[9]

36.2K 2.1K 19
                                    

~Tidak ada kesalahan, semua sudah menjadi garis takdir~

<Happy Reading>

"Saka," panggil Nara, melihat Saka sendu.

"Hmm," jawab Saka, tanpa melirik Nara.

"Bunda, mau ngomong," ucap Nara mengelus puncak kepala Saka.

Saka menatap Nara, terlihat jika wajah itu, sudah menunjukan kelelahan, "Iya?" Saka mengotak-atik robot bongkar pasang, itulah yang Saka sukai. Game, pazle, dan bongkar pasang.

"Gimana Naya ada ngomong sesuatu pas di sekolah?" tanya Nara, mencurigai anak sendiri tidak salah kan?

Introvert memang pandai menyembunyikan perasaannya, tapi tidak dapat berbohong dengan baik.

Saka terlihat termenung, bahkan terlihat canggung, "Enggak ada," jawab Saka tidak sepenuhnya berbohong, karena bagi Saka pun, tidak ada yang spesial.

"Bener kamu gak bohong sama bunda kan?" tanya Nara hanya untuk memastikan, bahkan terlihat dengan jelas jika Saka canggung.

Saka menjadi salah tingkah, "Iya," jawab Saka sekenanya.

Nara berdiri, "Yaudah bunda keluar dulu," ucap Nara seraya tersenyum manis.

"Hmm,"

"Jadi?" tanya Fadil saat Nara istrinya sudah keluar dari kamar.

"Yaudah ayok," balas Nara.

"Bunda mau kemana?" tanya Dira yang tiba-tiba datang mengunjungi ke rumah orang tuanya.

"Dira tumben kamu kesini gak bilang dulu?" tanya Nara, biasanya Dira maupun Deni jika mau berkunjung akan menelfon terlebih dahulu. Kecuali Dinda karna rumah nya yang berdekatan.

"Jadi Dira gak boleh kesini?" tanya Dira, Ia ingin mengunjungi kelurga nya memang salah? Nanti saja, jika tidak pernah main, bilang nya anak durhaka lagi.

"Bukan gitu maksud Bunda Dir kamu kenapa kok sensitif banget?" tanya Nara, biasanya Dira akan mengerti karna dia anak pertama, bahkan Dira memang yang sangat mengerti dengan baik.

"Gak kok Bun hehehe," jawab Dira dengan senyum kuda ala-ala Dira.

"Bunda mau pergi dulu sama Ayah jaga rumah ya?" pinta Nara pada putri nya ini yang datang tepat waktu.

"Siap," jawab Dira seraya bak kapten.
_________

"Aduh maaf ya udah lama nunggu?" tanya Nara merasa bersalah karna tiba-tiba Dira datang dan terjebak macet.

Orang tua Naya dan Saka bertemu secara diam-diam untuk membicarakan kelanjutan perjodohan ini, "Gak papa kok," jawab Andin membalas senyuman hangat Nara.

"Ada perkembangan?" tanya Fadil.

Dirga geleng-geleng yang berarti tidak ada perkembangan apa pun dari Naya "Maaf," ucap Dirga menunduk, menatap tidak enak.

"Aku juga mau minta maaf kemarin malah Naya main nolak langsung nolak aja," ucap Andin seraya tersenyum. Mungkin karena perlakuan Naya, menyakiti hati orang lain.

"Kenapa kalian jadi minta maaf kita semua tau keadaanya ini terlalu mendadak bagi anak-anak jadi wajar aja kalo Naya nolak," ucap Nara memberikan pengertian. Untuk apa mereka meminta maaf, tidak ada yang patut di salahkan.

"Udah coba bujuk lagi?" tanya Fadil setidaknya dia harus sedikit memastikan, masih ada sepercik harapan.

Andin menghela nafas, "Aku belum bujuk Naya lagi," ucap Andin, Ia sedikit merasa bersalah dengan ini.

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang