8 bulan berlalu, kandungan Naya sudah mendekati masa-masa melahirkan, selama ini Saka selalu bersanding bersama Naya. Ya, berjuang bersama.
Kondisi nya yang semakin parah dan sangat buruk, bahkan bisa saja Naya tiba-tiba kehilangan kesadaran.
"Naya....," panggil Saka, menggoyangkan tubuh Naya.
Perlahan lahan, mata sayup itu mulai membuka seolah membuktikan pada dunia bahwa dia baik-baik saja.
Naya terduduk, memegang kandungannya, "S-Saka, anak nya u-udah kenapa enggak pernah gerak ya?" tanya Naya dengan wajah murung.
Saka menyentuh kandungan Naya yang semakin lama sudah membesar, "Sayang, kamu harus kuat. Harus kaya Bunda ya," ucap Saka, tidak terasa air mata nya menetes ke kandungan itu.
"S-saka....," Naya menyentuh bahu Saka, seolah sedang menyalurkan energi.
Saka membawa Naya ke dalam pelukannya, "Kita udah sampai sini Nay, kamu gak boleh nyerah," Saka menepuk pundak Naya.
Kondisi Naya sudah sangat memburuk, bahkan Naya terkadang tidak bisa bangun dari tempat tidur nya, ia ingin melupakan bahwa sekarang dirinya sedang berjuang. Ahh bukan hanya dirinya saja. Saka selalu berada di belakang nya, jika suatu saat Naya memutuskan untuk mundur. Saka akan selalu mendorong Naya untuk kembali ke jalur terdepan.
"Sak-" ucap Naya mengantungkan ucapannya, tubuhnya seolah sudah tidak kuat lagi, tidak butuh lama membuat badan itu terjatuh dalam hitungan detik.
"NAYA!" teriak Saka, tanpa pikir panjang lagi Saka membawa tubuh Naya langsung ke rumah sakit.
Rumah Sakit...
"Dokter tolong selamatkan Na-" ucap Saka menggantungkan ucapannya. Siapa yang harus ia selamatkan disini?
"Selamatkan anak saya Dok. Saya mohon," Saka berlutut seraya menunduk dalam, dan berdoa semoga keputusannya tepat, berharap Naya tidak akan marah dengan keputusan ini.
Ada sebuah pesan yang pernah di sampaikan oleh Naya, "Jika terjadi sesuatu nanti, percayalah. Kekuatan ku saat mendengar anak ini menangis nanti nya. Dan selamatkan dia. Bukan diriku,"
Sebuah pesan, yang selalu Saka ingat, dan semua terbukti pada hari ini. Dan, ia harus percaya pada Naya.
"Kami akan melakukan operasi cesar," ucap Dokter pria yang seperti nya sudah tidak muda lagi.
Saka menunduk dalam, "Iya dok, selamatkan anak kami. Untuk Naya-" ucap Saka mengantungkan ucapannya, ia bahkan tidak sanggup untuk melanjutkan kata demi kata.
"Naya kuat, jadi selamatkan bayi nya," lanjut Saka, tidak terasa air mata itu kembali turun dengan deras.
"SAKA!" teriak Nara yang sudah berlari kecil lalu memeluk Saka hangat, "Gimana?" tanya Nara.
"Bayi kami harus di selamatkan dulu Bun," jawab Saka, Nara membawa Saka ke dalam pelukannya. Selama ini Saka adalah suami yang siaga menjaga Naya 24 jam. Jika hari ini terjadi sesuatu, Nara yakin Saka akan menyerah.
Seluruh keluarga sudah berkumpul, berdoa agar kedua nya bisa selamat, bukan hanya calon Bayi saja, tapi sang Ibu pun harus selamat.
Tidak lama, Dokter kembali keluar dengan wajah yang tertunduk, "Anak anda tidak bergerak lagi," ucap Dokter itu.
"Maksud anda?" tanya Saka, ia ingin mengutuk Dokter itu. Sungguh jika saja seluruh orang tau begaiamana perjuangan Naya melawan sakit demi sakit nya tiap hari, hanya untuk anak mereka.
"Kemungkinan besar, anak anda sudah meninggal di dalam kandungan Ibu Naya....," jawab Dokter itu seraya tertunduk dalam. Sebelum melakukan Operasi memang kondisi Naya harus di periksa dan hasil nya sungguh tidak terdeteksi. Tidak ada suara jantung, dan juga pergerakan dari bayi nya.
"Permisi semuanya, perkenalkan saya Carin Dokter spesialis Kanker Otak yang akan menangani kasus Naya," ucap seorang Dokter seraya menunduk.
"UKS?" gumam Saka, kembali mengingat. Ya, dia Carin pacar dari Niko. Masih ingatkah kalian? Kejadian di Uks waktu itu? Ya, dia adalah Spesialis Kanker Otak.
"Ya, sejak hari itu Naya sudah mengetahui semuanya secara perlahan, semuanya terjadi begitu cepat. Awalnya saya tidak tau mengapa Naya bisa hamil, itu adalah sebuah keajaiban dan semoga hari ini juga ada keajaiban," jelas Carin seraya tersenyum.
"Ibu atau Anak?" lanjut Carin seraya menatap manik mata Saka yang sudah berlinang air mata itu. Pikiran nya berkabut dengan bagaimana nanti Naya? Lalu anak nya?
"Bukankah tadi anak saya kemungkinan besar sudah meninggal?" tanya Saka penuh dengan penekanan.
"Kemungkinan, alat bisa salah. Bayi, kalian cukup kuat dalam kasus seperti ini sangat sulit mempertahankan bayi nya hingga umur usia kandungan menginjak 8 bulan. Entah itu sang calon anak yang hebat, atau ibu nya. Yang saya tau mereka punya satu kaitan, jika salah satu nya harus di prioritaskan, siapa yang akan anda pilih?" tanya Carin, ia Dokter jika di rumah sakit, tapi jika di luar dia berstatus Pacar dari Niko, sekaligus juga keluarga Naya.
"Selamatkan calon bayi kami," jawab Saka yakin, bahkan Dirga sudah tidak dapat berbicara lagi, sebelum ini terjadi Naya pun tidak lupa meninggalkan sebuah pesan untuk keluarga nya, "Papah, jika suatu saat Saka di suruh untuk memilih. Biarkan Saka memilih dan anggap itu adalah keputusan terbaik, sekalipun bukan Naya yang akan di pilih"
Sebuah pesan itu selalu teringat, bahkan hingga hari ini. Dimana Saka lebih memilih calon bayi nya, membuat Dirga tidak dapat berkata kata.
"Seandainya, kami berhasil mengeluarkan Calon Bayi anda. Tapi, ternyata anak nya sudah meninggal lalu bagaimana? Dan Naya pun sudah tidak dapat di selamatkan, bagaimana menurut anda?" Carin menatap serius lawan bicara nya. Bagaimana pun Carin adalah Dokter yang sangat kompeten di spesialisnya.
"Salah satu dari mereka pasti akan bertahan," jawab Saka.
Carin terenyum lalu undur diri.
Ruang Operasi...
"Dok, keluarkan bayi ini dengan selamat. Setelah itu kasus Naya menjadi kasus saya. Akan saya tangani Kanker Otak beliau, dengan sepenuh tenaga saya," ucap Carin, Lalu seluruh dokter pun langsung melakukan tugas nya.
Carin hanya terus menatap datar ke arah sana, berharap bahwa anak itu akan selamat, dan juga Naya tentu nua.
"Bayi berhasil di keluarkan," ucap Dokter utama yang mengeluarkan sebuah bayi dengan jenis kelamin Perempuan, semua keinginan Naya terkabulkan. Selama ini Naya tidak pernah ingin USG, dia selalu berharap bahwa anak nya perempuan.
"Selamat," ucap Suster yang menangani bayi itu, deru nafas bayi itu kembali berangsur-angsur, yang sempat tidak ada nafas sama sekali.
"Terimakasih Bayi, berdoalah agar Ibu 'mu bisa sekuat kamu. Kamu harus tau bagaimana kuat nya seoarang Naya, jangan menyerah, berusaha menangis lah," ucap Carin menepuk pelan pantat Bayi Naya.
Tidak ada respon, kondisi Bayi nya masih sama lemah, hanya nafas yang terasa bahkan tidak ada pergerakan sama sekali.
"Kau harus selamat, jangan menyesia-siakan kerja keras Naya. Aku mohon menangis lah," Carin tertunduk berdoa agar semoga bayi Naya baik-baik saja.
Oekk... Oekk....
"Bagus, bayi yang kuat," ucap Carin lalu mencium pipi merah dari bayi yang belum ia ketahui namanya.
"Bagaimana kondisi Naya?" tanya Carin.
"Tidak baik," jawab salah satu Dokter disana.
"Lepaskan semua alat itu, kita akan mulai pengobatan bagi Naya melalui Radioterapi," jelas Carin...
"Anak anda selamat," ucap salah suster yang sudah keluar membawa kabar baik.
"Terimakasih," jawab Saka seraya meraup wajah nya kasar.
"Hai, Sayang kamu harus tau nanti bagaimana Ibu mu berjuang saat ini. Papah berterima kasih, terimakasih karena telah bertahan," ucap Saka kepada calon bayi nya yang sedang tertidur dalam Inkubator.
"NAYA!" teriak Saka, ranjang Naya di bawa ke sebuag ruangan Intesive.
"Percaya lah, saya akan berjuang yang terbaik. Temui saya di cafe nanti," ucap Carin yang tersenyum manis.
Saka dan Carin pun bertemu secara diam-diam di sebuah Cafe yang sudah di bicarakan sebelumnya.
"Saka, selamat," ucap Carin mengulurkan tangan, dengan senang Saka menyambut tangan itu.
"Maaf Dokter, sebelumnya mengapa anda ingin bertemu saya?" tanya Saka lalu meminum kopi pait yang tersedia rapih di mejanya.
"Masih ingat, dimana anda membawa Naya hari itu?" tanya Carin, yang juga ikut berusaha tenang.
"Ya" jawab Saka.
"Saya Spesialis Kanker Otak, yang hari itu harus mengantingkan teman saya yang harus ada pernikahan," ucap Carin.
"Lalu?" tanya Saka, ia tau arah pembicaraan ini.
"Saat itu, Naya melupakan nama saya walaupun berapa detik saya memperkanalkan diri. Dan, Naya tidak bohong soal pusing itu. Awalnya saya tidak yakin dan juga tidak ingin menduga-duga itu. Tapi, itu jelas mengusik saya," jelas Carin.
Tidak ada jawaban apapun dari Saka.
"Saya mengirimkan sebuah Email pada Naya setelah pertemuan itu. Bahwa saya dengan memberi alasan survei berapa orang yang mudah terkena Kanker Otak pada umur muda," lanjut Carin.
Saka tidak abis pikir dengan jalur pikiran Pacar Kakak Ipar nya ini.
"Survei mengatakan Naya terkena Kanker Otak pada saat itu Stadium 2. Saya tidak tau harus bagaimana saat itu, saya menghubungi Naya dan mengatakan segala nya saat itu, mau tau bagaimana reaksi Naya?" tanya Carin.
Saka mengangguk mengiyakan.
"Dia tersenyum, seolah dia abis menerima permen. Saya menawarkan untuk Naya segera melakukan perawatan, tapi Naya menolak mentah-mentah. Mau tau alasannya?" tanya Carin.
Saka kembali mengangguk.
Carin mengeluarkan sebuah surat. Saka membuka sebuah surat yang di tulis rapih oleh Naya.
"Hai Saka, mungkin setelah kamu membuka surat ini aku sudah tiada atau terbaring lemah dengan puluhan alat. Aku menulis surat ini belum lama, mungkin saat kondisi kandungan ini 7 bulan. Terimakasih telah menemani ku hingga hari ini tiba. Dan maaf karena telah jatuh cinta.
Apakah dirimu berpikir aku telah melupakan masa kecil kita? Jawabanya salah. Satu nama yang selalu aku ingat adalah Saka Armada. Kamu tidak pernah mengatakan nama itu. Tapi, waktu kamu kecelakaan saat itu Bunda meneriaki sebuah nama, yang selalu aku ingat sampai sekarang. Hari itu, hari pertama masuk sekolah. Aku sudah jatuh cinta setelah mengetahui bahwa dirimu baik-baik saja. Awalnya aku hanya ingin sedikit bermain-main dengan memberi dirimu seperti percobaan, bisakah nanti Saka menerima ku? Jawabannya iya. Setelah aku mendengar kabar bahwa di diagnosis Kanker Otak saat itu aku ingin langsung berobat, tapi aku berubah pikiran. Jika saja saat itu aku berobat mungkin kah kita akan menciptakan kenangan ini bersama? Tidak. Terimakasih dan Maaf. Tolong jaga Raikha itu nama anak kita dari aku,"
Sebuah isi surat itu, membuat Saka kembali meneteskan air mata.
"Naya sudah tidak dapat di selamatkan,"

KAMU SEDANG MEMBACA
TERPAKSA MENIKAH (End)
Novela JuvenilCerita Berganti judul, Judul sebelumnya Saka Armada Menikah karena di jodohkan atau karena tragedi? Cerita lika-liku Saka dan Naya untuk mencapai ke titik itu, kehidupan kedua nya penuh dengan pelik dan seperti drama ala-ala sinetron indonesia. Saka...