A/n : Baru permulaan dah pada ngegas aja ke Andra lo😏 cuma ngucapin malem doang ke Strau dia tuh, santuy.
Double apdet!
***
"Oke, jadi hari ini kita lanjut ke neraca, ya. Kemarin kan baru bahas buku besar. Udah pada selesai neracanya, kan?" tanya Kak Andra yang memulai pelajaran di sore ini.
"Udah, Kakkkkk," sahut kita, termasuk aku. Padahal aku baru nulis lagi sekarang gara-gara kemarin lupa ada tugas dari Kak Andra. Gini nih, kalo tugas dibawa ke rumah.
Kak Andra diam, keadaan juga hening. Aku yang lagi nulis nominal di masing-masing akun, kini mendongak untuk melihat situasi. Ternyata, Kak Andra lagi ngeliatin aku.
"Katanya udah selesai? Itu kok masih ngerjain?" tanyanya sambil mengedikkan dagu, melihat tanganku yang masih menggerakan pulpen dengan mata menatapnya.
"I-iya, Kak. Dikit lagi selesai, kok."
"Kenapa gak dikerjain dari kemarin? Tinggal disalin aja kan nominal akhir dari buku besar?"
"Maaf, Kak Andra." Saat aku kembali menatap bukuku, mataku membulat mendapati tulisanku naik miring ke atas keluar garis. "YAAHHH, KAK ANDRA SIH NGAJAK NGOBROL, NAIK GUNUNG NIH TULISAN AKU!"
Kudengar helaan napas lolos dari mulut Kak Andra disusul dengan kekehan beberapa orang di belakang mejaku, dan setelahnya Kak Andra menggeleng.
"Baik, saya jelaskan soal neraca hari ini dan nanti masuk ke siklus keuangan berikutnya. Ada lagi yang belum selesai selain Moza? Angkat tangan?" ucap Kak Andra yang dibalas sahutan anak-anak dengan suara,
"Nggak, Kak. Kita udah selesai."
"Oke. Untuk Moza kamu dengerin saya dulu. Nanti dicatat sambil saya jelaskan di papan tulis."
"Sip." Aku mengacungkan ibu jari dan memutuskan untuk meletakkan pulpen pink di atas meja. Duduk rapi di meja depan sambil mendengarkan Kak Andra yang kembali bersuara untuk menerangkan pelajaran.
Selesai dengan pelajaran, aku langsung mendekat ke Kak Andra sambil nunggu Kak Strau yang baru aja jalan ke sini. Aku sengaja baru ngabarin setelah kelas kelar biar agak lama sama Kak Andra.
"Jadi, mau nanya-nanya soal apa?" tanya Kak Andra sekarang. Dia kelihatan lebih santai karena tugasnya udah selesai. Cowok yang sore ini pakai kaos hitam dan celana jeans panjang yang mulai pudar warnanya, menatapku.
"Beberapa hal tentang Kak Andra, buat novel Moza."
"Contohnya?"
"Kegiatan kakak sehari-hari dan kesukaan kakak apa gitu."
"Hidup saya monoton, gak menarik."
"Gak apa-apa," ucapku sambil merapikan poni. "Oh ya, sebelumnya, aku izin ya jadiin kakak buat contoh karakter utama cowok di cerita aku. Boleh, kan?"
"Ya."
"Aku udah bikin beberapa list pertanyaan, nanti kakak isi aja. Bentar."
Aku mengeluarkan notes dari dalam totebag, lalu menyerahkannya pada Kak Andra. Kak Andra sempat menatapku bingung, tapi dia juga menerima notes pink punyaku.
"Nih, pulpennya. Kak Andra isi aja, aku tungguin."
Di sela-sela Kak Andra menulis jawaban, aku memilih untuk melanjutkan mengetik part untuk ceritaku di wattpad. Kasian sama teman pembacaku karena kemarin aku gak update gara-gara frustasi sama novel baru. Pasti mereka nungguin, aku lupa kasih tau mereka lewat wall kalo aku gak update padahal aku udah bilang mau update.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mozarella Cheese✔
Novela JuvenilMozarella Cheese yang ini beda dari Mozarella Cheese yang lain. Mama Irene bilang, Mozarella Cheese ini limited edition, cuma ada satu.