7 ÷ Ucapan Selamat Malam Andra

6.3K 1.3K 620
                                    

A/n : Kalo ada satu atau lain hal yang kurang berkenan di part ini mon maap. Ditulis berdasar sudut pandang pribadi dan dari hal-hal yang pernah dibaca dan ditemui😗

***

"ASTAGFIRULLAHHHH, IHHHH FRUSTASI."

Udah dua jam berkutat di atas ranjang buat mengawali kalimat novel, tapi berujung dengan wordku yang sekarang masih blank alias putih polos gak ada apa-apa.

Aku menghela napas dan membanting tubuh ke belakang. Menghela napas sembari menatap langit-langit kamar. Beberapa camilan yang kubawa udah abis, playlist lagu yang kucari sebagai pendukung kegiatan menulis juga udah diputar satu album, tapi ide di otak kaya kerasa macet banget buat dikembangin. Kenapa, sih?

Tadinya, awalan cerita mau dimulai dari di mana alarm yang disetel Abel berbunyi dan Abel bangun dari tidur. Terus Abel dibuat kesiangan ke sekolah dan dihukum. Tapi berdasarkan tulisan-tulisan rant wattpad yang banyak aku kunjungi, scene itu udah terlalu mainstream dan banyak dipakai. Katanya juga, scene itu membosankan. Jadi aku mengurungkan niat buat jadiin scene  tersebut sebagai awalan dari ceritaku.

Berdasarkan rant wattpad dan tips-tips terbit yang pernah aku baca juga ... tiga lembar halaman awal novel kita menentukan seorang editor memutuskan untuk mengambil naskah kita atau gak. Sampai sekarang aku belum nemu momen apa yang sekiranya pas buat jadi awalan cerita yang menarik di mata editor. Aku bingung.

Aku menoleh ke arah Kak Strau yang masuk ke dalam kamar setelah cuci muka di kamar mandi. Dia duduk di ranjangnya sambil membawa sheet mask. Rutinitas sebelum tidurnya adalah maskeran. Kata Kak Strau, biar wajahnya shining, shimmering, splendid.

"Ngerjain tugas?" tanya Kak Strau yang kini menatapku juga karena sadar aku perhatiin.

"Bikin novel baru, tapi lagi bingung mau nulis apa di halaman pertama, huft."

"Novel terusss. Mending belajar deh, beresin nilai kamu tuh, dibanding ngerjain hal yang gak berguna begitu. Hidup kamu kebanyakan ngayal dan berimajinasi, gak bagus."

"Moza mau ikut lomba, Kak," balasku. "Kalo menang dapet sepuluh juta tahu."

"Emang kamu yakin bakal menang?"

"Gak, sih. Tapi aku mau nyoba aja."

"Kalo kamu gak yakin, mending gak usah. Biar waktumu gak kebuang sia-sia."

Aku cemberut dan kembali menatap langit-langit kamar. Perkataan Kak Strau emang ada benernya, cuma kan apa salahnya buat coba? Toh bisa jadi pengalaman, kan?

Aku mutusin buat kembali duduk dan menatap notebook yang ada di depanku. Aku dan Kak Strau masing-masing punya satu, dibeliin papa biar gak rebutan. Soalnya dulu aku sering nangis pas mau numpang nulis di laptop tapi Kak Strau marah-marah. Dia gak mau pinjemin lagi setelah aku gak sengaja ngapus salah satu file tugasnya waktu itu. Jadi papa mutusin buat beliin notebook baru.

Aku meng-close aplikasi word di laptop, lalu memilih shut down dan tidur aja. Mungkin besok pagi saat aku bangun tidur, aku bisa buat part pertama novel baruku.

"Itu sebelum tidur sampah makanan diberesin terus dibuang. Jangan lupa disapu dulu seprainya, takut ada remahan makanan yang masih sisa," perintah Kak Strau yang tengah memainkan ponsel dengan wajah yang dipakaikan sheet mask. Kak Strau jadi mirip ultraman. "Laptop taruh di tempat semula lagi, jangan asal naruh. Papa beli mahal, pakai uang. Belajar rapi ke barang sendiri."

Aku menuruti ucapan Kak Strau tanpa jawab apa-apa. Setelah membuang bungkus-bungkus camilan ke tempat sampah yang ada di dekat pintu kamar, aku mengambil sapu lidi yang ada di sudut ranjang dan menyapu seprai sambil memukul-mukul ranjangku sebelum dipakai tidur.

Aku merebahkan diri dan menyampingkan tubuh menghadap tembok, membelakangi Kak Strau yang masih sibuk dengan ponsel. Aku mengecek chat masuk, tapi pesanku yang tadi belum di-read.

"Aku vn aja ya, Ndra? Capek ngetik nih. Btw itu tugas kamu sampe sepuluh lembar? Gila, rajin banget. Aku aja cuma ngerjain lima lembar."

Aku yang menguping pembicaraan Kak Strau dengan seseorang, langsung menyahut setelah Kak Strau mengirim voice notes-nya.

"Kakak lagi chat-an sama Kak Andra, ya?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya.

"Iya," sahut Kak Strau. "Kenapa?"

"Suruh read pesan aku, dong! Aku ada nanya sesuatu nih, gak dibales-bales."

"Oke, bentar." Kudengar, Kak Strau kembali merekam suara. "Ndra, kata adik aku, pesannya di-read. Dia nanya sesuatu."

Gak lama kemudian, Kak Strau menyahut, "Andra bilang nanti, Moz."

Aku yang masih membelakangi Kak Strau, cemberut. "Giliran Kak Strau dibales, aku dikacangin," ucapku.

"Ya mungkin kamu nanyain hal yang gak penting, bukan tentang pelajaran, kan?"

"Bukan, sih."

"Sabar, dia masih nugas. Nanti juga dibales kalo udah luang."

Apa susahnya sih tinggal liat pesanku dulu terus bilang : nanti saya bales, ya? Saya lagi ngerjain tugas.

Kan seenggaknya enak, gitu.

Aku memutuskan untuk membaca buku-buku di wattpad dari author favorit yang beberapa udah di-update. Sampe gak kerasa udah dua jam baca, baru aku terima balasan dari Kak Andra.

Kak Andra
Maaf baru bales
Kak Andra
Kamu mau tanya apa, Moza?

Aku segera mengetikkan balasan buat dia.

Mozarella
Tadinya mau nanya banyak, cuma ini udah malem, takut ganggu kakak
Mozarella
Besok aja pas balik les☺

Kak Andra
Yaudah

Mozarella
Kakak lagi apa?

Kak Andra
Saya baru pulang dari warnet, habis print tugas

Mozarella
Oh gitu:( kalo gitu istirahat deh kak, udah malem nih

Kak Andra
Iya, kamu juga

Mozarella
Hehehehe, aku tidur kalo udah diucapin selamat tidur sama Kak Andra
Mozarella
Kan kita sekarang lagi pura-pura pacaran:p

Kak Andra
Oke
Kak Andra
Malam

Mozarella
Hehehehe, malam juga kakak pacar💜

Di lain tempat, Andra memilih untuk gak lagi menjawab pesan Moza. Lelaki yang udah selesai membereskan buku-buku pelajaran ke dalam tas untuk dibawa besok pagi, kini menggantung tas hitamnya lagi ke paku dan tidur di kasur lantai yang sudah bertahun-tahun menjadi alas tidurnya selama ini. Dia mengambil bantal kapuk yang keras, menepuknya sekilas dan merebahkan diri di sana.

Helaan napas keluar dari mulut Andra saat dia bisa merebahkan diri setelah lelah beraktivitas seharian tanpa jeda.

Dia menoleh ke arah adik perempuannya yang tidur di kasur busa kecil yang dibelinya beberapa bulan lalu. Gebi sering mengeluh badannya sakit-sakit setiap kali tidur di kasur lantai.

Andra sempat tersenyum saat melihat adik perempuannya bisa tertidur pulas tanpa mengeluh sakit lagi, dan setelahnya mengirim pesan pada seseorang dulu sebelum tidur.

Andra
Aku udah di rumah sekarang
Andra
Malam, Strau

***
A/n : NGEHEHEHEHEHE.

17/04/20, 11.10.

Mozarella Cheese✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang