[22]

30.8K 1.8K 103
                                    

"Lo sama gue bakal jadi pasangan untuk olimpiade setelah UAS!" jelas Saka menatap lekat manik mata Naya.

Naya diam sejenak mencerna apa yang baru saja di ucapkan oleh Saka, "Pasangan?" tanya Naya yang masih tidak mempercayai apa yang baru saja di dengar nya itu.

"Ya, pasangan!" tegas Saka dengan wajah datar tanpa ada ekspresi apa pun.

Naya masih mencerna perkataan itu dalam pikirannya, dia berpikir keras sebenarnya apa yang di maksud oleh laki-laki dihadapan nya ini?
Naya ingin tidak percaya tapi wajah itu, ya dengan raut ekspresi serius seolah itu sungguh kenyataan yang harus di terima oleh Naya.

"Internasional atau nasional?" tanya Naya sambil memicingkan mata nya seperti akan ada leser yang siap di tembak kepada lawan yang ada di hadapan nya ini.

"Lo mau nya apa?" tanya balik Saka dengan raut ekspresi yang bahkan tidak terbaca oleh Naya.

"GAK USAH BERCANDA!" bentak Naya sambil berdecih menahan amarah yang sudah akan meluap.

Saka menatap datar, "Siapa yang ngajak bercanda sih Nay?" tanya Saka, dada Naya seperti tertimpa puluhan batu, sedangkan kepala nya sudah seperti akan meledak.

Naya menghela nafas gusar jika ada kamera yang tersembunyi mungkin Naya sudah menagangkat tangan nya, "Saka Armada, lo tuh sebenernya mau nya apa sih?" tanya Naya lalu menghempaskan bokong nya di salah satu kursi di sana, Naya sudah tidak sanggup lagi walau hanya untuk menopang tubuh nya. Tenaga nya sungguh sudah di kuras oleh Saka.

"Cuman satu, lo harus jadi pasangan gue Nay" pinta Saka dengan mata berbinar, bahu turun dengan manik mata teduh. Siapa pun yang melihat nya akan menyimpulkan bahwa Saka sedang benar-benar putus asa.

Flasback On....

"Saka kamu ke ruangan saya," peritah Pak Abdi yang langsung di angguki oleh Saka.

"Permisi pak," ucap Saka saat sudah berada dalam ruangan Pak Abdi, Saka tidak pernah membawa hubungan keluarga ke sekolah nya, karna itu dia berusaha se formal mungkin.

"Duduk," perintah Pak Abdi.

Saka sudah duduk dengan tangan di lipat di depan dada, menunggu apa yang akan menjadi topik pembicaraan kali ini.

Saka dengan Om nya cukup dekat karna dulu keluarga Saka pernah tinggal di bandung dan saat itu rumah nya berdekatan dengan Om nya itu. Bahkan saat Saka pindah ke jakarta keluarga Om nya juga memutuskan untuk pindah.

"Saka, setelah UAS akan ada olimpiade," jelas Pak Abdi sambil meleparkan selembar kertas ke hadapan Saka

Mata Saka membulat saat melihat browsur Olimpiade tersebut, Olimpiade pasangan untuk bertanding melawan SMA terbaik di seluruh Jakarta.

"Mewakilkan apa?" tanya Saka, kaki nya terus bergerak bimbang.

"Sekolah," jawab Pak Abdi, Saka tidak bersosialisasi dengan baik membuat diri nya tidak tau berita terbaru.

"Pasangan nya?" tanya Saka, dimana dia akan menemukan pasangan itu? Saka tidak banyak mengenal teman-teman nya.

"Sebenernya boleh dari kelas lain," jelas Pak Abdi jujur memang di browser tersebut juga tercantum jika boleh merekrut siswa dari kelas lain untuk menjadi pasangan.

Saka menghela nafas sambil mengaruk tengkuk nya yang tidak gatal itu.

Abdi mengernyit, "Om tau kamu pengen ikut ini, ajak lah Naya," pinta Pak Abdi.

Raut wajah Saka terlihat seperti sedang menimbang-nimbang, Saka tidak bodoh seperti Naya yang tidak bisa mengukur kepintaran seseorang. Saka tau betul kapasitas otak Naya sangat jauh dari standar.

"Gak, itu namanya malu-malu ini Naya," tolak Saka, jujur saja dia sungguh tidak ingin membuat kesalahan dengan hal itu, apalagi membawa nama Olimpiade yang menyangkut nasional.

"Kamu bisa ajarin dia Sak" imbuh Pak Abdi, Saka mulai sadar dengan arah pembicaraan ini.

"Apa Om gak tau otak Naya tuh jatuh ke dasar sumur yang paling dalam yang hanya ada kegelapan terus di tutupi oleh lumut, bahkan di sana gak ada kehidupan," tutur Saka, membuat Pak Abdi menahan tawa nya apakah Naya seburuk itu? Bahkan bisa lebih buruk.

"Saka bunda kamu-" ucapan Pak Abdi terpotong.

"Oh jadi bunda yang nyuruh," potong Saka melesat tepat sasaran.

"Gimana bisa bunda nyuruh anak gadis orang nginep selama semingu?" tanya Saka seraya menaikan sebelah alis nya.

"Sebenernya Papah Naya yang nyaranin ini," jelas Pak Abdi membuat Saka sukses membulat kan mata nya sempurna.

"Jangan pernah bilang sama Naya," lanjut Pak Abdi, dia sungguh sudah berjanji dengan Nara, bahwa rencana ini tidak akan bocor hingga ke telinga Naya.

Saka diam berpikir, dia mengingat kejadian yang lalu dimana Naya dengan jelas mengatakan bahwa dia akan mengubah Saka menjadi versi Naya, membuat Saka bertanya-tanya apakah dirinya sungguh akan berubah karna gadis itu?

"Oke, Saka setuju," kata Saka dengan yakin.

"Bener nih?" tanya Pak Abdi memastikan dia tidak bisa bgitu langsung percaya dengan keponakan nya ini. Pak Abdi mengingat dengan betul bagaimana Saka waktu kecil yang selalu berbohong.

"Ada syarat nya dong," jelas Saka, sudah pasti pria satu ini tidak dapat di percaya begitu saja.

Abdi sedikit mengernyit, "Udah bapak tebak," kata Pak Abdi sambil melipat tangan nya di depan dada menunggu apa yang menjadi syarat dari Saka.

"Mau satu tahun bahkan berpuluh-puluh tahun Naya enggak akan berubah. Karna emang otak nya jauh di bawah rata-rata. Tapi, Saka bisa sedikit menghidupkan otak nya itu. Jadi Saka setuju untuk ngajarin Naya sampai UAS dan ngeyakinin Naya untuk ikut olimpiade ini, dengan syarat apa pun yang Saka lakuin untuk meyakinkan Naya, Om gak boleh ikut campur!" jelas Saka yang langsung di mengerti oleh Pak Abdi.

"Ok, Bapak gak masalah," balas Pak Abdi yakin.

"Sepakat," Saka menjulurkan tangan nya, dan di balas langsung oleh Saka.

"Oiya bapak hampir lupa Sak, kalo sebelum bertanding melawan SMA terbaik di jakarta kamu harus bertanding dengan calon yang juga mau ikut olimpiade iniz" jelas Pak Abdi, sekolah nya ini tidak bisa langsung saja mengutus perwakilan, tentu harus di tanding kan dulu melawan siswa-siswi terbaik di sekolah nya.

Saka mengernyit heran, "Calon? Jadi Saka di tanding dulu sama anak di sekolah ini?" tanya Saka.

"Iya seperti itu," jawab Pak Abdi.

"Ok gak masalah,"

Flasback Of....

"Apa yang gue dapet kalo ikut olimpiade ini?" tanya Naya

"Ilmu dan ketenaran" jawab Saka, Naya berdecih sungguh dia tidak butuh dua hal itu dia ingin yang lain.

"Gue gak butuh itu Saka Armada!" tegas Naya, Saka menopang dagu nya dengan kaki yang terus bergerak resah.

"Perjodohan ini gak akan terjadi kalo lo mau ikut Olimpiade,"









.

Tinggalkan jejak ya....

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang