[4]

44.8K 2.6K 79
                                    

Nara mengetuk pintu Saka dengan kencang, "Saka ini Bunda," ucap Nara dari luar kamar Saka yang terdengar nada tidak sabaran.

Tidak ada respon....

"Saka," panggil Nara kembali, baiklah nada suara Nara sudah mulai berubah, mengisyaratkan kekesalan.

Cklek!

Pintu kamar Saka yang terbuka sedikit, menunjukan muka bantal yang tentu nya masih tampan, "Kenapa?" tanya Saka setelah melihat Nara di ambang pintu nya.

"Bunda mau ngomong boleh?" tanya Nara seraya tersenyum manis. Nara, hanya akan membicarakan bagaimana soal perjodohan ini. Bagaimana pun Saka harus menikah dengan perempuan pilihan Nara, tidak ada penolakan.

Saka mengernyit, "Itu kan Bunda udah ngomong," balas Saka dengan wajah datarnya, tolong siapapun bawa Saka pergi.

Puluhan pukulan melayang pada bahu Saka, "Ngomong apa? Hmm? Dasar pinter!" hina Nara tapi terkesan seperti pujian.

"Sakit, Bun....," ucap Saka datar, bahkan tenaga Nara sudah terasa melemah semakin tua wanita ini.

"Bun....," panggil Saka membuyarkan ribuan pikiran Nara, wanita paruh baya itu terus memandangi wajah tampan Saka, tersenyum ketir menatap putra yang dulunya selalu, Ia asuh dengan kasih sayang, dan sekarang sudah sebesar ini.

"Iya sayang," jawab Nara seraya tersenyum.

"Di dalam aja," ajak Saka lalu berjalan lebih dulu, menuntun Nara untuk duduk di sebelahnya.

"Saka...," panggil Nara, tak lupa ia menyentuh tangan Saka dengan lembut.

"Iya...," jawab Saka.

"Nanti malem mau ya ketemu sama keluarga nya calon istri kamu nanti," Nara tersenyum, berharap Saka mau dan siap walaupun jauh dalam lubuk hati Nara, ia tidak siap untuk meninggalkan sosok Saka nanti.

"Tap-" Saka ingin saja menolak dan mengeluarkan seribu bahasa yang sungguh menjengkelkan.
Saka membalas sentuhan tangan Nara, dan mengurungkan dalam-dalam rasa ingin menolak. Saka sadar, 18 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mengurusnya dalam belaian kasih sayang sepanjang masa. Cukup, mungkin sampai sini saja Saka merepotkan sosok wanita tua ini, rambut-rambut yang sudah mulai memutih, mengatakan segalanya bahwa, Ia lelah dan sekarang mungkin saat yang tepat untuk pergi jauh....

Nara tersenyum hangat, berharap Saka mau jika hanya untuk bertemu dan saling sapa saja. Butuh waktu lama untuk memikirkan ini, ribuan kecemasan bahkan pernah hinggap dalam benak Nara, tapi semua sirna ketika melihat sosok gadis itu, gadis ceria, dan selalu tersenyum. Pikiran tentang 'Bagaiaman jika nanti Istri Saka, langsung meminta cerai?' Semua kecemasan itu tergantikan oleh senyum ceria gadis yang mungkin nanti akan berdiri di samping Saka.

"Kenalan dulu aja ya," bujuk Nara. Ia sudah membuat janji tentang pertemuan ini, jika Nara beserta keluarga tidak datang, kepercayaan mereka akan hancur seketika.

"Terus?" tanya Saka.

"Keputusan terakhir ada di tangan kamu sama wanit itu," jawab Nara. Walaupun kecil, tapi sekilas ada sedikit cahaya masuk yang memungkinkan orang akan melihat nya dengan jelas walaupun samar.

"Kalo saka terima tapi dia enggak gimana?" tanya Saka, ia tau akan kondisi nya yang seperti ini. Bukan hal mudah untuk menerima dirinya begitu saja.

"Saka, Bunda itu milihin kamu cewek yang pas. Percaya deh sama bunda," balas Nara, sebenarnya Nara belum tau dengan betul bagaimana sosok gadis itu, hanya saja semua orang akan percaya jika sosok nya memiliki, kepribadian kuat bukan?

"Yakin?" Saka hanya ingin meyakinkan dirinya sendiri. Ia sungguh merasa cemas akan hal itu, bagaimana jika nanti Saka langsung ditolak? Memang siapa yang ingin menikah dengan Saka?

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang