55 ÷ Mulai Buka Hati Lagi

6.1K 1.3K 1K
                                    

A/n : Double apdet.

***

Kak Strau ngompres pipiku yang agak bengkak pakai air dingin. Aku udah gak nangis sekarang, cuma masih sesenggukan aja.

"Kak Andra gak apa-apa?" tanyaku sambil natap ke arah cowok yang duduk di sofa sebrangku dan Kak Strau di ruang tamu. Dia Kak Andra. Pipinya beberapa bagian lebam karena pukulan Kak Alvin gak jelas itu.

"Ya, saya gak apa-apa," balas Kak Andra yang sekarang menatapku balik. Gak lama sih, karena setelah itu dia kembali masukin obat yang dia pakai buat ngobatin luka ke kotak P3K.

"Alvin itu emang bener-bener kurang ajar," ucap Kak Strau yang sekarang berdecak sebal, membuatku dan Kak Andra mengalihkan pandang ke arahnya. "Liatin aja sih, aku bilang ke mama biar tahu rasa!"

Kak Strau yang udah selesai ngompres pipiku, sekarang mengambil ponsel yang ada di atas meja dan mengutak-atik benda itu. Gak lama kemudian, dia menempelkan ponsel ke telinga dan natap aku.

"Aku mau telpon mama dulu," kata Kak Strau dan setelahnya ninggalin aku sama Kak Andra berdua di ruang tamu.

Sepeninggal Kak Strau, aku langsung pindah duduk di sebelah Kak Andra. Kak Andra langsung geser tubuhnya dan nyiptain jarak antara kita. Aku yang paham kalau Kak Andra gak mau duduk terlalu mepet, langsung mengambil sesuatu buat jadi pembatas kita berdua. Sekarang pakai bantal sofa.

"Perih banget, Kak?" tanyaku, natap dia dengan raut wajah sedih.

"Lumayan." Kak Andra ngangguk. "Gak apa-apa, nanti juga sembuh."

"Kenapa Kak Andra gak lawan dia, sih?"

"Dia serang saya tiba-tiba, saya gak siap karena gak tahu dia bakal lakuin itu."

"Biarin aja, nanti aku bilang ke mama! Kak Alvin itu rese banget. Kakak udah sering cerita sama Moza kalau Kak Alvin nyebelin. Awalnya doang baik, lama-lama suka selingkuh, suka marah-marah lagi. Aku gak mau punya kakak ipar kaya Kak Alvin. Untung Kak Strau udah putusin dia sekarang," ucapku panjang lebar. "Kak Strau pantes dapatin cowok yang lebih baik dari Kak Alvin. Iya kan, Kak?"

Kak Andra yang dengar itu, cuma tersenyum tipis.

***

Mama yang tahu aku kena tampar sama Kak Alvin, marah banget. Dia minta Kak Strau foto bekas tamparan di pipiku dan divideoin juga buat bukti lapor ke orang tua Alvin. Kebetulan Mamanya Alvin ini teman dekat mama. Jadi gampang ngomongnya.

Aku sempat gak masuk sekolah satu hari karena besoknya tubuhku demam. Kak Strau sempat beliin aku bubur sebelum dia berangkat sekolah dan ngasih obat penurun panas. Dia juga pulang siang setelah ujian, ijin pulang cepat ke wali kelas dan gak ikut pendalaman materi sepulang sekolah demi ngejagain aku yang sakit.

Sepulang dari luar kota, Mama Irene ngatur janji temu sama Mamanya Alvin. Mama juga bawa aku sama Kak Strau nanti. Sementara, Mamanya Alvin nanti bawa anaknya. Mama Alvin belum tahu soal ini.

Di sekolah, kakak udah mengabaikan Kak Alvin pake banget. Kak Alvinnya sih masih suka ngejar-ngejar Kak Strau, tapi Kak Strau menghindar. Teman-teman satu gengnya yang high class semua itu walau sombong tapi bisa protect kakak dan jagain dia dari Kak Alvin. Kak Alvin gak berani datang ke rumah karena takut ketemu keluargaku.

Kak Alvin gak berani ganggu Kak Andra, aku juga bisa sedikit lega karena Kak Malik dan Kak Ken selalu ada di samping Kak Andra di sekolah.

"Halo, Jeng Irene, apa kabar?" Saat ketemu, mama sama Mamanya Kak Alvin seperti biasa cipika-cipiki dulu. Aku gandeng tangan Kak Strau yang natap Alvin dengan sinis. Cowok itu berdiri di dekat mamanya. "Ayo, saya udah pesan meja di kafe ini. Yuk masuk!"

Mozarella Cheese✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang