75 ÷ Untung Belum Ngapa-Ngapain! (END)

14.4K 1.5K 1.1K
                                    

A/n : Akhirnya ... kita sampai di akhir cerita huehuehue abis ini gua mo hiatus bentar karena mo rapiin naskah buat dikirim ke penerbit, kalian yang mau beli jangan lupa nabung ya😁 Jangan hapus buku ini dulu dari library, dan follow akun instagram gua : cimolil, dan instagram penerbit : perfectopublisher biar gak ketinggalan info update buku Moza yang mau terbit. Siapa tau Mimi ngadain GA kan heuheuheu.

Double apdet terakhir di buku ini💜

***

"Dara?"

"Apa?"

"Uhhhh, lagi makan apa, Sayang?"

Luvhy Andara, itu nama anakku sama Mas Andra. Usianya sekarang udah dua tahun, Dara tumbuh jadi anak yang pintar kaya papanya.

Aku sumbang nama Luvhy buat dia, dan Mas Andra mau nama anaknya diambil gak jauh dari dia. Jadi dinamain Andara. Dulu pas bayi dia dipanggil Luvhy, tapi seiring dia tumbuh, Luvhy gak mau nengok kalau dipanggil Luvhy. Giliran dipanggil Dara baru dia nengok. Emang dasar benihnya Mas Andra!

"Uding," jawabnya yang makan sambil monyong-monyong.

"Oh, puding. Enak?"

"Nak," sahutnya lagi. Dia kalau ditanya sama siapa pun pasti ngejawab, untung humble-nya sama kaya aku. Gak kaya Mas Andra. 

"Dara suka puding, ya? Rasa apa yang Dara suka?"

"Klat, beyi."

"Oh, coklat sama stroberi." Aku ngangguk, paham sama maksudnya.

Andara ini campuran antara aku sama Mas Andra katanya. Matanya bulat kaya punyaku, hidung sama bibir sama kaya Mas Andra.

Andara paling suka sama puding. Hampir setiap hari dia makan puding. Pagi-pagi aku atau Gebi pasti udah buat puding di kulkas, soalnya Andara suka nyari.

Setelah Andara lahir, aku tinggal sama Mama Irene. Soalnya aku belum bisa ngurus anakku sendirian. Udah gitu dia suka rewel di malam hari dan gak bisa diam padahal aku udah lakuin apa pun ... aku sampai sering ikut nangis karena dia, bingung abisnya harus apa, aku ngerasa lelah gak punya waktu istirahat.

Aku sempat ngerasa depresi, aku pikir dia gak nyaman sama aku karena gak pernah mau diam setiap aku tenangin di malam hari. Giliran sama mama, baru dia mau tenang dan tidur. Aku sempat merasa gak berguna jadi mama, sampai rasanya ngeliat Dara aja aku gak mau karena dia pasti selalu nangis sama aku. Gak kaya pas dipegang mama.

Akhirnya Dara kecilku dulu mama yang ngasuh karena aku kena baby blues. Kalau diingat-ingat, lucu juga. Mama bilang, jadi ibu baru wajar ngalamin hal itu. Butuh adaptasi. Untungnya sekarang aku udah gak ngalamin baby blues, cuma satu bulan aja karena Mas Andra dan keluargaku selalu support. Sekarang aku sayangggg banget sama Dara, rasanya kalau ninggalin dia lama-lama gak bisa soalnya kangen.

"Haloooo, Sayang. Gwemesnya Tante!" Gebi yang baru aja keluar dari kamar dan siap-siap mau pergi kerja, sekarang menghampiri aku dan Dara yang ada di ruang TV. Dia nyiumin Andara terus ngunyel-ngunyel pipi tembamnya. "Dara udah mandi, ya, Kak?" tanyanya ke aku.

"Belum, abis makan puding nanti baru aku mandiin," jawabku. "Berantakan soalnya."

"Belum mandi tapi wangi bangetttt. Rasanya mau dibawa aja ke kerjaan," lanjut Gebi yang kini menatap Andara. "Tante Gebi mau dong pudingnya, boleh, gak?"

Andara mengangguk dan menyuapkan potongan puding ke Gebi. Dia udah bisa makan sendiri sekarang, Mas Andra yang bilang ke aku buat latih Andara, biar mandiri katanya.

"Ih pinter, makasih cantikkkk!" Lagi-lagi, Gebi menyubit pipi Dara. "Kak Moza, Gebi pamit dulu, ya."

"Hati-hati, Geb."

Mozarella Cheese✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang