"Apa?!" ucap Saka terkejut. Tapi, tidak dengan nada bicara nya. Saka masih menunduk dalam, suara di kecil-kecil kan, reaksi yang sangat berbeda dengan kakaknya, bahkan mungkin tikus tetangga berdecak keheranan.
Setelah itu, hening tanpa suara.
Fadil mengernyit, "Saka, kamu gak ada yang mau ditanyain atau apa gitu?" tanya Fadil membuka suara mewakilkan mereka semua. Jika Fadil dan Nara bisa lembut, lain halnya dengan sosok ketiga kakak kandung Saka, mungkin jika tidak ada Nara dan Fadil, Saka sudah berakhir di jalanan, menjadi gembel.
Saka mendongakkan kepala nya, "Saka bisa nolak?" tanya Saka, membuat ketiga kakak nya sukses menganga tidak percaya, menunggu responnya sudah lama, di tambah ucapannya membuat hati membara.
Nara menggelengkan kepala nya, "Enggak," jawab Nara seraya melirik pasukan penolakan perjodohan ini.
Kelebihan Saka bagi keluarga nya hanya dua yaitu tampan dan pintar, Tampan? Jangan tanyakan itu turun menurun Saka sungguh dilahirkan dengan wajah tampan, iris mata tebal, rahang indah, mata sendu dan tinggi. Tapi jika orang-orang mengetahui kekurangan Saka mungkin ketampanan nya tidak akan dianggap dan melupakan bahwa Saka adalah sosok yang tampan.
Fadil menghela nafas nya dalam, "Jadi kamu terima, kan?" tanya Fadil dengan senyum simpul.
Saka menatap aneh Fadil, "Tadi katanya Saka gak boleh nolak," jawab Saka, baiklah kami akui bahwa Saka memang genius.
Nara tersenyum lebar lalu memegang bahu Saka, "Saka besok hari minggu kan? Besok kita ke rumah dia ya untuk kenalan," pinta Bunda dalam hati berharap semoga tidak susah untuk menyatukan kedua sosok berbeda ini.
"Harus banget ketemu?" tanya Saka. Ia memiliki jiwa introvert yang kadar nya sudah makin menjadi-jadi, Saka akan malas bertemu dengan orang-orang baru.
"Terus mau vidio call?" tanya Fadil datar, lurus kaya jalan tol. Stop! Ini menyiksa bagi penonton, seluruh penonton menggulung senyum nya menahan tawa. Jika saat ini, Dinda, Dira dan Deni tertawa, bisa-bisa namanya di buang dari daftar warisan.
Saka menggelengkan kepalanya kecil, "Tapi Saka gak suka," jawab Saka enteng, membuat seluruh keluarga yang sedang menyaksikan ini mengeram frustasi.
Dinda memicingkan mata nya nyalang, "Lo pikir kita bakalan kenalan lewat vidio call, terus ijab qabul juga lewat vidio call, terus malem pertama nya juga lo bakal lewat di vidio call. Sekalian lo pas malam pertama siaran langsung. Sak, lo pikir kita bakal ngelakuin itu semua, ha?" tanya Dinda yang sudah kehabisan kata-kata. Bukan dirinya yang ingin berkata seperti itu pada Saka, jujur hati Dinda ikut meringis melihat kondisi Saka, lagi pula bukan Saka yang menginginkan ini bukan? Semua terjadi begitu saja.
Nara mendengus, pandangan nya lurus pada Dinda yang sedang terbakar emosi, "Dinda kamu udah terlalu kasar," tegur Nara, bahkan bukan Dinda saja yang sudah kehabisan puluhan kata, dirinya juga sama. Hanya saja, Nara lebih melihat sosok Saka yang tidak dapat berbuat banyak, di banding melihat seluruh kekurangannya.
"Maaf Sak, lo yang mancing emosi gue," ucap Dinda mengelap air mata nya kasar, walaupun terlihat kesan tegas, Dinda tetap seperti wanita pada umumnya mudah menangis.
Bahkan, dulu Saka tidak menghadiri pernikahan ketiga kakak nya, menonton dari kamar, menyaksikan semua nya dalam keheningan.
Saka akan keluar hanya ketika di panggil untuk berfoto bersama, setelah selesai Saka akan kembali ke kamar nya lagi tanpa satu kata pun."Udah jangan di besar-besarkan," Deni memeluk tubuh Dinda hangat, untuk mereda tangis sang kakak tentu nya.
"Kalo bisa gitu Saka setuju," ucap Saka enteng, tapi penuh keyakinan. Dinda sudah naik pitam sungguh, apa maksud Saka?
"Bisa apa sayang?" tanya Nara lembut selembut sutra, jangan harap ketiga kakak nya bisa selembut Nara menangani sikap Saka.
Saka menghela nafas nya, "Kata, Kak Dinda tadi," jawab Saka, menatap mata Dinda. Sungguh berani pikir Dinda.
Seluruh keluarga hanya bisa geleng-geleng tidak percaya. Padahal sudah jelas jika Dinda marah, bahkan sampai menangis. Tapi, dengan santainya Saka mengatakan itu. Jika membunuh tidak dosa, mungkin sudah lama Saka di temukan tidak bernyawa.
Dinda menggeram frustasi, "Lo beneran gak tau kalo gue emosi sama lo?" tanya Dinda datar. Dia tidak ingin menangis lagi, tapi berhadapan dengan Saka seperti ini, membuat umur nya makin menipis.
"Kakak marah?" tanya Saka membalas sedikit tatapan Dinda, tidak banyak yang tersirat dari tatapan itu.
"Apa lo bilang?" tanya Dinda dengan tatapan leser, sungguh bisa-bisa Dinda gila jika berhadapan dengan Saka terus-menerus. Jika tidak dicegah oleh Deni, mungkin Saka sungguh akan terbunuh secara perlahan.
Saka mengernyit heran, "Bukanya tadi, Kakak kasih saran?" tanya Saka kembali. Seperti nya Saka memang sengaja menyiramkan minyak ke dalam api.
"Apa lo bilang Saran? Dasar Gila! Lo itu bukan Introverr. Tapi, lo nya aja yang kurang. Bun, Ayah kalian pikir-pikir lagi deh untuk jodohin Saka. Dinda takut bisa-bisa nanti belom nikah, calon istrinya di diagnosis gila lagi," cerca Dinda. Sungguh kesal menghadapi sosok Saka, mengapa ia bisa sangat berbeda dari ketiga kakak nya itu?
Saka menghela nafas, "Saka mau masuk kamar aja, capek." Saka berdiri dari duduk nya. Melihat tatapan aneh dari seluruh keluarga nya membuat Saka terus merasa terintimidasi oleh semua tatapan itu.
Kesel bukan? Anak kelas 2 SMA perangan nya seperti anak SD bukan kah ini belum selesai dibicarakan bagaimana bisa dia tiba-tiba ngomong capek? Kerjaan nya cuman duduk doang, irit ngomong terus capek? Tolong siapapun bawa Saka!
Nara hanya menghela nafas lelah "Yaudah, Saka masuk kamar besok kita bahas lagi," ucap Nara seraya tersenyum manis, bagaimana bisa Nara selalu sabar menghadapi Saka? Itulah tugas setiap ibu.
"Iya bun, coba saran kak Dinda tadi kalian pikir ulang," jawab Saka lalu berjalan menuju kamar nya dengan santai.
"Haiss...," Dira menghela nafas nya frustasi, dari tadi ia ingin marah. Hanya saja, umur yang sudah menunjukan kata dewasa ini mencegah nya.
"Udah kalian istirahat disini atau pulang?" tanya Fadil kepada putra dan putri nya, terkadang melihat satu keluarga berkumpul seperti ini membuat hati Fadil sedikit senang. Kapan lagi masa seperti ini terjadi?
"Aku pulang Yah bisa stress kalo masih di sini aja," ucap Deni yang sudah berdiri dari duduk nya, di susul Nara dengan senyuman merekah.
"Aku juga Yah." Dira memeluk hangat tubuh Nara sebagai ritual yang tidak pernah tinggal.
"Dinda juga," ucap Dinda, ikut memeluk tubuh Nara dengan senyuman.
"Yaudah hati-hati besok kalian gak perlu kesini lagi biar ayah dan bunda yang ngurus Saka," ucap Fadil menjelaskan kepada mereka bertiga.
"Iya Yah," ucap mereka serempak emosi mereka sungguh sudah dikuras menghadapi Saka.
"Gimana pun, perjodohan ini harus terjadi!"
Cast Saka ya...
Tingglkan jejak yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPAKSA MENIKAH (End)
Teen FictionCerita Berganti judul, Judul sebelumnya Saka Armada Menikah karena di jodohkan atau karena tragedi? Cerita lika-liku Saka dan Naya untuk mencapai ke titik itu, kehidupan kedua nya penuh dengan pelik dan seperti drama ala-ala sinetron indonesia. Saka...