"Mana Papa?" tanya Sakura memandangi batita itu. "Papaaa!" rengek nya kearah lain. Batita itu melepas pegangan Sakura dan mulai berdiri perlahan. Berjalan sedikit-sedikit, namun terjatuh.
"Tuh kan, kamu jatuh. Kaki dan tangan mu jadi kotor!!" well, sikap nya terhadap kebersihan cukup... ketat. Lihat saja, melihat bayi perempuan itu terjatuh dengan lutut dan telapak tangan nya kotor karena menyentuh tanah, ia begitu khawatir.
Belum sempat Sakura menggendong bayi itu, sepasang tangan besar nan halus terlebih dahulu mengambil bayi itu kedalam gendongan nya.
"Papa!!!"
Semuanya melihat dan tercengang. Disana ada seorang pria tampan berambut putih yang diikat kebelakang dengan kacamata bulat bertengger di hidung mancung nya. Dia nampak tampan dan jenius.
"Hei, lihatlah tangan dan lutut nya kotor! Kemarikan, aku akan membersihkan nya!" seru Sakura setelah beberapa saat diam karena terkejut. Ia mengambil tisu basah dari sling bag nya dan segera mengelap kedua telapak tangan mungil bayi itu. Tak lupa dengan lutut nya.
Pemandangan itu... terlalu menakjubkan!
Namun ada dua orang yang nampak terbakar melihat itu. Sudah tertebak, bukan?
"Lihat lah, baby... Mama mu overprotektif dan cerewet sekali!" kekeh pria itu. Membuahkan pelototan dari Sakura. "Apa-apaan itu?" ucap Sakura. "Hei, baby Mika memanggilku Papa dan memanggilmu Mama, berarti kita suami-istri, bukan?" ucap nya seraya tersenyum manis.
"Suami-istri apa? Aku hanya murid SMA!" cetus Sakura. "Kabuto-nii... berhentilah bercanda. Semua teman ku ada disini!" rengek Sakura. Mereka yang sweatdrop kini tercengang.
Jadi pria ini yang disebut Rei saat di restoran itu?
Kabuto mengalihkan pandangan nya. Awalnya terasa dingin namun dengan cepat berubah hangat dan ramah. "Halo, aku Yakushi Kabuto!" sapa nya ramah. "Halo!" sapa mereka ramah. Kabuto menatap Sakura.
"Ada sesuatu yang harus kupastikan." ucap nya misterius. Sakura diam, lantas mengangguk. "Teman-teman, bersenang-senanglah. Kalian semua jangan nakal ya, buat teman-teman Nee-chan nyaman!" pesan Sakura.
"Baik!!"
🌸🌸
Kabuto menggulung lengan kemeja nya sampai siku. Ditangan kirinya ada file dokumen dan tangan kanan nya memainkan pena dengan tak pasti. Tatapan tajam dibalik kacamata nya tertuju kearah Sakura didepan nya, yang meminum teh hijau dengan santai.
"Katakan!" perintah nya datar. Sakura tersenyum tipis. "Apa yang harus aku katakan?" tanya Sakura tenang. Kabuto mengerutkan kening nya. "Emosi mu mulai stabil. Tapi kau terkesan menutupi masalah dan emosi mu." jawab Kabuto tajam.
Sakura menghela napas.
Pasti Shizune mengadukan ini. Ah, menyebalkan.
"Tidak ada. Aku senang-senang saja." jawab Sakura seraya menyesap teh hijau dan memakan cookies yang disuguhkan. "Aku serius!" kata Kabuto tak puas. Sakura menghela napas. "Aku pun serius." jawab Sakura.
"Dasar keras kepala!" decak Kabuto. Sakura tersenyum penuh kemenangan. Keduanya kembali diam, suasana berubah sangat tenang. "Lalu, mereka? Bukankah kamu sendiri mengatakan tak pernah ada yang mau berteman dengan mu?" tanya Kabuto.
Pengangan Sakura pada cangkir berubah erat dan Kabuto jelas tahu itu. Sekecil apapun perubahan pada Sakura, ia akan segera menyadarinya. Kabuto tersenyum tipis.
"Dan teman-teman mu dari Konoha itu... kamu akur dengan mereka?" tanya Kabuto intens. Sakura tersenyum tipis. Ia tak yakin pasti. Dalam hatinya, ia sendiri takut dan beranggapan bahwa mereka hanya berpura-pura.
Sakura menatap Kabuto tenang. Ada tatapan menantang disana. "Menurutmu?" tanya Sakura balik. Kabuto diam sesaat. Menatap Sakura lekat-lekat. Agak sulit sebenarnya. Kemampuan akting Sakura memang hebat.
"Kamu sebenarnya ketakutan, bukan? Walau kamu senang tapi jauh dalam hati mu, kamu ketakutan bahwa ini hanya akan bertahan sesaat atau... mereka berpura-pura." tebak Kabuto sangat tepat sasaran.
Senyum Sakura pudar. Dan Kabuto sudah dapat menebak nya dari perubahan ekspresi Sakura yang sangat drastis.
"Tak salah Saso-nii menjadikan mu orang kepercayaan sekaligus tangan kanan nya." jawab Sakura lirih. "Bahkan dokter Shizune saja mudah aku kelabui... tapi kamu..." sambung Sakura tanpa berniat melanjutkan ucapan nya. Kabuto hanya diam. Namun ekspresi nya berubah.
Ekspresi nya menjadi lebih hangat, namun ada kesedihan disana.
"Jangan pikirkan hal bodoh itu lagi, Sakura. Nikmati semuanya tanpa rasa takut." kata Kabuto seraya menghela napas. "Aku tahu itu tidak mudah. Pasti di setiap kamu bersenang-senang dengan mereka, pikiran itu selalu ada." sambung nya.
Sakura mengangguk setuju.
"Lakukanlah secara perlahan. Aku tahu kau pasti bisa. Tapi.. sepertinya masih ada satu hal yang kamu tutupi." kata Kabuto menatap tajam Sakura. Sakura yang emosi nya sudah terpancing, tembok pertahanan nya hancur seketika.
Ia menangis.
Walau tidak histeris, itu terlihat dari ekspresi nya yang berubah kosong dan air mata keluar dari iris emerald nya yang indah.
"Semuanya memberatkan aku. Padahal aku sudah siap 'pergi' kapan saja." jawab Sakura. Ekspresi Kabuto berubah dingin. "Kamu akan tetap hidup, Sakura. Akan aku dan kakak mu pastikan kamu sehat kembali!" jawab Kabuto menyakinkan
"Apa kalian yakin? Bahkan aku sendiri tak yakin." jawab Sakura lirih. Kabuto melirik file dokumen yang sudah ia corat-coret dan berisi kesimpulan mengenai Sakura. Ia menaruh file dan pena nya.
Lantas segera berdiri dan berjalan mendekat kearah Sakura, berjongkok. Membiarkan Sakura memeluk nya. Menyembunyikan tangisan nya dibahu lebar nya.
"Akhirnya kamu mengeluarkan emosi mu, menangis lah sepuasanya."
🌸🌸
"Haaa, selalu saja Kabuto-nii memonopoli Sakura-nee!! Menyebalkan!!"
Rei protes kesal. Karena Sakura dan Kabuto belum juga kembali. Kaki nya bergerak-gerak asal. "Memonopoli? Apa maksudmu?" tanya Naruto kepo. Rei tetap cemberut dan nampak membayang-bayang.
"Kabuto-nii selalu mengajak Sakura-nee mengorbol lama. Katanya sih berbicara mengenai perasaan."
Apa?!
Pe- Perasaan?!
Ekspresi dua orang tertentu menggelap seperti bagian bawah panci. Perasaan apakah itu? Apa keduanya saling memiliki perasaan tertentu satu sama lain?
"Karena sudah lama, aku akan menyusulnya!"
Eh??
"Ah Gaara-nii, tapi Kabuto-nii selalu tak ingin di ganggu. Dia-"
Rei hanya diam begitu Gaara menatapnya dengan senyum tipis. Tampan. Dia berjongkok dan menepuk lembut puncak kepala bocah itu.
"Tenang saja, aku tak akan menganggu."
Setelah mengatakan itu, Gaara segera berdiri, hendak bergegas pergi. Temari dari jauh jelas cemas. Takut Adik nya ini membuat keributan. Bagaimanapun, ia lebih cemas dengan Gaara yang seperti ini.
"Aku ikut..."
Ketika semua orang mendengar suara dingin dan tajam menusuk itu, semua orang tercengang.
Well, kalian pasti dapat menebak siapa orang nya... kan?
🌸🌸
Kyaaaaa kenapa kok mereka bisa se sweet ini?
Setelah yang ini lama gak up... sekarang up deh...
Saia buntu soalnyaaa
Terus daripada megang hp, saia nya kebanyakan tidooorrr ehehe....
Terbengkalai deh...
Well,semoga kalian suka~
Arigatou
.
.
.Selasa, 2 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionIni tentang mu.. Yang masih bisa tertawa bahagia walau selalu ingin menangis.. Yang selalu tegar dan sabar... . . . . Ps : ini hanya sekedar pengalihan dari story 'We'. Story ini up nya sesuai mood dan ide yang muncul. Tapi story 'We' tetep jadi pri...