A/n : Aldo gada visualnya beb, bebas lah bayangin siapa kek, senyamannya kelean aja. Pusing mikirin visual.
***
Sore ini, aku lihat Kak Andra gak semangat kaya biasa. Dia beberapa kali salah fokus saat ngajar, beberapa dari kita ngeralat ucapan atau hitungan dia yang salah. Aku sih gak ikut ngeralat, aku tim ikut-ikutan bersuara aja sama yang lain pas mereka selesai menghitung jawaban yang bener.
Aku lebih ke ... kaya mengamati Kak Andra. Kak Andra kenapa sih? Gak biasanya dia kaya gini? Ada masalah?
Soalnya daritadi chat aku juga gak dibaca sama dia. Online terakhir tadi pagi. Apa coba namanya kalau bukan lagi ada masalah?
"Sssttt keju malang," panggil seseorang dengan suara pelan dari belakang. Aku yang tahu siapa yang manggil, pura-pura budek. Males ah sama Aldo, manggilin terus.
Pas Kak Andra lagi nulis penjelasan di papan tulis, aku ngusap-ngusap kepala yang dilempar sesuatu dari belakang. Ternyata permen kiss merah.
"Kak Andra, Aldo rese tuh lempar-lempar Moza pake permen!" aduku pada Kak Andra. Membuat cowok itu menoleh ke arah kita.
"Gak, Kak. Moza bohong."
"Ih, ini ada buktinya, cobut!" Aku nunjukin permen yang tadi digunakan buat nimpuk kepalaku.
"Udah-udah, jangan berisik. Kalian tuh ganggu konsentrasi yang lain, tahu?" Kak Andra mengucapkan kata itu sambil natap aku dan Aldo bergantian. "Kalau gak suka ada di sini, ya udah gak usah datang les."
"Kok Kak Andra bilangnya begitu?" cicitku. Aku sekarang natap Aldo sambil cemberut. "Aldo sih, Kak Andranya jadi marah tuh."
"Kalau mau bercanda ada waktunya, kan? Sekarang kalian lagi belajar. Bisa tolong hargai saya dan teman-teman yang emang serius mau belajar, gak?"
Mendengar itu, aku langsung nunduk. Gak berani natap Kak Andra dalam keadaan marah gitu. Suasana mendadak hening.
Yun yang ada di sebelahku, langsung menoleh dan mengusap-usap punggungku buat menenangkan. Dia tahu aku paling gak bisa dibentak, dan Kak Andra ngelakuin itu sekarang.
Ini bukan salah aku padahal.
Masih ada sisa waktu 20 menit sebelum pulang, dan selama itu ... aku sama sekali gak dengerin penjelasan Kak Andra karena aku sedih. Aku ngusap airmata diem-diem beberapa kali, sampai akhirnya Kak Andra panggil namaku dan mengajukan pertanyaan, "Tadi Yun udah jawab metode FIFO, sekarang metode LIFO apa?"
Yah. Apaan tuh? Lupa. Duh, gimana dong? Kak Andra pasti bakalan marahin aku lagi.
Aku sempet melirik ke arah jam tangan yang kupakai, masih ada lima menit lagi sebelum pulang. Jawab apa, dong?
"Moza?" panggilnya lagi yang buat aku mengangkat kepalaku pelan-pelan dan natap Kak Andra.
Kak Andra sempat natap aku sebentar, sebelum akhirnya dia melempar jawaban ke yang lain. Dia tahu aku nangis. Cuma dia yang tahu aku nangis, karena Yun sibuk dengerin penjelasan yang lain, dan aku duduk di paling depan jadi temen-temen gak liat.
Dua menit sebelum kelas berakhir, aku ngangkat tangan dan bilang ijin ke kamar mandi. Kak Andra ngebolehin aku buat ke belakang, dan yang lain bersiap-siap pulang.
Cukup lama aku di dalam sana, soalnya nunggu yang lain pada pulang. Mungkin ada kali aku sepuluh menit di dalam kamar mandi rumah Kak Andra, cuci muka berkali-kali biar gak sembab mataku.
Pas keluar, aku terkejut lihat Kak Andra berdiri di depan pintu kamar mandi. Dia natap aku tanpa ekspresi, sebelum akhirnya berkata, "Saya minta maaf, Moza," ucapnya pelan. Aku mengerjapkan kedua kelopak mataku sekali, dan kembali natap dia. "Saya buat kamu nangis lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mozarella Cheese✔
Teen FictionMozarella Cheese yang ini beda dari Mozarella Cheese yang lain. Mama Irene bilang, Mozarella Cheese ini limited edition, cuma ada satu.