"Jangan pergi, kumohon,"
~SAKA ARMADA~
.
.
.
.
.
.
.
.
Gadis itu terus menikmati hidangan yang tersedia, Nafanda Yakila.
Acara ulang tahun besar-besaran, Liana ini, di adakan di depan altar hotel. Ya, Hotel itu adalah milik keluarga Liana. Sehebat itukah Liana? Tentu cantik, pintar dan lahir dari keluarga yang kaya. Siapa yang tidak akan suka dengan gadis satu ini?
"Sak, minum dulu," pinta Liana, yang memberikan sebuah nampan dengan dua minuman di atas nya.
Saka tersenyum melihat sebuah minuman yang di berikan oleh Liana, "Gue minum," ucap Saka, tapi pria itu tidak mengambil yang di berikan Liana, melainkan yang di nampan.
Liana membuka mulut nya, "Eh- gue juga minum," ucap Liana.
Minuman kedua orang ini sudah habis, "Dimana Naya?" tanya Liana, Saka melirik ke kanan dan kiri untuk mencari gadis yang sudah mengisi hari-hari Saka selama ini.
"Lagi makan kue," jawab Saka setelah menangkap sosok Naya yang tanpa malu nya melahap kue-kue itu dengan rakus.
Seorang Pelayan membawa sebuah minuman, "Maaf Pak," ucap Pelayan, itu seraya menunduk, setelah menabrak Saka. Minuman itu tumpah begitu saja ke baju Saka.
"Tidak apa-apa," jawab Saka yang mencoba menghilangkan noda kotor pada baju nya.
Liana mengambil sebuah kunci hotel dalam sakunya, "Ke kamar gue aja ya, disana ada mesin cuci," ujar Liana, seraya memberikan sebuah kunci pada Saka.
Saka hanya menatap datar, "Hmm," jawab Saka yang langsung berlalu meninggalkan Liana.
Seringaian licik muncul di wajah tampan Saka, "Permainan yang murahan!"
Suara pintu terbuka, mengehentikan aktifitas Saka, Liana memasuki kamarnya dengan kondisi seperti mabuk.
"Saka, panas." ucap Liana, seraya berusaha membuka satu persatu kancing baju nya.
"Li, lo kenapa?" tanya Saka. Liana sudah seperti ulet bulu yang kepanasan.
"Panas," ucap Liana seraya menyentuh dada Saka sensual.
"Ahh" desah Liana.
"AA...." jerit Liana, saat sudah terbangun tanpa sehelai benang.
"S-saka?" ucap Liana, mencari sosok orang yang sudah membuatnya buta.
Perlahan, Liana membuka seseorang yang masih tertidur di balik selimutnya.
"Gibran?" gumam Liana, dia sungguh merasa tidak salah masuk kamar, lalu sedang apa Gibran di kamar nya?
Lalu Saka?
Kepala berdenyut hebat. Obat itu masih terasa, membuat kepala nya terasa sangat sakit, "Li, maaf," gumam Gibran yang sudah terbangun saat merasa di samping nya ini bergerak.
Gibran menyentuh tangan Liana lembut, "Li, gue salah," ujar Gibran menatap manik mata Liana dalam.
Liana berdecih, "Gue gak ngerasa salah masuk kamar" ujar Liana. Membuat Gibran yang mendengar nya menelan ludah nya gugup.
Flashback on
"Permainan yanh murahan," ucap Saka, dia sudah tau semua rencana murahan yang disusun seindah ini oleh, Liana.
Bagaimana Saka tau? Tentu, sekali saja dia melihat gerak gerik aneh dari Liana bukan hal yang sulit untuk menebak, apa yang di rencanakan oleh gadis itu.
Saka tidak bodoh dia bahkan cukup tau, rencana permainan Liana.
"Gue minum," ucap Saka lalu meneguk minuman itu sampai habis, Saka dengan jelas nyamelihat wajah Liana yang terkejut karena tidak mengambil minuman yang di berikan tetapi, lebih memilih mengambil yang di tampan.
Lalu, orang suruhan yang disuruh Liana pun dengan sengaja menabrak nya dan menumpahkan minuman itu di kemeja Saka, tentu Saka sudah tau semua.
Ingat Saka itu genius, bukan hanya pintar dalam pelajaran. Saka adalah seorang gamers yang hebat. Tentu trik murahan seperti ini akan sangat mudah di tebak oleh Saka.
"Halo..."
"Tumben lo nelfon gue?"
"Dateng ke ulang tahun, Liana sekarang!"
"Gue males"
"Gue tau lo masih suka sama Liana, Gib"
"Terus? Itu bukan urusan lo!"
"Dateng, kalo lo gak mau ngeliat dia tidur sama gue!"
Dan sungguh Gibran benar datang, hanya karna satu kata itu.
Kamar 123 - Sebuah pesan A.N Saka Armada.
Tanpa basa-basi. Gibran datang ke kamar yang di maksud oleh Saka.
"Urus cewek lo," ujar Saka yang meninggal kan Liana yang terus bergumam kepanasan.
Dan disini lah, Liana dan Gibran mengabiskan malam yang panas bukan dengan Saka.
Flashback of
"Lo masuk ke kamar yang bener," jawab Gibran.
"TERUS KENAPA LO YANG ADA DISINI?!" bentak Liana. Mimpi hanya tinggalah mimpi, berharap menghabis kan malam yang panjang dan mengairahkan dengan Saka, tapi semua hanyalah angan-angan belaka. Kenyataan nya adalah Gibran lah yang ada sekarang dan bukan Saka.
"Li, sebegitu cinta nya lo sama Saka? Terus dulu pas lo goda gue, itu maksudnya apa?" tanya Gibran.
"Itu masa lalu Gibran, dan gak perlu lo ulang lagi!" jawab Liana, meremas selimut nya erat. Air mata itu ingin ia curahkan dan tumpahkan begitu saja, ingin teriak dan berkeluh kesah, tapi dia tidak memiliki siapa pun.
"Lo itu gak cinta sama Saka, Liana. Tapi cuman terobsesi!" ucap Gibran membuat mata Liana kembali memanas.
"Bacot! Anggap ini adalah kesalahan yang sama pada hari itu!" ujar Liana yang lalu membungkus tubuh mulus nya dengan selimut, mengambil beberapa helai baju yang tergeletak sembarangan.
"Lo yakin gak ada sedikit pun cinta sama gue?" tanya Gibran yang sudah mencegah gadis itu untuk masuk ke kamar mandi, tenang Gibran nya udah pake bokser, tapi gak tau kapan.
"Gak, dan gak akan pernah!" jawab Liana tegas.
Seringaian licik itu terukir di wajah Gibran, "Gue tau obat perangsang itu kuat, sampe lo gak sadar. Tapi lo harus tau gue sadar sepenuhnya Liana, dan selama malam panjang itu lo cuman desahin nama gue, bukan Saka!" tegas Gibran dengan menaikan sudut bibir nya.
Liana tidak menyangka dengan mulut nya, "Karena gue tau itu lo!" bela Liana.
Gibran mendecih, "Lo gak sadar, Liana! Gue ada di kamar ini waktu lo masuk dan saat itu lo masih sadar, dan jelas lo ngomong Saka karna ngeliat wajah nya! Setelah itu? Lo aja gak tau kalo Saka udah berganti jadi, gue!" tegas Gibran, sedangkan Liana hanya menghela nafas nya.
"Gak penting gue desahin nama siapa, yang harus kita pertegas disini adalah ini cuman kesalahan! Gak usah seolah kita ngelakuin nya karena cinta," ujar Liana.
"Hari itu gue bisa nganggep itu hanya sekedar kesalahan, tapi tidak dengan hari ini!" tegas Gibran.
"Bodo, awas gue mau pake baju!" usir Liana mendorong tubuh kekar Gibran.
"Gue gak nyangka Saka lo pinter juga, tapi gue lebih pinter dari lo. Lo gak tau aja kalo minuman lo juga ada obat nya!" ucap Liana di cermin di mana menampakan wajah nya yang berantakan, dan merutuki dirinya sendiri mengapa Gibran? Ah Liana pun tidak habis pikir mengapa dengan kondisi tidak sadar juga dia masih mengingat Gibran?
Lalu dimana Saka berada?
"Nay..." ucap Saka nanar, dia sudah terbangun dan betapa terkejutnya menampakan wajah cantik yang tertidur dengan ketakutan.
Saka memukul kepala nya sendiri, "Bodoh Saka, lo berengsek!" hina Saka pada dirinya sendiri.
"Enghh...." gumam Naya membuka mata nya perlahan, dan sekilas kejadian semalam terulang begitu cepat nya di memori ingatan nya itu.
"Naya...,." ucap Saka, mendekat pun ia merasa tidak pantas.
"Jauh-jauh dari gue!" tegas Naya, tidak terasa linangan air mata itu menetes dengan deras nya.
"AA... Saka, hiks Naya udah gak perawan lagi," jerit gadis itu seraya menunduk, memeluk tubuh nya sendiri.
"Kan lo emang udah gak perawan Nay,"
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPAKSA MENIKAH (End)
Teen FictionCerita Berganti judul, Judul sebelumnya Saka Armada Menikah karena di jodohkan atau karena tragedi? Cerita lika-liku Saka dan Naya untuk mencapai ke titik itu, kehidupan kedua nya penuh dengan pelik dan seperti drama ala-ala sinetron indonesia. Saka...