A/n : Cuy mon maap hamba baru nongol:v gua dari kemarin ngelarin tugas2 soale sekarang mo balik kampung. Gamau bebawa laptop, berat awokwowkwok.
Sebelum mulai, mo promosi dulu. Baca cerita baru Mimi kuy, judulnya Rahasia Erina. Pengganti Moza sama Andra nih. Genrenya dark, cast eunkook lagi, konfliknya gak se-ringan Mozarella Cheese atau HYM☺ buat yang minta gua bikin cerita konflik berat lagi ... tuh udah gua turutin.
***
ANDRA POV
"Mas Andra, Fluffy udah kotor. Nanti Mas bersihin, ya?"
Saya yang baru aja keluar dari kamar mandi, sempat terdiam sebentar buat mengingat siapa Fluffy yang dia maksud. Moza punya banyak nama buat benda-benda di sekitar kita. Fluffy, Lappy, Fuzzy, Kitty, dan yang lain. Moza suruh saya buat menghafal satu-satu benda yang dia beri nama itu ... tapi saya sering lupa. Moza paling kesal kalau saya suka nanya hal-hal berulang tentang nama-nama itu. Menurut saya, itu bukan hal penting. Tapi menurut dia, itu penting.
"Iya," jawab saya dengan cepat. "Tempat sampah, kan?" tanya saya buat memastikan, padahal sebenarnya saya lupa.
"Ih, kok tempat sampah? Itu namanya Pinky!" Sudah saya duga, dia pasti akan natap saya dengan bibir mengerucut. "Fluffy itu karpet bulu pink, yang itu, masa Mas lupa?" lanjutnya lagi sambil nunjuk karpet yang ada di kamar kita.
"Oh, iya. Maaf, Za."
"Permintaan maaf diterima."
Semua isian kamar hampir didominasi warna pink. Seprai, sarung bantal, sarung guling, karpet, meja rias, gorden jendela, tempat sampah, warnanya pink. Awalnya saya merasa aneh dengan warna yang terlalu feminim begini, karena biasanya saya lebih suka warna-warna gelap seperti hitam atau abu. Tapi semenjak saya menikah dengan Moza, saya mulai terbiasa dengan warna cerah.
"Itu bajunya Mas udah Moza siapin. Hari ini Mas Andra pakai baju kuning biar cerah, secerah masa depan kita berdua."
"Ya, makasih."
"Sama-sama Mister Hottie-ku yang paling u-en-ce-ha," ucapnya yang baru merapikan ranjang setelah diganti seprainya.
Saya menghampiri dia, sebenarnya untuk ambil baju ... tapi gak tahu kenapa saya malah meluk dia dari belakang. Dia sempat kaget, tapi lama-lama terbiasa dan menaruh telapak tangan di tangan saya yang melingkar di perutnya. Mengelusnya dengan pelan dan buat saya tersenyum.
Saya suka hari Sabtu dan Minggu, karena di dua hari itu ... saya bisa menghabiskan waktu sama dia lebih banyak. Sejak lulus kuliah, Moza memutuskan bekerja di perusahaan papanya. Saya senang dia banyak berkembang, udah gak semalas dulu. Walau agak aneh juga karena alasan dia bekerja di kantor selain dapat uang adalah untuk riset dan jadi bahan tulisan fiksinya. Dia memang benar-benar beda.
Udah tiga bulan dia pindah ke rumah saya setelah kita menikah dan jadi bagian dari penghuni tetap di sini. Sampai sekarang, saya dan Moza masih dalam tahap adaptasi satu sama lain. Terlalu banyak perbedaan antara saya dan dia, jadi kita butuh menyesuaikan diri. Kenal lama, bukan berarti saya tau semua tentang dia. Begitu pun dia. Saat sudah menikah, kita jadi lebih tahu hal-hal lain lebih jauh.
Moza suka begadang tengah malam untuk menyelesaikan tulisannya, saya udah tegur dia berkali-kali karena takut dia sakit atau apa ... tapi Moza bilang dia cuma punya waktu tengah malam buat menulis. Idenya juga lancar di jam-jam segitu.
Akhirnya, saya bilang ke dia boleh begadang di malam Sabtu dan malam Minggu, karena besoknya libur kerja jadi istirahatnya bisa cukup. Meski begitu, kadang Moza masih suka curi waktu buat menulis tengah malam kalau saya tidur. Saya tahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mozarella Cheese✔
Fiksi RemajaMozarella Cheese yang ini beda dari Mozarella Cheese yang lain. Mama Irene bilang, Mozarella Cheese ini limited edition, cuma ada satu.