[11]

34.6K 2.3K 142
                                    

"Dia calon istri saya," gumam Saka, yang hanya di dengar oleh Naya. Hanya bibir yang bergerak, walaupun tidak ada suara, Naya masih mendengar nya samar-samar.

"Saka?" panggil Guru tersebut, membuyarkan pikiran Saka yang entah berantah sudah melayang ke korea.

"Iya bu?" jawab Saka yang sudah tersadar bahwa, dia sekarang menjadi pusat perhatian satu kelas.

"Otak kamu lagi bermasalah?" tanya Guru tersebut, yang sungguh tidak abis pikir bagaimana Saka tidak mengerjakan PR Mtk nya,ada yang harus di curigai nih.

"Enggak," jawab Saka santai, sekali-kali anak pinter kagak ngerjain PR kan ya.

"Baiklah kamu bener belum selesai?" tanya Guru tersebut untuk memastikan sekali lagi, mungkin saja tadi Saka sedang salah ngomong, gara-gara lidah nya keseleo.

"Belum bu," jawab Saka berbohong, walaupun Ia menjadi kikuk, dan canggung. Saka berusaha semampu mungkin untuk berbohong.

"Baik sekarang kalian silahkan hormat di lapangan sampe bel istirahat nanti," perintah Guru tersebut, membuat Naya kesal setengah mati jika saja Saka tidak ikut campur. Mereka sekarang tidak akan berada di bawah matahari terik seperti ini.

Naya mendecih, "Semua gara-gara lo!" tegas Naya menyalahkan Saka memang Saka yang salah. Ingat, laki-laki selalu salah

Saka tetap diam....

Selama ini Saka tidak pernah di hukum. Sekarang bahkan dia rela di hukum untuk Naya. Katakan Saka suka Naya, tapi jawaban masih tetap sama, belum.

Naya menendang-nendang kaki nya kesal, "Seandainya lo gak ngotot untuk ikut keluar kelas, gak akan nih kita berjemur bersama," cerca Naya, bagaimana tidak kesal, seharusnya tadi Naya hanya di suruh keluar saja. Ia bisa menikmati waktu senggang, tapi gara-gara patung ini. Naya berakhir di bawah sinar matahari.

"Fokus aja," ucap Saka santai, yang masih fokus menjalani hukumannya.

"GILA!" hina Naya mood nya sedang tidak baik dan sekarang dihadapi oleh makhluk sejenis Saka sungguh mengesalkan bukan?

"Utang gue udah lunas," ucap Saka mendadak, membuat Naya bingung sejak kapan dia pernah mengutang kan uang nya kepada Saka?

Naya mengernyit, "Utang?" tanya Naya yang tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar nya. Kapan? Dimana? Saat itu sedang apa?

Saka enggan melirik Naya yang sedang acak-acakan, hidung ingusan, muka keringetan, dan rambut di iket sembarangan, "Kemarin," jawab Saka, ini yang Naya tidak suka dari Saka karna dia tidak pernah bicara langsung alias to the point membuat Naya harus berpikir keras dan kritis.

Naya mengangkat sebelah alis nya, "Kemarin?" tanya Naya lagi sungguh dia tidak mengerti dengan yang di ucapkan Saka, dia tidak merasa telah meminjamkan uang nya kemarin pada Saka atau dia lupa?

"Waktu pulang itu," jawab Saka yang masih setia hormat ke bendera.

Naya masih berpikir keras, "Lo kalo ngomong bisa jelasan dikit gak sih Sak, Gue gak ngerti maksud lo, kemarin? Waktu pulang emang gue minjamin duit ya?" tanya Naya yang tidak mengerti apa yang di maksud Saka, otak Naya itu kapasitas nya lemot, jadi tolong di harapkan to the point.

"Kemarin lo bilang pulang nunggu sepi kan?" tanya Saka yang diangguki oleh Naya, tapi Naya masih tidak mengerti mengapa Saka mengapnya utang?

"Lo nunggui gue kan?" lanjut Saka. Membuat Naya menganga tidak percaya.

"Gue? Nungguin lo, kapan?" tanya Naya kembali sungguh Naya sudah merasa pusing karna kepanasan di tambah dia harus berpikir keras seperti ini, berasa lagi cerdas cermat.

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang