A/n : PAGI GAISSSS.
***
"MOZA!" Mama Irene panik mendapati Moza yang tiba-tiba pingsan saat dia baru saja berjalan ke ruang makan. Mama Irene yang tengah menyiapkan sarapan, langsung berlari menghampiri anak bungsunya dan menepuk-nepuk pipi sang anak. Memanggil namanya berulang kali tapi Moza gak sadar juga. "MAS, MASSSS." Mama teriak-teriak, memanggil suaminya untuk memberitahu kalau anak mereka pingsan dan menyuruh suaminya untuk membawa anak mereka ke rumah sakit.
"Kenapa sih, Ma? Papa ini baru ... lho, Moza kenapa?" tanya laki-laki yang baru aja sampai ruang makan sambil menggulung kemeja panjangnya. Dia ikut berjongkok di samping Moza dan mengecek napas serta nadi anaknya.
"Moza pingsan, Mas. Aku juga gak tahu kenapa," ucap Mama Irene dengan suara bergetar. Matanya berkaca. Raut wajah wanita beranak dua itu sangat sedih dan ketakutan sekarang.
"Kamu tenang, kita bawa Moza ke rumah sakit." Papa Suhendra menggendong tubuh Moza dan membawanya ke mobil. Diikuti dengan Mama Irene di belakangnya sambil mengelap air mata yang turun di kedua pipi.
Di perjalanan, Mama Irene menggenggam tangan anaknya yang lemah. Berharap Moza sadar, tapi anak itu gak merespon apa-apa.
"Moza, bangun dong. Kamu kenapa, sih?" tanya Mama Irene terisak-isak. "Bangun, Sayang. Jangan bikin mama khawatir."
"Tenang, Rene. Aku yakin dia baik-baik aja."
"Gimana bisa aku tenang? Ini anak kita gak sadar-sadar, kamu gak ngerti!"
Suhendra gak jawab apa-apa, dia lebih memilih untuk mempercepat laju kendaraan menuju rumah sakit agar anaknya bisa dapat pertolongan segera. Dia gak mau melanjutkan pembicaraan karena gak mau berujung debat dengan istrinya.
Dokter yang menangani Moza bilang, kepala belakang Moza mengalami masalah. Dokter tanya, anak itu pernah terbentur bagian belakang kepalanya atau gak, dan Mama Irene bilang pernah. Saat Moza kecil dulu.
Jadi saat itu, Moza dan Strau bertengkar gara-gara mainan. Strau yang kesal dengan Moza, mengambil paksa mainannya yang dipegang sang adik yang tengah duduk di pembatas teras. Moza gak mau ngasih mainan punya Strau. Karena kesal, Strau merebutnya dengan tenaga lebih dan gak sengaja mendorong Moza sampai adiknya jatuh dan kepala belakang dia terbentur dengan pinggir tembok rumah orang yang belum diberi semen halus.
Mama dan papa marah banget sama Strau, itu pertama kalinya Strau dimarahi habis-habisan karena Moza. Setelah kejadian itu, Strau bilang dia gak mau nakal sama Moza lagi dan ngelindungin adiknya.
"Terus jadinya anak saya gimana, Dok?"
"Anak ibu dan bapak kritis."
Mama Irene hampir pingsan saat dia dengar kabar itu. Dengan sigap, Papa Suhendra menyanggah tubuh istrinya yang sekarang menangis dengan keras.
"Tolong selamatkan anak saya, Dok, bagaimana pun caranya."
"Saya akan usahakan, Pak. Berdoa saja semoga segera ada kabar baik."
Strau datang ke rumah sakit setelah papanya menghubungi pihak sekolah. Saat tiba di sana, dia lihat Mama Irene sudah kacau. Ketika Strau hendak menyalami tangan sang mama, wanita itu berdiri dan menatapnya tajam.
"Senang kamu, hah? Senang lihat adik kamu kritis?" ucap Mama Irene yang buat Strau kaget dan refleks mundur satu langkah.
Papa Suhen ikut berdiri, menenangkan istrinya. "Ma, istigfar, Ma. Ini bukan sepenuhnya salah Strau."
"Enggak, ini salah dia! Dari dulu emang dia tuh gak becus jaga adiknya!" Mama Irene marah. "Bukannya kamu yang dulu bilang mau punya adik? Bukannya kamu dulu yang bilang mau sayang sama adik kamu? Sekarang apa buktinya, Strau? Kalau sampai dia kenapa-napa, mama gak akan maafin kamu, ngerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mozarella Cheese✔
Novela JuvenilMozarella Cheese yang ini beda dari Mozarella Cheese yang lain. Mama Irene bilang, Mozarella Cheese ini limited edition, cuma ada satu.