18 ÷ Strau Memang Gadis Baik

4.9K 1.2K 672
                                    

A/n : Sorry baru nongol lagi, abis ngurus pindahan rumah CS Kentel:v CS Kentel pindah ke app dreame gais, udah gak ada di wattpad lagi. Memori penuh? Bisa lewat browser. Kalau mau baca, cek aja booknya, udah dijelasin lengkap kok.

***

"Itu ponsel siapa, Kak?" tanya Gebi yang baru aja pulang setelah membeli makan malam di warteg. Gebi duduk di dekat kakaknya, lalu menaruh plastik hitam berukuran kecil berisi satu bungkus nasi dengan dua potong telur dadar. Si pemilik warteg selalu melebihkan nasi karena tahu kakak adik itu akan memakannya berdua.

Sehari-hari memang mereka selalu beli makanan, gak ada kompor dan gas di rumah karena gak sanggup buat beli keduanya. Kadang kalau Andra benar-benar gak punya uang, mereka cuma beli nasi seharga lima ribu rupiah untuk dimakan berdua. Iya, hanya nasi.

Tetangga memang ada yang memberi mereka makan, tapi gak sering. Lebih sering makanan sisa yang udah gak dimakan keluarga mereka. Beberapa kali pernah diberi makanan basi oleh orang yang sama. Entah sengaja atau gak, Andra gak tahu maksudnya apa. Andra memutuskan setiap kali menerima pemberian dari ibu tetangga itu ... dia membuangnya di tempat sampah setelah si ibu pergi. Dia gak mau adiknya sakit lagi karena makan-makanan yang udah gak layak untuk konsumsi.

Kadang, beberapa orang tua yang mempercayakan Andra mengajar anak mereka memberi bingkisan di hari Raya. Amplop anak yatim pun hanya ada biasanya saat lebaran. Selebihnya, kehidupan mereka tergantung dari Andra setiap bulannya.

"Punya Moza," sahut Andra yang tengah memasukkan sim card ke ponsel lama milik Moza.

"Kak Moza yang waktu itu kasih sepatu buat Gebi?"

"Ya," jawab Andra.

"Kok bisa kakak yang pake?"

"Moza minjemin ponsel yang udah gak dia pakai ke kakak, dia tahu ponsel kakak rusak."

"Kak Moza itu baik, anak orang kaya, ya?" tanya anak yang duduk di bangku SMP ini dengan polos.

"Hidupnya berkecukupan."

"Pantesan," ucap Gebi sambil membuka bungkusan nasi. "Ini makan, Kak."

"Ya, duluan aja gak apa-apa."

Gebi menyantap makan malam, sementara Andra masih sibuk dengan ponsel milik Moza. Bekas, tapi keliatan masih seperti baru. Harganya juga lebih mahal punya perempuan itu dibanding milik Gebi.

Saat ponsel menyala, Andra melihat wajah Moza yang masih terpampang sebagai wallpaper di sana. Niatnya dia ingin mengganti wallpaper itu, tapi nanti. Setelah dia download aplikasi whatsapp dan makan malam. Perutnya udah keroncongan dan minta diisi karena terakhir makan adalah saat istirahat pertama di sekolah tadi.

***

Andra membuka galeri yang berisi foto-foto Moza bersama teman-teman dan keluarganya. Ada sekitar 2000 foto di dalam sana, isinya didominasi selfie milik Moza.

Dia sekarang tengah melihat-lihat foto Moza bersama Strau sekarang. Strau memang cantik sejak dulu, pantas kalau banyak yang suka dengannya.

Jarinya berhenti menggeser saat melihat foto di mana Strau tengah berpose seorang diri di salah satu objek wisata. Dia tersenyum menatap kamera dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk tanda peace.

Dia sempat memperbesar foto Strau, lalu tersenyum saat melihat wajah gadis itu yang tampak polos dan manis. Andra hampir ingin mengganti wallpaper Moza dengan wajah Strau, sampai akhirnya dia mengurungkan niat itu.

Andra takut sewaktu-waktu Strau melihat ponselnya dan melihat ada foto dia yang terpampang di situ. Lelaki itu juga tidak enak dengan Moza, apalagi ini ponsel milik Moza.

Mozarella Cheese✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang