"Akhirnya mereka mati."
Apa?!
Sakura kecil berusaha menahan napas nya, walau susah. Bagaimanapun, jangan sampai orang itu tahu ia masih hidup. Jika orang itu tahu, mungkin dia pun akan dibunuh.
"Sayang sekali, gadis kecil mereka pun sama. Padahal sangat menggoda... hahahaha!"
Bocah itu rasanya ingin berteriak saja. Menyuruh nya untuk berhenti mengatakan itu. Sakura kecil hendak membuka matanya, namun ia segera kembali berpura-pura begitu orang itu berjongkok, menerangi dengan cahaya kecil. Ia bisa merasakan sebuah tangan dingin mengusap wajah halus nya.
Sakura berusaha keras untuk tidak bergerak. Namun, bagaimanapun ia sangat ketakutan. Secara tak sengaja, ia mengerutkan alis nya.
"Dia masih hidup??"
Tidak!!! Jangan!!
Namun sayang, disaat itu pula seseorang menariknya keluar. Sakura kecil tak bisa berontak. Selain karena mati rasa, kepalanya pun terasa pusing. Ia kini sudah benar-benar pasrah. Ia sebentar lagi akan mati... mati.
Cupp
"Gadis kecil tersayang ku, kau masih terlalu dini untuk mati, Honey."
Cahaya remang-remang saat itu membuat Sakura kecil berusaha untuk tidak membuka matanya. Namun disaat itu pula ia melihat wajah itu.
Yang selama ini terasa kabur...
Dan kini, terlihat jelas....
"Tidak mungkin!!!"
Sakura terbangun. Segera, Hinata yang masih menyanyikan lullaby terhenti, begitupun dengan mereka yang hampir mengantuk, kembali membuka mata mereka. Terkejut mendengar teriakan gadis itu.
Mereka lihat Sakura bergegas meraih tiang infus, kemudian ia turun dari ranjang nya dan berlari. Ia tak sempat mematikan skype dengan teman-teman nya.
Air mata meleleh dari matanya dan ia benar-benar mual. Ia segera bergegas ke kamar mandi dan...
"Hoeeeeekkkk!"
Sakura terus memuntahkan isi perut nya sampai ia merasa tubuh nya semakin lemas. Air mata terus meleleh. Pantas, pantas saja Kakak nya kesulitan mencari pembunuh yang sebenarnya. Itu bukan orang main-main.
Orang-orang tua lain yang ikut andil, sudah berhasil dihancurkan sampai inti oleh Sasori. Namun, penjahat utama itu belum bisa ditemukan.
Sakura segera membersihkan semuanya dan kembali ke tempat tidur. Walau ia tenang, ekspresi dan wajah nya sangat kuyu. Ia nampak sangat tertekan sekali.
"Hm, maaf... kalian pasti terkejut. Tadi aku hanya bermimpi. Tapi, sudah tak apa-apa. Terimakasih semuanya, kalau begitu aku matikan ya."
Tanpa menunggu jawaban, Sakura segera memutus skype.
"Hufff."
Sakura menghembuskan napas nya kasar. Ia menjambak surai soft pink nya kasar. Sasori masih lama untuk kembali. Namun, ia harus mengawasi Sasori. Bagaimanapun, mengingat Sasori yang terus mencari dan tanpa ragu akan menghabisi pelaku utama nya, ia takut si pelaku itu akan bergerak lebih dulu padanya. Seperti saat kejadian orang tua nya.
Dengan susah payah ia mengambil ponsel nya.
"Halo, Seichi... aku ada tugas untukmu. Awasi Kakak ku seketat mungkin. Lalu, jika dia dengan seseorang yang mencurigakan, segera laporkan padaku!"
"Baik, Nona!"
"Juga... segera laporkan jika ia bertemu dengan..." Sakura kesulitan menyebutkan namanya. Ia tak menyangka...
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionIni tentang mu.. Yang masih bisa tertawa bahagia walau selalu ingin menangis.. Yang selalu tegar dan sabar... . . . . Ps : ini hanya sekedar pengalihan dari story 'We'. Story ini up nya sesuai mood dan ide yang muncul. Tapi story 'We' tetep jadi pri...