[19]

33.4K 1.9K 90
                                    

"Jaga cewek lo baik-baik, dan jangan pernah nyentuh Naya!" tegas Saka lalu pergi dari kerumunan orang. Saka ingin cepat mencari Naya karna khawatir akan keadaan nya.

Gibran terkejut dengan reaksi Saka. Selama dia berteman dengan Saka, Saka tidak akan peduli tentang apa pun itu. Tapi, lihatlah sekarang dia mengejar seseorang. Waww itu sungguh bukan Saka.

"Al," panggil Liana.

Liana juga merasa terkejut dengan reaksi Saka. Tapi, dia cukup tau bahwa Liana juga penting bagi Saka, itu menurutnya.

"Hmm," jawab Gibran. Lalu, menarik Liana untuk pergi dari sana.

"Lepas Al," pinta Liana saat tangan nya di pegang erat oleh Gibran.

Gibran dan Liana sekarang sudah berada di belakang gedung sekolah. Gibran maupun Liana mencoba untuk tidak menonjol seperti waktu di SMP. Tapi mengapa semuanya terulang kembali seperti kaset rusak yang terus berputar.

"Li, lo seharusnya gak perlu masalahin hal kecil gitu," pinta Gibran membuat Liana kesal. Mengapa terkesan seperti Gibran menyalahkan Liana.

Liana sudah cemberut dia telah meninggalkan semuanya, semuan yang berarti bahkan Gibran dan juga Saka.

"Algi,"

"Li,"

"Stop! Gue gak mau denger apa-apa" ucap Liana. Lalu, berdiri dia tidak bisa terus bersama-sama Gibran di sini orang-orang akan menyebarkan rumor buruk tentang mereka tentu nya.

"Li," panggil Gibran

Liana menghela nafas nya frustasi dengan keadaan yang terjadi saat ini. Dia sungguh muak dengan dua pria ini, Saka dan Gibran bisakah mereka mengerti kondisi Liana sekarang.

Gibran sendiri tau kondisi Liana yang sensitif, Liana juga memiliki sifat baik bahkan ceria dulu nya. Tapi, semuanya berubah pertemanan, kondisi, bahkan hal-hal yang dulu Gibran suka lihat dari Liana, sekarang sudah tidak ada lagi.

"Gi, gue muak sama kondisi kaya gini. Gue harap ini gak terjadi lagi dan jangan pernah ikut campur!" tegas Liana, memperingatkan Gibran karna dia sudah ikut campur masalah nya.

"Gak bisa gitu Li," protes Gibran. Tanggung jawab nya adalah sebagai ketua Osis selain itu Liana dan Gibran pernah memiliki hubungan dekat. Bagaimana bisa Gibran tetap diam saat melihat dua orang yang pernah masuk ke dalam kehidupan nya ini terlibat masalah.

Liana menghela nafas "Gue pergi," ucap Liana lalu pergi dari sana.

Di lain tempat Saka masih terus mencari dimana Naya sekarang.

"Dimana sih lo Nay," gumam Saka saat melihat Naya tidak berada di kelas nya. Lalu, saka diam sejenak dan mengingat 'Rooftop'.

Saka berlari menuuju Rooftop. Dia sungguh tidak berniat untuk memperlakukan Naya seperti itu tadi. Saka hanya ingin masalah selesai.

Saka sudah sampai di atap dan melihat Naya duduk diam di salah satu bangku di sana. Saka mendekati Naya perlahan. Lalu, duduk di samping nya.

"Nay," panggil Saka melihat Naya. Sedangkan, Naya tidak memalingkan wajah nya sama sekali.

Saka tau ini salah. Dan tadi juga salah, tapi dia tidak tau harus bagaimana. Saka merasa sangat bersalah dengan Naya.

"Nay," panggil Saka sekali lagi.

"Kenapa? Ha? Lo mau nyuruh gue berlutut sama Liana itu? Dia siapa lo Sak? Terus, gue siapa?" tanya Naya bertubi-tubi dia sungguh kesal dengan makhluk yang sedang duduk di samping nya ini. Naya ingin sekali menangis. Tapi, dia cukup malu untuk menangisi hal seperti itu.

Saka tidak menjawab. Dia hanya terus menatap mata Naya. Mengapa, Naya begitu marah dengan Saka?

Saka membawa tubuh Naya ke dalam pelukan nya, Naya sempet memberontak tapi pelukan Saka sungguh hangat membuat Nay terbuai lalu tak terasa air mata Naya menetes ke pipi nya.

"Maaf," ucap Saka

Naya diam. Dia sungguh penasaran apa hubungan Saka dengan Liana?

"Nay," panggil Saka.

"Sak, gue lagi gak pengen ngomong apa-apa," potong Naya, sekarang yang hanya diinginkan Naya adalah tetap seperti ini sebentar saja.

Di kantin tadi otak Naya penuh dengan berbagai pertanyaan. Bahkan, Naya menatap Saka miris. Semua ucapan Liana seperti sihir sendiri bagi Saka. Lalu, siapa Gibran? Semua pertanyaan itu berputar terus menerus dalam otak nya. Dia sungguh ingin menanyakan nya pada Saka. Tapi, seperti nya Saka tetep bungkam. Naya hanya bisa menunggu sampai dimana Saka akan cerita kepada nya.

Kenangan hari dimana dia kehilagan Andin kembali berputar kembali membuat Naya memeluk Saka erat. Dia enggan kehilangan Saka.

"Maaf," gumam Naya dalam pelukan Saka.

Saka bingung. Bukankah dia yang bersalah disini?

"Untuk?" tanya Saka

"Malam itu-" jawab Naya yang kembali memeluk erat Saka. Rasanya sungguh sakit ketika kenangan itu kembali berputar.

Saka kembali mengingat malam itu. Dimana Naya mengakui bahwa dirinya sudah tidak perawan lagi. Membuat Saka meringis bagaiamana bisa Naya kehilangan itu. Semua pertanyaan itu berputar dalam memori nya. Siapa cowok yang telah merebut nya? Apakah Naya tidak merasa bersalah?

Saka ingin bertanya semuanya pada Naya. Tapi, melihat Naya pada malam itu bahkan hari ini seperti nya Naya memang, tidak ingin membuka suara akan hal itu.

"Nay," panggil Saka. Lalu merengangkan pelukan Naya, agar Saka dapat melihat mata Naya.

"Kita lupain oke," pinta Saka.

Naya terkejut dengan reaksi Saka. Lupain? Bahkan semua nya masih terasa jelas.

Naya menatap manik mata Saka, seperti sedang mencari sesuatu disana, tapi nihil.

"Sak, maaf gue udah ngecewain lo," ucap Naya seraya menunduk.

Saka yang mendengarnya meringis. Apakah benar Naya sungguh kehilangan 'itu'?

"Nay," ucap Saka lalu memegang pundak Naya. Saka dapat melihat jelas bagaimana pundak kecil itu terlihat sangat berat. Naya yang biasa akan terus tertawa ceria, melihat nya sekarang yang terus menangis. Membasahi pipi indah nya itu, membuat Saka berpikir satu keadaan menghacurkan wanita di hadapannya ini. Saka tau bahwa Naya masih terpukul tapi wanita ini tetep Naya. Naya nya yang kuat, ceria dan banyak ngomong. Itu Naya.

"Angkat kepala lo Nay," pinta Saka

Perlahan-lahan Naya mengangkat kepala nya lalu manik mata Saka langsung bertemu dengannya. Teduh satu kata yang bisa di gambarkan oleh Naya. Mata itu? Mengapa Naya merasa mengingatnya. Manik mata Saka tidak pernah seteduh ini sebelumnya.

"Sak, gue harap kita tetep jadi temen," jelas Naya. Lalu memegang tangan Saka mengajak nya untuk berdiri.

Hati Saka terenyuh melihat Naya sepeti sudah tidak punya kekuatan lagi. Naya tersenyum untuk memastikan kepada Saka bahwa semuanya baik-baik saja dan akan terus baik-baik saja.

"Gue gak mau kita sekedar temen, Nafanda Yakila,"

"Gue gak mau kita sekedar temen, Nafanda Yakila,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Terimakasih sudah mau membaca, tinggalkan jejak yaa....

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang