Kelas gak lagi jadi tempat yang nyaman buat Andra sekarang. Karena hari ini dia gak punya uang---Jatah jajannya diberikan pada Gebi yang harus bayar uang patungan---cowok itu memilih pergi ke perpustakaan. Berdiam di sana sambil menghabiskan waktu dengan membaca buku.
Andra yang biasanya sering curi pandang ke arah Strau, sekarang gak lagi menatap ke arah belakang kalau memang gak perlu.
Strau udah minta maaf kemarin, langsung dan lewat chat. Andra emang maafin dia, tapi Andra gak bisa lupa.
"Beneran Kak Andra di perpus, Kak?" tanya Moza yang papasan sama Kak Malik pas mau jalan di kantin. Abis sekarang Kak Malik sendirian, biasanya berdua sama Kak Andra. Atau bertiga sama Kak Ken.
"Iya."
"Yun, Moza gak jadi makan di kantin, deh."
"Lah terus lo mau makan di mana, Wak?"
"Moza mau ke perpus."
"Nemuin Kak Andra?"
Moza mengangguk. "Iya. Moza nitip beli siomay aja deh, Yun. Tujuh ribu, ya? Pake siomay sama pangsit basah aja. Uangnya nanti Moza ganti di kelas."
"Ya udah, sana."
Moza sempat madep ke belakang terus pamit juga sama dua temannya yang lain : Nina sama Jiya.
Sebelum pergi, Moza sempat ke koperasi buat beli susu kotak dan roti. Setelah itu, dia buru-buru jalan ke tempat di mana Kak Andra berada.
***
Gadis berambut sebahu dan hari ini memakai seragam putih abu-abu, melongokkan kepalanya di balik loker perpustakaan. Setelah mengisi buku pengunjung perpustakaan di depan, sekarang Moza boleh masuk.
Ini pertama kalinya Moza ke perpustakaan selama sekolah di sini.
Peraturan perpustakaan gak bolehin bawa makanan atau minuman. Untung aja, roti dan susu yang Moza bawa dia taruh di saku samping rok abu-abunya.
Matanya menyisir sekitar, mencari keberadaan Kak Andra sambil pura-pura pilih buku. Masing-masing meja diberi sekat supaya gak saling ganggu.
Moza berjalan pelan sambil bawa buku novel teenlit keluaran lama yang tadi dia ambil asal di salah satu rak. Dia tersenyum saat tahu Kak Andra duduk di meja paling pojok. Dan meja sebelahnya masih kosong.
Andra yang tengah mengerjakan latihan soal yang ada di buku detik-detik yang dia pinjam di perpustakaan, terkejut dan langsung menoleh saat ada seseorang yang menaruh susu kotak dan roti di dekatnya. Dia melongokkan kepala dari balik sekat yang membatasi mejanya dengan meja Andra.
"Lho? Kok kamu bisa ada di sini?" tanya Andra dengan alis bertaut.
"Bisa dong. Namanya juga Moza."
"Gak ke kantin?"
"Mau di perpus aja, ah, sama Kak Andra," kata Moza. "Kak Andra sendiri kenapa gak ke kantin?"
"Saya gak lapar."
"Gak kangen Moza apa?"
Kak Andra natap Moza sebentar, sebelum akhirnya kembali memilih sibuk sama aktivitasnya lagi.
"Saya gak bisa ajak kamu ngobrol banyak sekarang."
"Gak apa-apa, kan Kak Andra lagi fokus ngerjain soal," sahutnya. "Moza juga mau baca novel."
"Oh, ya udah."
Moza membuka novel cetakan tahun 2007 yang dia pegang, kemudian mulai membaca dari halaman pertama. Dia cuma liat judul dan covernya aja, belum sempat baca sinopsis. Karena covernya lucu, jadi diambil. Bercak-bercak kuning menghiasi kertas buku karena bukunya udah lama banget ditaruh di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mozarella Cheese✔
Fiksi RemajaMozarella Cheese yang ini beda dari Mozarella Cheese yang lain. Mama Irene bilang, Mozarella Cheese ini limited edition, cuma ada satu.