A/n : Selamat puasa buat temen-temen semuanyaaaaa sehat-sehat selalu💜💜💜 Moza dan Andra akan menemani bulan puasamu ceilah.
***
"Kak Strau, aku tadi minta ijin pake flatshoes Kakak yang pink," ucapku yang menatap Kak Strau takut-takut saat kakakku baru aja masuk kamar setelah mandi. Aku baru berani jujur. "Ng, tapi ... itu, pitanya copot satu, Kak. Ilang."
"HAH?"
Aku mengusap dadaku karena kaget melihat Kak Strau tiba-tiba melotot. Dia yang hanya pakai handuk biru, kini mendekat ke arah rak sepatu milik bersama di kamar dan melihat satu dari sepasang flatshoesnya berubah polos karena pitanya hilang.
Aku dengar helaan napas Kak Strau, dan setelahnya dia berjalan mendekat ke arahku. Buru-buru aku berlindung dibalik Teddy Bear coklatku yang berukuran besar dan jadi teman tidur.
"KAMU INI CEROBOH BANGET SIH PAKE BARANG KAKAK? UDAH GAK NGOMONG DULU, SEKARANG UDAH ILANG AJA!"
"Maafin Moza, Kak."
"Aku baru beli lho itu! Belum dipake juga."
"Maaf."
"Lain kali jangan pinjem-pinjem sepatu aku, kalau mau beli sendiri sana," sengitnya. "Bukan cuma sepatu, tapi gak usah pinjem barang-barang aku yang lain lagi! Kamu tuh kalo dikasih pinjem suka gak tau diri."
"Kakak kok gitu?"
"Kenapa? Suka-suka aku!" ucap Kak Strau yang kini melipat kedua tangan di dada. "Aku beli barang-barang itu hasil ngumpulin uang sendiri, gak kaya kamu yang cuma bisanya minta uang terus sama mama papa. Kamu seenaknya aja ngerusakin barang-barang aku."
"Moza masih kecil. Wajar minta uang ke papa sama mama. Moza belum kerja."
Kak Strau memutar bola matanya malas. "Udahlah, males ngomong sama anak kecil."
Setelah mengatakan itu, Kak Strau menjauh dan milih buat ambil pakaiannya di lemari.
Aku yang masih memeluk bonekaku, kini melengkungkan bibir ke bawah. Meski sebelum-sebelumnya aku emang sering berantem sama Kak Strau, tapi sekarang aku sedih. Aku gak bisa pinjem barang-barang Kak Strau lagi. Soalnya kalau Kak Strau udah bilang gitu, dia konsisten sama ucapannya.
Buktinya masalah notebook, aku sampe nangis-nangis mau minjem tapi gak dipinjemin karena aku pernah hilangin salah satu file tugasnya.
Saat aku lagi ngeliatin Kak Strau pakai baju sambil pasang wajah memelas, dia kembali menatapku tajam.
"Ngapain ngeliatin?" ketusnya yang tengah menyatukan kancing-kancing piama yang dikenakan. Dia menjemur handuk di jemuran kecil dekat lemari dan sekarang memilih untuk duduk di meja rias dan menyisir rambut.
"Harga flatshoes Kak Strau berapa?"
"Gak usah tanya-tanya, kaya mau ngeganti aja."
Mataku berkaca setelah Kak Strau bilang begitu. Aku emang gampang nangis anaknya. Kak Strau sering bilang aku anak cengeng karena sering menangis karena hal-hal kecil.
Aku menarik laci warna putih yang ada di samping tempat tidur, lalu mengambil celengan warna merahku di dalam sana. Sisa dari uang jajan selalu aku masukin ke situ setiap malam. Kuambil celengan yang selalu kubongkar setahun sekali untuk tambahan uang lebaran, lalu berjalan mendekat ke Kak Strau dan menaruhnya di atas meja dekat Kak Strau.
Aku liat dari pantulan cermin, Kak Strau mendelik sebal ke arahku.
"Itu, Moza ganti," ucapku dengan nada bergetar. "Moza gak tahu isinya berapa, tapi udah lumayan berat kok. Kalo kurang bilang ya, Kak. Nanti Moza bayar sisanya," lanjutku lagi yang sekarang ngelap airmata yang jatuh ke pipi pakai punggung tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mozarella Cheese✔
Teen FictionMozarella Cheese yang ini beda dari Mozarella Cheese yang lain. Mama Irene bilang, Mozarella Cheese ini limited edition, cuma ada satu.