9 ÷ Bukan Akhir, Tapi Awal

6.1K 1.3K 638
                                    

A/n : Heh, jangan pada nangis dulu, belom apa2 ni:v

Dah lama kan gak liat saia triple apdet, nih sekarang saia triple apdet (yang kemaleman) hahahaha😗😗😗😗😗😗😗 lagi gabut gais makanya nulis mulu.

***

Hari Senin ini, aku, Yun, Nina, sama Jiya gak makan di kantin. Soalnya kita tuh udah rencana gitu bawa makanan dari rumah. Kita ada rencana mau bikin annual pass biar bisa ke Dufan gratis setahun, nah ngumpulin uangnya ke Jiya sehari lima ribu. Paling tadi ke kantin beli es teh babeh sama Yun berdua.

Aku gak liat Kak Andra hari ini di kantin, biasanya dia ngantri mie di warung Mas Alam. Apa mungkin Kak Andra masih di kelas atau udah duluan, ya?

"Heh, Wakkkk, bentar Wakkkk," heboh Yun yang lagi nyedot es teh. Cewek tinggi kaya tiang ini sekarang narik aku buat duduk di kursi kantin sambil natap ponselnya fokus. "WAK, NAMA KITA ADA WAK. KITA LOLOS ALHAMDULILLAH WASYUKURILLAH AMA BADU!"

"Lolos ke mana?" Aku kebingungan. Ini Yun kenapa, sih?

Yun kini menghela napas dan memegang kepala belakangku, mendorongnya ke depan sambil berkata, "Nih, liat! Kita lolos audisi buat masuk eskul padussss. Ya ampun."

Aku melihat deretan nama yang ada di sana. Kuhitung, memang jumlahnya sama seperti yang daftar. Bedanya, nama Yun ada di bagian sopran, dan aku alto.

"Ini maksudnya apa sih, Yun? Kok kamu di sopran aku alto?"

"Sopran itu suara tinggi cewek, Wak. Alto suara rendahnya."

"Oh, gitu." Aku ngangguk-ngangguk. "Maksudnya aku fals gitu, ya? Emang sih. Kemaren nada do tinggi aja gak sampe."

"Gak gitu dong, Wak. Jenis suara manusia kan beda-beda. Kalo suara sopran itu biasanya pake suara satu alias suara asli kaya nyanyi biasa. Kalo suara alto itu pake suara dua, lebih rendah dari suara sopran."

"Gak ngerti, Yun bisa?"

"Bisa dong, nanti gua ajarin, Wak, santuy."

"Oke deh. Soalnya Moza gak ngerti apa-apa soal padus, asal masuk aja."

"Tenang, Wak, nanti di sana pasti dilatih lagi sama kakak-kakaknya, jangan goyang-jangan goyang."

Aku yang mendengar itu, memukul lengan teman dekatku sejak MOS. "Yaudah, balik kelas yuk! Nina sama Jiya udah nunggu tuh, kasian mereka."

Chapter satu novel baru kemarin udah selesai aku buat. Di sana aku buat tokohku yang namanya Abel jatuh cinta pandangan pertama sama kakak kelas yang namanya Navian pas Kak Navian gendong Abel yang pingsan pas upacara gara-gara lupa sarapan. Dan nanti aku bikin Abel gak tahu kalau Kak Navian udah punya gebetan, namanya Kak Keshia.

Aku udah tulis beberapa ideku---termasuk di mana aku ikut les di rumah Kak Navian dan juga scene dibonceng pulang pakai sepeda---yang akan dimasukkan ke dalam novel.

Aku mau buat cerita tentang sosok Abel yang berusaha buat dapetin Kak Navian dan bikin Kak Navian bisa berpaling buat gak kagum lagi sama Kak Keshia yang perfect. Aku gak tahu sih nanti endingnya Navian akan jadi sama Abel atau Keshia, masih abu-abu.

***

"Allahu akbar," ucap Pak Hamdan di depan sana yang membuat kita ikut sujud. Ini sujud terakhir sebelum tahiyat akhir salat dzuhur jamaah di sekolah. Suara Pak Hamdan itu selain bikin ngantuk, juga amat sangat kecil jadi kalau dia jadi imam tuh berasa bisik-bisik.

Aku yang udah nungguin beberapa saat setelah mengucap bacaan sujud tiga kali, kini mulai kebingungan karena gak denger suara Pak Hamdan sama sekali. Apa jangan-jangan aku yang budek jadi gak denger kalau udah pada duduk tahiyat akhir?

Mozarella Cheese✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang