Saka sedikit melirik ke arah Naya mengelus pelan luka itu, "Nyelamatin cewek," jawab Saka. Ya, Saka tidak berbohong dia masih ingat-ingat lupa.
 
Naya hanya mengangguk lalu kembali mengancingkan baju Saka, "Itu alasan gue buka baju lo, mau tau dari mana dapet luka itu," ucap Naya.
 
Saka tersenyum lalu membawa Naya ke dalam pelukannya, "Mimpi indah. Cewek itu adalah lo Nay,"
 
 
 
 
 

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang