61 ÷ Ndra, Strau atau Moza?

7.7K 1.4K 1.7K
                                    

A/n : Sumpah, part2 yang gua kira bakalan flop ternyata selalu di luar ekspetasi. Thank you buat kalian yang udah baca sampai sekarang💜💜💜 Gua kasih double apdet!

Salam dari si imut Moza, walau ndut tapi tetep gemussshhh😍😍😍

Salam dari si imut Moza, walau ndut tapi tetep gemussshhh😍😍😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Sore ini, aku dibonceng Kak Andra ke salah satu mal yang gak jauh dari rumah. Abis diajarin soal matematika sampai puyeng, akhirnya aku diajak pergi juga.

"Kak Andra, kita mau makan di mana sekarang?" tanyaku yang natap Kak Andra dari spion motor.

"Belum tahu, nanti kamu sama Gebi aja yang pilih mau di mana. Saya ikut kalian," jawab Kak Andra agak keras supaya aku dengar.

Aku merapatkan kardigan pink yang kupakai, lalu kembali memegangi masing-masing jaket Kak Andra. Suasana sore ini cukup macet, perjalanan jadi sedikit lebih lama.

Sampai di sana, aku sama Kak Andra nungguin Gebi. Aku ijin mau ke toilet dulu buat pipis, dan Kak Andra mengiyakan. Pas aku keluar, ternyata udah ada Gebi yang duduk di samping kakaknya.

Kak Andra minta pendapat aku dan Gebi, aku sama Gebi sempat diskusi sebentar sebelum akhirnya kita bilang ke Kak Andra mau coba restoran yang ada di lantai tiga dan belum pernah kita datangin.

Aku duduk di samping Gebi, sementara Kak Andra ada di depanku. Setelah pilih menu makanan dan pesan, kita ngobrol. Yang lebih banyak ngobrol malah aku sama Gebi, Kak Andra lebih suka ngedengerin.

Gebi sekarang udah bukan Gebi yang murung dan sedih melulu. Atau mungkin aku yang dulu belum terlalu kenal dia, ya? Ternyata Gebi itu ceria anaknya, dia juga pinter kaya Kak Andra. Sama-sama suka novel kaya aku, dan hobi banget baca.

Aku juga pernah diceritain sama Gebi kalau pas SMP dia di-bully teman-temannya cuma gara-gara gak kasih contekan saat ada tugas atau ulangan. Sialnya, yang bully dia adalah orang-orang berpengaruh di sekolah, makanya dia gak bisa apa-apa. Beruntung, beberapa bulan terakhir di sekolah ... hidupnya berubah tentram karena anak kepala sekolah yang jadi ketua bully itu keluar dari sekolah. Di SMA, dia senang bisa ketemu sama teman-teman yang baik. Kak Andra juga beliin dia tas, sepatu, dan peralatan sekolah yang bagus. Gebi jadi gak merasa minder lagi.

"Gebi, tolong fotoin Moza sama Kak Andra, dong," kataku yang selalu minta foto setiap kali kita makan bareng. Aku ngasih ponselku ke Gebi, dan pindah duduk ke samping Kak Andra.

Aku sempat merapikan rambutku yang kini panjang sedada, merapatkan kardigan pink yang kupakai dan pose dengan gaya nyengir. Gak cuma sekali, tapi sampai beberapa kali.

Aku selalu cetak foto yang kuambil saat sama Kak Andra. Foto yang paling bagus, polaroidnya kugantung pakai tali kaya ala-ala anak jaman gitu. Sisanya aku taruh di album foto yang kubeli beberapa waktu lalu.

Foto-foto sama yang lain juga banyak, cuma yang paling banyak ditempel di kamar adalah fotoku sama Kak Andra dan Kak Strau.

Banyak yang ngira aku sama Kak Andra pacaran karena aku sering buat snapgram atau status whatsapp berdua sama dia. Padahal kita cuma teman biasa sampe sekarang.

Mozarella Cheese✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang