17 ÷ Kok Jadi Deg-Degan Gini?

5.6K 1.2K 465
                                    

A/n : Met hari senin gais.

***

Aku senang sekaligus deg-degan. Kenapa? Karena hari ini adalah hari pertama aku buka PO! Udah seminggu lebih sibuk lempar-lemparan naskah buat direvisi antara aku sama Kak Vanila, akhirnya selesai juga. Tinggal di layout dan dirapiin aja katanya. Nanti sampai sekolah aku mau ketik pemberitahuan buat pembacaku yang udah nunggu-nunggu pembukaan PO dari kemarin. Kak Vanila bilang banner PO-nya mau dikirim sekitar jam 7 atau 8 pagi ke whatsapp. Dia juga akan posting banner di instagram.

Aku kasih tahu ke mama dan papa juga, mama tadinya bilang mau kasih tahu tetangga-tetangga kalau anaknya nulis novel, tapi aku gak mau mereka tau jadi aku minta mama buat gak share ke tetangga-tetangga pas lagi gosip atau via grup whatsapp. Mama juga bisa mengandalkan followers instagramnya karena lumayan terkenal, tapi aku gak mau pakai cara instan. Aku mau aku terkenal dengan caraku sendiri, dengan usaha sendiri.

"Mama sampai sekarang belum pernah baca buku adek kaya gimana, kenapa sih gak mau kasih tahu mama?" tanya mama sambil mengunyah makanan saat kita sarapan.

"Moza malu, Ma."

Iya, malu. Soalnya ini cerita tentang seorang istri yang tersakiti. Kalau mama, papa, atau Kak Strau baca ... aku gak tahu deh mau nampakin muka ke mereka kaya gimana lagi. Bayangin, anak kelas sepuluh kaya aku bikin cerita istri yang tersakiti? Tau apa sih aku soal rumah tangga dan rupa-rupanya selain dari novel-novel yang pernah kubaca atau sinetron televisi?

"Berkarya kok malu?" tanya mama. "Mama yang dulu diketusin Chef Juno di Mister Chef gara-gara hasil masakan karya mama gak enak aja gak malu, kok."

"Ya malu aja." Aku mengedikkan bahu. "Nanti deh, kalau bukunya dateng mama boleh baca. Tapi kakak sama papa jangan." Aku memeletkan lidah yang buat papa dan Kak Strau mengerutkan kening.

"Lho? Kok gitu?"

"Nanti kalian ngeledekin Moza, gak mau." Aku geleng-geleng yang langsung dibalas tawa mama.

"Oke."

"Yaudah, nanti kalau mama udah selesai baca kasih spoiler aja." Papa punya solusi.

"Gak, pokoknya ini cukup rahasia aku sama mama!"

"Yailah, kalau kamu tidur nanti tinggal aku baca novelnya. Kan kita sekamar."

Bener juga Kak Strau. Duh.

"Aku umpetin novelnya di tempat yang gak Kak Strau tau," balasku.

Selesai sarapan, aku sama Kak Strau siap-siap buat pergi ke sekolah. Aku buru-buru keluar---lebih dulu dari kakak---dan mengikat tali sepatu dengan cepat. Sambil nunggu Kak Strau yang masih sibuk di dalam dan gak tau ngapain, aku ngeluarin ponsel dari saku seragam dan ngecek chat masuk.

Moza
Kak Andra, besok aku open PO lhoooo, yipiiiii!
Moza
Kakak orang pertama yang aku kasih tauuuu
12.05

Aku cemberut saat lihat pesan yang kukirim ke Kak Andra dari tengah malam kemarin masih ceklis satu. Padahal, dia orang pertama yang aku kasih tahu soal PO bukuku. Kak Andra ke mana? Apa dia gak ada kuota makanya gak aktif?

"Hape mulu, udah pake sepatu belum?" ucap Kak Strau yang keluar sambil gendong tas sekolah dan nenteng helm.

"Udah, dong, nih," cengirku sambil meluruskan kaki untuk menunjukkan ke Kakak. Bola mataku mengikuti langkah Kak Strau yang mendekat dan sekarang duduk di sampingku. Dia pake sepatunya setelah memakai kaos kaki sampai di bawah dengkul. "Oh iya, Kak, Kak Andra gak on ya whatsappnya?"

"Kenapa tanya-tanya?" balas Kak Strau tanpa menoleh ke arahku.

"Moza chat tapi gak dibales dari kemarin, masih ceklis satu."

Mozarella Cheese✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang