[13]

33.4K 2.1K 65
                                    

Sambil dengerin lagu nya
Andmesh-Hanya Rindu

Gak mau sambil di dengerin gak papa sih.
Biar dapat feel nya aja sih.


<Happy Reading>

7 hari setelah meninggal nya Andin. Semua aktivitas di rumah ini belum berjalan seperti biasa, keluarga ini masih di tutupi oleh awan kesedihan.

Naya termenung di meja makan. Dia masih ingat betul bagaimana dulu Mamah nya menyuruhnya untuk belajar masak, tapi dengan mudah nya saat itu Naya melawan bahkan dengan mudah nya saat itu Naya berbicara kasar pada nya, Naya sangat menyesal Andin, pergi sebelum melihat Naya sukses.

"Mamah, kenapa pergi dari Naya sih?" tanya Naya monolog sendiri tak terasa air mata nya kembali menetes tidak ada kata kering untuk air mata yang tiap hari menangisi kesalahannya.

Tangan kekar memeluk Naya. Ya, milik Dirga, semarah-marah nya Dirga dia tetap tidak menyalahkan Naya atas kematian istri nya, yaitu Andin.

"Nay," panggil Dirga yang sudah duduk di samping Naya, Dirga meringis melihat Naya putri nya yang selalu menangis seperti ini.

"M-maafin Naya Pah," ucap Naya sambil memeluk Papah nya itu bagaimana pun Naya merasa sangat bersalah atas meninggal nya sang Mamah.

"Nay, kamu udah ngomong berapa kali coba kata maaf, Mamah udah tenang disana Nay. Kalo kamu tangisin terus kaya gini Mamah di atas nanti gak suka loh liat Naya terus-terusan sedih gini," jelas Dirga nya menenangkan sang putri.

Saat Dirga menampar Naya semua kenangan masa kecil putri nya itu mendadak terlintas seperti kaset rusak.

"T-tapi-" ucapan Naya terpotong.

"Kak Nay....," panggil Rico tersenyum ceria jika kalian tanya apakah Rico tidak sedih? jawabannya dia tentu sangat sedih. tapi Rico adalah Rico yang ceria dan jahil dia tidak akan terus berlarut dalam kesedihan ini.

Untuk pertama kalinya setelah Andin meninggal senyum Naya terbit kembali di wajah nya yang sangat cantik itu.

"Kak Naya.... Jangan sedih teruss nanti muka nya jelek tambah jelek aja," ucap Rico menggoda Naya, itu sambil memegang pipi Naya lalu menarik nya agar sebuah senyum kembali tercipta di sana.

Naya tersenyum pilu, "Rico maafin kakak ya," pinta Naya merasa bersalah juga rasanya dia telah meregut seseorang dari adiknya ini.

Rico mencebikkan bibir nya, "Rico gak mau maapin kakak ah," jawab Rico dengan wajah khasnya itu.

"Kakak harus lakuin apa biar Rico mau maapin kakak hmm?" tanya Naya seraya tersenyum ketir.

"Jangan nangis lagi kak" pinta Rico tersenyum ringan agar kakak nya ini berhenti menyalahkan diri sendiri terus menerus.

Naya kembali tersenyum, "Kakak gak janji ya," jawab Naya sungguh dia tidak bisa berjanji untuk hal itu air mata nya keluar tanpa di perintah.

"Yauda janji satu hal aja sama Rico," ucap Rico.

"Apa?" tanya Naya

"Jangan pernah nyalahin diri sendiri lagi kak, ini bukan salah Kakak itu udah takdir mau sampai kapan kakak terus bilang maaf. Kak Nay kekuatan Papah ada di kakak setelah Mamah pergi. Kak Nay kalo kakak tanya kenapa kok Rico gak sedih? Rico juga sama kaya kakak yang nangis malam-malem, tapi mau sampe kapan? Rico cuman pengen kita balik kaya dulu lagi Kak jangan tangisin Mamah terus menerus  nanti Mamah ikut sedih loh," jelas Rico sambil meneteskan air mata kerinduan pada mamah nya.

"Naya kangen Mamah," ucap Naya, bibir nya bergetar menahan sebuah tangisan.

Niko bergabung dengan yang lainnya setelah pulang dari kampus walaupun sedang berduka Niko harus tetap sidang skripsi.

"Nay....," panggil Niko miris melihat Naya yang terus saja menangis.

"Kak." Naya menghamburkan badan nya kepada Niko. Tentu kakak nya itu akan menerima dengan pelukan hangat.

"Naya kangen mamah," ucap Naya sekali lagi ingat Naya adalah anak yang manja bisa di katakan bahwa Naya adalah anak mamah.

"Nay jangan gini terus kamu harus terima sekarang, Naya harus jadi putri yang diharapkan keluarga kan?"  tanya Niko, Naya masih berada di dada kakak nya itu hingga baju Niko basah karna air mata Naya

"Na-naya gak bisa," jawab Naya merasa bersalah lalu sebuah tangan mengelus kepalanya.

"Kata siapa Naya gak bisa? Naya pasti bisa, Nay kamu harus bangkit besok harus sekolah," pinta Dirga menasihati Naya, dari kemarin Naya selalu menghindari pergi ke sekolah kembali dengan alasan masih berkabung.

Naya mengangguk, mengiyakan.

"Kak kita sama-sama bangkit jangan kaya gini teruss ya," ucap Rico

"Nay jangan terus-terusan nyalahin diri sendiri ok," ucap Niko

Naya tersenyum melihat keluarga nya mendukungnya dengan iklas padahal jika di pikir-pikir Naya lah yang merengut sosok Mamah dari Niko dan Rico. Tapi, dari mereka tidak ada yang mengakimi Naya soal itu semua, bahkan mereka menerima dengan lapang walaupun sakit, "Naya bakal bangkit lagi," ucap Naya seraya tersenyum.

"Ini baru anak kebanggaan Papah," ucap Dirga nya itu sambil memegang kepala Naya, membuat hati Naya bergetar soal anak kebanggan. Dia bukan lah anak kebanggan keluarga ini lagi.

Naya tersenyum "Naya akan buat kalian bangga," ucap Naya lalu berjalan memasuki kamar orang tua nya.

Naya berada di kasur milik Mamah dan Papah nya ini lalu memeluk salah satu bantal disana "Mah besok siapa yang bangunin Naya ya?"

"Yang masakin Naya lagi siapa?"

"Yang ingetin Naya lagi mulai sekarang siapa?"

"Mah, Naya minta maaf,"

"Naya minta maaf waktu itu sempet kasar sama Mamah,"

"Mah, aya pengen ketemu mamah lagi,"

Monolog Naya sendiri seraya menangis hingga tertidur di kasur orang tuanya itu.

"Naya....,"



Tinggalkan jejak yaa, terimakasih sudah mau membaca.

TERPAKSA MENIKAH (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang