29 ÷ Met Tidur, Kak Andra

5K 1.2K 503
                                    

A/n : OIYA lupa ngucapin di part sebelumnya, gak afdol kalo setiap pencapaian gak dirayain bersama awokwowkwowk. Happy 20K votes gengsssss💜💜💜💜 Makasih ya dah pada nongkrong di mari. Betah2 u padaan😆

Double apdet nih hadiahnya, respon kalian di part2 sebelumnya oke jadi saia semangat ngetiknya.

***

Sejak tadi, Andra murung. Hadiah yang dia kasih buat Strau ternyata malah dikasih lagi ke Moza. Andra tahu, kalau barang yang udah dikasih ke orang lain bebas untuk diapakan karena jadi hak orang tersebut. Tapi kok rasanya beda?

Moza pulang sama Papa Suhen dengan wajah ceria. Dia borong banyak camilan, buat simpanan di kulkas. Kadang camilannya ada yang dia bawa ke sekolah juga, buat dimakan sama temen-temennya. Yun yang paling suka kalo Moza bawa makanan melulu.

"Ma, Kak Strau mana?" tanya Moza yang bawa-bawa dua kantung plastik. Satu makanan, satu lagi buah-buahan. Dia menaruh kantung buah ke atas meja makan supaya diperiksa dulu sama Mama Irene dan dicuci sebelum dimasukin kulkas, sementara dia sendiri langsung buka kulkas dan masuk-masukin makanannya.

"Lagi di jalan katanya."

"Lama banget, ke mana, sih?"

"Biasa, jalan-jalan aja kakak kamu mah. Kaya gak tahu Kak Strau."

"Kak Strau jalan-jalan gak pernah ajak Moza, malesin. Sekali-kali kek gitu ajak ke mana, mainnya sama temen-temennya terus," dumel Moza yang menutup pintu freezer setelah menaruh es krim ke dalam sana.

"Emang Moza mau ke mana?"

"Mau main sama Kak Strau! Naik bus gratis kek, ke PIK kek, ke perpusnas kek, ini mah mainnya mal lagi mal lagi. Sebel."

"Ya udah, nanti mama bilang Kak Strau besok supaya ajak kamu jalan. Kan besok Minggu."

"Tapi besok Moza les," kata Moza. "Moza gak mau absen les, nanti gak ketemu Kak Andra."

Mama Irene terkekeh. "Dedek suka sama dia, ya?"

"Gak tahu. Tapi aku kagum banget. Dia pekerja keras, terus dewasa juga," jawab Moza yang sekarang menutup pintu kulkas. "Moza tuh mau punya pasangan yang dewasa, biar bisa mengimbangi gitu, lho."

"Huuu, anak kecil. Ngomonginnya udah pasangan aja." Mama Irene mengacak-acak rambutku saat aku mendekat ke arahnya yang mau cuci buah. Aku nyengir. "Nanti kamu infoin pembaca kamu, ya? Bilang yang ikut PO bukumu waktu itu suruh hubungi nomor mama. Biar mama masukin grup."

"Mama mau ganti uang mereka?"

"Nanti ada dua opsi, kalo mereka masih mau bukunya, mama udah ada penerbit mandiri yang bisa bantu. Asal mereka sabar nunggu. Kalo mereka mau uang mereka balik, nanti mama transfer. Intinya kamu suruh gabung aja dulu di grup, nanti mama jelasin di sana."

"Iya, Ma. Makasih banyak ya, Ma," ucap Moza. "Moza sayang sama mama, sama papa juga deng."

Mama Irene yang mendengar itu, tertawa.

"Terus itu katanya papa laporin Kak Vanila ke polisi, gimana?"

"Polisi bilang dia udah nemu keberadaan penipu itu, dia ada di Palembang sekarang, kabur ke sana, secepatnya akan segera ditangkap," kata Mama Irene. "Sore tadi papa baru dapet laporan."

Moza deg-degan banget. Semoga Kak Vanila beneran bisa ketangkap dan masuk penjara. Biar gak ada lagi korban-korban yang dia rugikan, Aamiin.

***

Saat aku buka notebook-ku lagi, kulihat folder berisi novel-novelku. Yang terakhir kutulis adalah novel setengah jalan yang akan diikutsertakan dalam lomba. Udah hampir setengah waktu berjalan, tapi aku sama sekali gak berminat buat ngelanjutin itu. Gak berguna.

Mozarella Cheese✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang