3 ÷ Moza Di Mata Andra ....

9.3K 1.6K 742
                                    

A/n : Halo temans-temans, kembali lagi sama aku, Mozarella Cheese! Pasang foto kalem, ckrek!

A/n : Halo temans-temans, kembali lagi sama aku, Mozarella Cheese! Pasang foto kalem, ckrek!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku kyut gasi, gais?

***

"Ma, mama." Aku manggil-manggil mama sambil berjalan ke arah dapur. Di sana, kulihat mama lagi masak sambil nyanyi lagunya Almarhumah Nike Ardila. Emang, kesukaan mama banget dari dulu. Sampe-sampe berkat mama yang suka nyetel lagu-lagu Nike Ardila, aku sama Kak Strau jadi hafal hampir semua lagunya.

"Kenapa si, Dek? Masih pagi udah berisik aja."

"Sepatu aku yang waktu itu dapet dari sekolah di mana, Ma?" Jadi pas masuk sekolah, masing-masing anak langsung dapat seragam dan sepatu. Berhubung sepatu yang dikasih modelnya jelek, aku gak mau pake. Tentu aja aku lebih suka sepatu yang dibeliin papa di toko.

"Mama taruh di kardus, Dek, nanti mau dibawa ke kampung aja buat dikasih ke anak-anak yang butuh." Mama emang suka banget ngasih pakaian-pakaian dan alas kaki yang gak kepake ke orang-orang yang dibutuhkan. Biasanya lebaran bakalan dibawa dan dibagiin di rumah nenek. Pakaian-pakaian yang dikasih juga masih bagus. Meski bekas, tapi masih layak pakai pake banget.

"Moza butuh, Ma."

"Lho? Katanya kamu gak suka sepatunya?"

"Bukan buat Moza, tapi buat Gebi."

"Siapa Gebi?" tanya mama, dia kini menatap ke arahku yang berdiri di dekatnya.

"Gebi itu adiknya Kak Andra. Temennya Kak Strau yang ngajar aku les," kataku. "Masa kemarin aku liat dia nangis, Ma. Terus aku denger kalau sepatunya dibuang temennya ke kebun sekolah, soalnya sepatunya bolong."

"Eh? Serius?"

Aku ngangguk-ngangguk. "Jahat banget temen-temennya, Gebi jadi pulang gak pake sepatu. Kalau kakinya nginjek sesuatu yang tajam kan bahaya. Atau nginjek eek hewan yang berak sembarangan kan jorok ya, Ma?"

Mama Irene mengangguk mendengar ucapanku, dia setuju. "Dedek gak boleh ngikutin kaya gitu, gak boleh nakal sama temen-temennya di sekolah."

"Gak, Ma, aku gak nakal," sahutku. "Di kardus kamar mama, kan?"

"Iya, tapi nanti diberesin lagi yang rapi. Kalo mama liat berantakan, nanti mama jewer lho kuping kamu."

Aku memberi hormat pada Mama Irene dan langsung berbalik arah menuju kamar mama yang bersebelahan sama kamarku dan kamar Kak Strau. Iya, aku masih tidur berdua sama kakak. Tapi ranjangnya dipisah. Papa Suhendra beliin kita ranjang masing-masing, dan ngecat bagian kamar kita beda warna. Jadi di kamar aku dan Kak Strau, setengah warna pink, setengah warna biru. Aku suka pink, Kak Strau suka warna biru. Jadi aku nempatin sebagian kamar yang cat pink, dan Kak Strau sisanya.

Aku kesel banget kadang sama Kak Strau, semenjak beli lampu tumblr beberapa bulan lalu, kalau tidur lampu kamar suka dimatiin dan diganti sama tumblr warna-warninya yang kelap-kelip. Aku kan jadi gak bisa tidur, maunya natap lampu tumblr punya Kak Strau terus sambil nebak dalam hati, misalnya, "Abis ini pasti warnanya ungu deh." Kalo aku bener, aku tepuk tangan tanpa suara, kalau salah aku cemberut dan coba nebak lagi.

Mozarella Cheese✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang