A/n : Kalian gak geli kan sama karakter Eunha di sini? Awowkwokwok soalnya Moja tipe2 anak manja dan masih kaya anak2 banget sikap sama pikirannya:(((( ya masih kecil sih emang dia di cerita ini. Seumuran mimi kira2:") /digebukin warga/
Maklum ja yaaa, di cerita mimi yang lain eunhanya kan ada yang galak bin barbar, ada yang absurd, ada yang jutek, sekarang bikin eunha yang gemay seperti acuuu, unch.
***
Pukul setengah empat pagi, aku bangun lebih cepat setengah jam dari yang seharusnya. Kita pada pasang alarm jam empat pagi kemarin. Aku kebangun gara-gara mimpi jadi raksasa warna pink. Aku takut banget sumpah.
Aku natap Yun dengan mata membulat. Bukan, bukan karena kaget aku tidur sambil ngedusel di deket Yun, tapi aku ngiler di bajunya Yun!
Yahhh, nanti kalau Yun bangun terus liat ada air liurku di bajunya gimana? Aduhhhh. Aku nutupin area mulutku dan langsung ngibrit ke kamar mandi buat cuci muka. Semoga Yun gak tahu kalau bajunya Moza ilerin, aamiin.
Aku, Yun, Lisa, sama Rose tidur dempet-dempetan di atas kasur. Sementara Kak Joyin sama Kak Gigi tidur di kasur busa biasa karena gak kebagian tempat. Kita tuh sempet gak enak, tapi mereka berdua bilang santuy, udah biasa katanya. Dulu malah pernah nginep rame-rame pas lomba di ruangan besar. Di mana cewek sama cowoknya makan dan tidur bareng di situ.
Saat aku keluar dari kamar mandi, kulihat Yun lagi ngucek-ngucek mata sambil duduk di ranjang. Apa jangan-jangan Yun udah tahu aku ngilerin baju dia? Aku tuh mau minta maaf ke Yun, tapi malu bilangnya kaya gimana.
Masa bilang, "Maaf ya, Yun, baju kamu gak sengaja Moza ilerin." Kan nanti takutnya Yun trauma tidur sama aku, duh.
"Wakkk, kebelet, Wak. Udah di ujung!" ucap Yun yang pagi ini suaranya balik lagi. Dia menyibakkan selimut dan langsung ngibrit mendekat ke arahku, mau ke kamar mandi. "Misi, misi, dikit lagi ngompol nih."
Aku melirik ke arah pintu kamar mandi yang ditutup agak kencang, sebelum akhirnya mengelus dada karena kaget.
Kak Frans bilang, jam setengah delapan pagi kita harus udah ada di bis buat pergi ke tempat lomba. Gak terlalu jauh emang, cuma ya kalau jalan kaki lumayan. Kasian anak-anak takut pada capek di jalan dan make-up nya luntur.
Aku mandi pukul empat pagi, setelah cuci muka dan sempat telpon mama sebentar. Mama bilang aku harus siap-siap lebih dulu supaya gak ketinggalan. Soalnya aku lelet. Apalagi kan mandinya ganti-gantian, jadi harus gerak cepet.
"Dedek nangis gak kemarin?" tanya mama tadi.
"Gak, Ma."
"Pinter. Terus makanannya dimakan gak?"
"Iya kemarin, sama temen-temen sebelum tidur."
"Bagus. Kalau makan apa-apa temennya jangan lupa tawarin, jangan makan sendiri."
"Iya, Ma," kataku saat telponan sama mama di dalam kamar mandi. "Ma, masa hari ini Moza disuruh sama kakak alumni buat nyanyi pas lomba nanti sama Yun. Moza gak tahu apa-apa tiba-tiba disuruh nemenin Yun. Moza mau nangis, Ma."
"Heh, jangan nangis. Ya gak apa-apa kalau disuruh nyanyi, emang kenapa? Bagus kan berarti suara dedek."
"Mama sama kakak bilang suara dedek fals terus, boong nih. Gak boleh boong, Ma. Nanti Mama Irene dosa."
"Yah, kan cuma bercanda," kata Mama Irene. "Semangat ya, nanti kalau udah selesai tampil kirim foto ke mama. Minta fotoin sama temennya."
"Doain Moza ya, Ma."
"Iya, Sayang. Pasti."
"Moza deg-degan. Takut ngecewain."
"Jangan takut, namanya juga pemula. Yang penting yakin aja kalau Moza bisa dan berani."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mozarella Cheese✔
Ficção AdolescenteMozarella Cheese yang ini beda dari Mozarella Cheese yang lain. Mama Irene bilang, Mozarella Cheese ini limited edition, cuma ada satu.